Sabtu, 15 juni 2013
Pelunasan janji.
Cerita terakhir, tentang
perjalanan dari Jakarta ke Yogyakarta. Nah.. ini adalah hari terakhir dari
perjalananku. Hari ketiga, tepatnya. Perjalanan terbalik, perjalanan pulang,
dari Yogyakarta ke Jakarta.
Pagi hari, aku terbangun agak
siang. Sekitar pukul 07.00 WIB, karena sedang libur salat subuh (haid). Hari
itu adalah hari senin, di mana Mamanya Risti pergi bekerja. Beliau adalah guru
BK di salah satu sekolah di Yogyakarta. Nah, maluu banget tuh, bangun kesiangan,
mendapati Risti sedang sibuk membantu mamanya untuk bersiap ke kantor. Mamanya
menyapaku, tersenyum, dan aku membalasnya dengan senyuman malu, lalu hanya
duduk diam (mengumpulkan nyawa), memperhatikan kesibukan kecil di pagi hari
tersebut. Dengan keramahannya, beliau pamit berangkat kerja, sekaligus pamit
meminta maaf tak bisa menjamuku dengan baik. Aku salah tingkah, hahaha… karena
aku merasa sangat dijamu, seperti ratu, memperlakukan rumahnya seperti hotek,
seenaknya masuk-keluar. Beliau pun sempat mengancamku untuk membawakan geplak
yang beliau titipkan pada Risti untuk mamaku. Yaah… beliau tahu sekali aku agak
keberatan membawa macam-macam oleh-oleh, karena berat nantinya tas yang kubawa,
hiks!
Setelah melepaskan kepergian
mamanya Risti, aku dan Risti kembali berleha-leha di ruang tamu. Memakai
daster, belum mandi, beuuhh anak perawan macam apa ini! Hahaha… rasanya malas
kembali ke Jakarta. masih banyak tempat yang ingin kudatangi di Yogya. Masih
banyak yang ingin kutemui, kawan-kawan lain di Yogya. Namun waktu dan pekerjaan
menantiku di Jakarta. Akhirnya dua perawan ini mandi pukul 08.00 dan bersiap
bertemu dengan Kak Dane dan Feti di Malioboro Mall.
Sebelum ke Malioboro Mall, kami
menyempatkan diri ke toko geplak, menuruti permintaan mamanya Risti. Sungguh,
tasku nambah berat! Selain baju kotor, bertambah 1 buah buku hadiah dari Risti
dan geplak hadiah dari mamanya risti. Makasiihh yaaa (tapi sambil nangis,
soalnya migrainku kumat karena berat bawaan di pundak). Setelah itu, kami
melewati jalan-jalan kampung, yang memaparkan pemandangan sawah hijau sepanjang
jalan, memanjakan mata kami. Tak lama kami tiba di Malioboro Mall yang tak
sepadat hari Sabtu, Minggu. Kami menunggu Ka Dane dan Feti di J. Co. Risti
memesan kopi Americano dan aku memesan latte (ciee… gaya yee, kayak bisa minum
kopi!).
Selang setengah jam kemudian, Kak
Dane dan Feti datang. Mereka membawa seorang teman dari Kampus Fiksi 2, bernama
Diah. Kami pun berkenalan, bercerita sedikit tentang pengalaman dan latar
belakang kami berkumpul di Yogya. Lalu, karena kami semua wanita, naluri
belanja kami pun keluar. Kaki ini melangkah menyusuri jalan selurusan di
Maliobor hingga pasar Beringharjo. Aku sudah membuat daftar list titipan/barang
yang harus dibeli. Mama meminta daster, 2 kain untuk ancang-ancang beliau
meninggal, tas kado untuk sahabatku yang baru saja berulang tahun, dan
oleh-oleh untuk keluarga di rumah dan rekan kantor. Ooh noo…. Uangku seketika
melayang, meninggalkan aku yang terhipnotis keramaian pasar.
