Pages

25 June, 2013

Doa



Galaksi memandang bumi
"Apakah itu yang tersulur dari tubuhmu? Bercahaya.. laiknya kemilau sutra,"
Bumi pun tak tahu,
Ia bertanya pada langit,
"Tahukah kau darimana asal sulur cahaya itu?"
Langit menggeleng,
Langit menatap ke gunung.
"Aku pun tak tahu, seperti berasal dari kota bawah yang ramai," jawab gunung.
Gedung-gedung pencakar langit mendengar dan menelusuri sulur tersebut.
Di sebelah istana negeri bedebah, sulur itu menguntai.
"Di sana!" tunjuk gedung.
Seorang gadis hening dalam pangkuan ayunan.
Menguntai doa untuk orangtua terkasih, sahabat tersayang dan negeri tercinta.
Terdengar rayu serentak haru.
Membujuk, merajuk dalam hening yang khusyu'.
Galaksi, Bumi, Langit, Gunung, Gedung serta rumput taman dan ayunan ikut terenyuh.
Sulur kilau cahaya itu tak lain adalah doa sang gadis. Di tengah porak-porandanya negeri.
Ia meratapi selemahnya iman, sebentuk doa untuk seluruh makhluk.
Bagi Galaksi gadis itu hanyalah setitik atom yang tak terlihat matanya.
Namun sulur doa tulus terhadap Tuhannya, jauh lebih besar daripada diri sang galaksi.
                                **
Doa.. betapa kuat ia memancang sendi kehidupan. Hingga mungkin segala keberhasilan hidup kita selama ini bukanlah hasil jerih payah kita sendiri. Ada lantunan doa orang lain yang menyukseskannya. Namun manusia tempatnya lupa dan dosa. Hingga ia berbesar diri, lupa bentuk Tuhannya yang menjelma orang-orang terkasih, figuran pembantu kesuksesannya.

Semoga dalam setiap takdir kesalahanku padamu, selalu disertai takdir kemaafanmu padaku.

Selamat Malam, Muhasabah diri dan cobalah ampuni segala kesalahan orang hari ini dan yang terpenting Ampunilah dirimu terkasih.


No comments:

Post a Comment

Text Widget