Pages

12 June, 2013

What’s on your mind??




Haha,, hampir sama seperti status di facebook. Saya pun ingin update mengenai refleksi apa yang saya dapat Jumat kemarin dari POB. Banyak teori mengenai Organisasi Belajar (selanjutnya saya singkat jadi OB, bukan Office Boy loh yaa J ). Tapi inti semua teori itu toh sama saja kan? OB adalah organisasi yang belajar titik. Tapi belajar seperti apa? Bagaimana organisasi tersebut dikatakan sudah belajar?? Apa cirinya? Biasanya pertanyaan itu yang muncul setelah membaca kalimat itu. Kembali ke definisi belajar: “ Merupakan perubahan tingkah laku yang menetap dan terjadi secara terus menerus secara sadar, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa.”

Intinya belajar itu merupakan sebuah perubahan dan terjadi secara terus-menerus. Ibaratnya, ia merupakan sebuah siklus berbentuk lingkaran yang tak ada ujungnya. Belajar sepanjang hayat, hanya kematian yang dapat menghentikannya. Wuiihh,,,hebat yaa!!

Organisasi itu dikatakan belajar apabila ia selalu menyesuaikan diri dengan isu-isu perubahan di sekitarnya. Lalu ia selalu memperbaharui dirinya ke arah lebih baik, analoginya seperti seorang hamba yang selalu bertobat. Contoh yang paling mudah dapat dilihat pada perbedaan antara organisasi pemerintahan dan swasta. Sangat berbeda jauh bukan? Penghargaan atas sebuah kinerja yang profesional akan lebih terasa di badan-badan swasta dibandingkan pemerintahan. Hampiir semua lembaga pemerintahan sama saja, “Lo mau dateng pagi, lembur, capek, kerjaan banyak, SAMA AJA gaji lo dengan mereka yang cuma numpang ngopi, sekedar absen, kerja ga jelas”.

Uupps,,saya Cuma mengungkapkan saja loohh,, mama saya yang PNS soalnya bilang begitu, hehe. Tapi coba liat kalo di swasta, dateng telat aja udah potong gaji. Kerja ga sesuai target dah dapet SP. Tapi kalo disiplin, berprestasi, penghargaan juga ga tanggung-tanggung. Ada  promosi jabatan atau sekedar hadiah insentif.

Udah banyak yang tahu tentang konsep OB ini, tapi kebanyakan organisasi cuma ngejadiin sekedar wacana aja, tanpa mengaplikasikannya. Tanya kenapa?? Kalo menurut saya sii,, mungkin karena SDM kita yang tingkat HDI (Human Development Index)-nya saja masih kurang, sehingga untuk mengaplikasikan konsep tersebut masih rada susah. Karena namanya juga sistem, kalo mengubah sebuah komponen aja, pasti akan berdampak ke lainnya. Begitu juga apabila ada satu komponen aja yang tidak menjalankan fungsinya dengan benar, pasti akan menghambat kelancaran semuanya. Kebanyakan organisasi di Indonesia ini mempekerjakan karyawan yang “bermental dijajah”. Hanya manut manut aja sama kata atasan, sehingga menutup ruang pribadi mereka untuk kreatif dan inovatif. Tidak jarang pula yang kerja cuma sebatas “biar ga diomelin atasan”.  Padahal esensinya kerja itu kan kehormatan, aktualisasi, amanah serta pengabdian diri mereka bagi diri mereka pada khususnya dan lingkungan serta masyarakat sekitar mereka pada umumnya. Sebegitu sulitnyakah untuk THINK OUT OF THE BOX??

Eh,, eh,, tapi ada yang mengganjal di benak saya nih,, yang namanya organisasi pasti terkait dengan kebijakan dan birokrasi dong yaa. Nah keseringan saya itu menemukan/melihat faktor terbesar dalam perkembangan sebuah organisasi itu ada di sana. Banyak yang ingin menerapkan konsep OB, namun terhalang karena birokrasi yang ada, dan akhirnya membuat organisasi tersebut tak berdaya, tak kuasa melawan kebijakan yang sudah diciptakan. Lantas kalau begini, bagaimana dong cara organisasi melawan kebijakan/birokrasi yang menghambat kelancaran mereka?? Adakah yang bisa memberikan jawaban yang memuaskan?? Heheh..segitu dulu deh refleksi saya,, sekedar wacana aja. Sekedar bacaan di kala minum kopi atau ngeteh. ­(^_^)


ISKA META FURI
1215076071

No comments:

Post a Comment

Text Widget