Galaksi memandang bumi
"Apakah itu yang tersulur dari
tubuhmu? Bercahaya.. laiknya kemilau sutra,"
Bumi pun tak tahu,
Ia bertanya pada langit,
"Tahukah kau darimana asal sulur
cahaya itu?"
Langit menggeleng,
Langit menatap ke gunung.
"Aku pun tak tahu, seperti
berasal dari kota bawah yang ramai," jawab gunung.
Gedung-gedung pencakar langit
mendengar dan menelusuri sulur tersebut.
Di sebelah istana negeri bedebah,
sulur itu menguntai.
"Di sana!" tunjuk gedung.
Seorang gadis hening dalam pangkuan
ayunan.
Menguntai doa untuk orangtua
terkasih, sahabat tersayang dan negeri tercinta.
Terdengar rayu serentak haru.
Membujuk, merajuk dalam hening yang
khusyu'.
Galaksi, Bumi, Langit, Gunung, Gedung
serta rumput taman dan ayunan ikut terenyuh.
Ia meratapi selemahnya iman, sebentuk
doa untuk seluruh makhluk.
Bagi Galaksi gadis itu hanyalah
setitik atom yang tak terlihat matanya.
Namun sulur doa tulus terhadap
Tuhannya, jauh lebih besar daripada diri sang galaksi.
**
Doa.. betapa kuat ia memancang sendi
kehidupan. Hingga mungkin segala keberhasilan hidup kita selama ini bukanlah
hasil jerih payah kita sendiri. Ada lantunan doa orang lain yang
menyukseskannya. Namun manusia tempatnya lupa dan dosa. Hingga ia berbesar
diri, lupa bentuk Tuhannya yang menjelma orang-orang terkasih, figuran pembantu
kesuksesannya.
Semoga dalam setiap takdir
kesalahanku padamu, selalu disertai takdir kemaafanmu padaku.
Selamat Malam, Muhasabah diri dan
cobalah ampuni segala kesalahan orang hari ini dan yang terpenting Ampunilah
dirimu terkasih.
No comments:
Post a Comment