Sepanjang proses tawar-menawar
atau memilih barang di Beringharjo, aku hanya mematung. Tidak dapat memilih,
dan tidak dapat pula menawar (maklum biasa terima aja, atau ga ambil yang sudah
jelas, di mall biasanya kalau belanja). Risti, Feti dan Diah yang beraksi,
sementara aku rasanya mau pingsan. Menahan migrain karena tas ransel dan
belanjaan tentengan makin bertambah. Akhirnya kami memutuskan untuk belanja di
Mirota. Di sana barulah aku beraksi, karena sudah ada bandroll harga yang
jelas… hahahaa…. Dan semua yang ingin kubeli terpenuhi di satu toko ajaib itu..
hahahah.
Setelah kebutuhan belanja semua
terpenuhi, kami pun bergegas kembali ke Malioboro Mall untuk makan siang. Saat
itu sudah pukul 1 siang, sedang panas-panasnya. Tak lama, Diah pamit pergi, dan
ada wanita lain yang bergabung menggantikan Diah, dia adalah Ray. Heheh pergi
satu, digantikan satu lagi dalam waktu singkat, andai jodoh seperti itu, #eeh
fokus woy fokus!
Karena panas dan jalannya sangat
jauh, kami berlima (Tha, Risti, Ka Dane, feti, dan Ray) menyewa andong/delman
untuk mengantarkan ke Malioboro Mall. Harganya 50 ribu. Sebenarnya sih lebih
murah naik taksi, tapi sensasinya itu looh… di Yogya, pusat kotanya, naik
andong, ahaaaayyy… jadi pusat perhatian deh kitaaa. Sesampainya di Malioboro
Mall kami pun memilih Solaria yang terletak di basemen untuk berbagai pilihan
makanan. Sampai pukul 3 sore, kami bercengkerama dan memutuskan untuk berpisah.
Kak Dane, aku dan Feti harus mengejar waktu ke stasiun, karena kereta kami akan
berangkat pukul 15.30 di stasiun Lempuyangan. Risti dan ray tidak ikut
mengantar. Kami bertiga pun memilih dua becak. Kak Dane sendiri bersama
barang-barang. Aku dan Feti berdua dalam satu becak. Harga becak tersebut
masing-masing 20 ribu. Jadi dua becak totalnya 40 ribu, itu pun setelah ditawar
oleh Risti. Nah… lagi-lagi, lebih murah naik taksi sebenarnya, dan ga kasihan
juga abang becaknya menggenjot ketika ada jalan tanjakan. Taaapiiii…
lagi-lagii… SENSASINYA itu loooh!! Udah lama ga naik becak! Di jakarta udah
jarang… ahhaahha.. norak banget yaa.
Sesampainya di stasiun, menunggu
lima menit, tak lama kereta kami pun datang. Aku yang terpisah di gerbong 1,
duduk sendirian, akhirnya memaksa kak dane untuk membawakan barangku ke gerbong
3, tempat kak Dane dan Feti duduk. Sepanjang jalan hingga sampai di Jakarta
kami duduk bertiga (padahal harusnya untuk dua orang, kebayang kan imutnya
kami, eeh, maksa sih sebenarnya hahaaha), mengobrol tak henti membahas berbagai
topik. Yaah gitu deh wanita, 9 jam perjalanan tak terasa karena mulut tak
berhenti mengunyah dan berbincang. Feti turun terlebih dahulu di stasiun
Jatinegara. Aku dan Kak Dane turun di Stasiun Senen. Kami tiba pukul 00.30 dini
hari. Beruntunglah aku dijemput sama kakak dan kakak ipar, sehingga ada yang
bantu bawain barang-barang. Hahaha… sudah, begitu saja. Cukup yaah ceritanya.
Lunas ya, B?
Alhamdulillaah… gak ada utang
cerita lagi ya, aku, B??
Awesome journey for me, from B (Jakarta) to AB (Yogyakarta)
With love,
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment