Kurikulum merupakan cetak biru (blue
print) suatu kegiatan pembelajaran yang memuat sejumlah mata pelajaran.
Sebagai cetak biru dari penyelenggaraan pembelajaran, kurikulum menggambarkan
secara menyeluruh tentang kegiatan belajar mengajar. Mulai dari tujuan
pembelajaran, deskripsi mata pelajaran
hingga alokasi waktu yang dibutuhkan.
Di mata kuliah pengembangan kurikulum ini, kami didisposisikan untuk
mencari tahu berbagai jenis kurikulum di sekolah yang berbeda-beda. Mulai dari
kurikulum SD, SMP, SMA dengan berbagai jenis dan tingkatannya dan SMK dengan
berbagai fokus keahlian yang dimilikinya. Berikut berbagai jenis kurikulum dari
tiap jenjang yang telah saya kumpulkan menjadi satu.
Kurikulum TK
Ada banyak sekali tuntutan hasil belajar yang diinginkan. Terlihat
dari begitu banyaknya indikator di dalamnya. Coba kita bayangkan, anak TK, yang
masih polos dan usia bermain dituntut sebegitu dewasanya. Menurut saya, itu
terlalu berlebihan. Memang bagus, bila kebiasaan baik itu diterapkan semuanya.
Karena dari semasa kecil, membentuk pola hidup yang baik itu akan lebih mudah.
Namun, melihat begitu banyaknya indikator tersebut, saya tidak yakin bahwa itu
semua akan teraplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-harinya. Saran saya,
tidak perlu banyak indikator keberhasilan. Yang penting adalah mengajarkan
sesuatu yang fundamental dan teraplikasikan dalam kehidupan nyata si anak
sehari-hari. Dengan hal itu, mungkin si anak akan lebih terbentuk pribadinya.
Tentu saja peran guru di sini sangatlah besar, karena mereka akan menjadi
seorang role model bagi si anak.
Kurikulum SD
Kurikulum SD yang saya observasi ini merupakan SDI (Sekolah Dasar
Internasional). Namun dikatakan SDI hanyalah karena mereka mulai menerapkan
bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Menurut saya, belum sepenuhnya SDI,
karena muatan kurikulumnya masih lokal dan standar pemerintah. Jumlah minggu
efektifnya yaitu 38 minggu dengan alokasi waktu 35 menit untuk 1 jam
pembelajaran. Saya agak kaget membayangkan anak SD belajar dari pagi sampai sore.
Waktu-waktu itu digunakan untuk belajar dengan pendekatan mata pelajaran.
Apakah mereka tidak lelah dan bosan?
Kurikulum SMP
SMP yang diobservasi oleh saya di sini adalah SMP SSN (Sekolah
Standar Nasional). Program yang terlihat sangat bagus, hanya saja tidak semua program
tersebut dijalankan sebagaimana harapannya. Terutama untuk pengembangan
dirinya, seperti penerapan English day yang ternyata tidak berjalan karena
kurangnya pengawasan.
Kurikulum SMA
Tidak jauh berbeda dengan kurikulum SMP. Hanya saja di SMAN 12, yang
saya observasi ini lebih menekankan pada keterampilan TIK. Jumlah minggu
efektifnya pun sama, yaitu 38 minggu per tahun.
Kurikulum SMK
Kurikulum SMK nampak agak berbeda. Karena jenis mata pelajarannya
yang unik, yaitu ada mata pelajaran adaptif, normatif dan produktif. Saya
merasakan sendiri akibat kurikulum ini, karena saya bersekolah di SMK Telkom
SPJ. Menurut saya, terlalu banyak tuntutan di SMK ini. Waktu belajar pun
biasanya full hingga hari sabtu. Tidak seperti anak SMA lain, yang diliburkan
hari sabtu. Sehingga waktu mereka menyalurkan bakat serta refreshing bisa di
hari sabtu tersebut. Sedangkan untuk SMK, biasanya waktu untuk ekstrakurikuler
dilakukan setelah mata pelajaran berakhir. Maka tidak heran, jika anak SMK/STM
banyak yang tawuran. Mungkin itu adalah ekspresi mereka karena tidak adanya
fasilitas penyaluran aspirasi dan ekspresi. Semua tersedot dalam belajar
sehari-hari yang mungkin membosankan bagi mereka.
Semoga bermanfaat.
Iska Meta Furi 1215076071
No comments:
Post a Comment