Pages

10 June, 2013

Surat Cinta Untuk Jodohku


Kepada : Jodohku di masa depan

Dear cinta,
Kutulis surat ini di kala penantian panjangku. Untuk kau resapi saat kita bertemu. Semoga Tuhan mengijinkan hal itu. Aku tahu di sana kau berjuang untuk menemukanku. Apa yang kulakukan mungkin juga sedang dilakukan olehmu. Layaknya bunga matahari, aku selalu menantimu sang matahari. Untuk memberikan kehangatan yang kubutuhkan. Layaknya cumulonimbus, menanti saat yang tepat untuk mencurahkan titik-titik air yang terkumpul di dalamnya. Hujan menderas, basah. Begitulah cintaku, menumpuk dan terkumpul setetes demi setetes di setiap harinya. Menanti saat yang tepat untuk kucurahkan air cinta itu, menderas. Menghujanimu dengan cintaku. Kunanti saat itu, kujaga baik-baik. Cintaku utuh tak tersentuh, hanya untukmu.

Dear cinta,
Saat aku jatuh cinta, tak akan aku mengumbar kata. Tak akan aku berbicara. Tak akan pernah aku menyatakan. Lidahku kelu. Hatiku malu. Kucintaimu dalam hening. Kujaga cintaku tetap bening. Walau terkadang kepalaku pening. Seringkali aku bergeming. Yang kutahu cinta itu fitrah. Aku percaya selalu bahwa yang terbaik untuk yang terbaik. Maka kujaga selalu diriku, karena aku tak ingin menjadi buruk untukmu. Aku tahu hidup tanpa cinta bagaikan gelap gulita. Namun aku tak ingin menyalahkan cinta. Aku ingin cinta kita cinta berbeda. Tak seperti mereka mengumbar kata, mesra. Tak seperti mereka berzinah atas nama cinta. Lalu menyalahkan cinta. Aku ingin cintaku hening. Namun kau rasakan dahsyatnya keheningan itu. Menggetarkan sanubarimu. Menjadikan bermakna tiap hela nafasmu.

Dear cinta,
Jikalau benar kau jodohku, kuharap kau adalah manusia terbaik yang hadir di hidupku. Bukan malaikat, yang sempurna baik di mataku. Karena aku akan lelah mencintaimu. Itu terlalu sulit bagiku untuk menggapaimu. Bukan pula jin dari lampu ajaib seperti dalam cerita antah berantah, Aladdin yang mengabulkan apapun yang kuinginkan. Karena aku tidak ingin cinta satu arah. Jadilah kau apa adanya dirimu. Manusia semanusiawinya. Agar cinta kita dua arah. Mencintai dan dicintai. Memberi dan diberi. Memperhatikan dan diperhatikan. Selayaknya pasangan, yang saling melengkapi.

Dear cinta,
Perbedaan yang ada itulah esensi yang menjadikan kita dekat. Seperti bantal dengan guling, bersinergi membuat nyaman untuk kita lelap. Bukan seperti sandal dan sepatu, yang menyakiti bila kita paksa menjadi satu. Persamaan yang ada semoga menguatkan kita. Bukan seperti rel kereta api, yang berjalan bersisian namun tak pernah bertemu hingga ujungnya.

Dear cinta,
Hanya satu yang kuharapkan darimu. Engkau adalah seseorang yang haus belajar. Cinta ilmu. Agar bersama kita belajar memaknai kehidupan. Bersama kita belajar meniti langkah membina keluarga impian. Bersama kita belajar menyikapi kemarahan, kehilangan, kesenangan. Bersama kita belajar bermanfaat dengan bersinergi. Berdua jauh lebih baik. Berdua kita ciptakan dunia yang indah, damai dan bermanfaat bagi sekitar. Berdua kita belajar ikhlas dan sabar. Selalu kusertakan cinta heningku dalam tiap doa yang kupanjatkan. Dalam hening itu… indah. Dalam hening itu… cinta bermakna. Bukan untuk sembarang hati.

Yang selalu mencintaimu dalam hening,

meta morfillah



No comments:

Post a Comment

Text Widget