Pages

13 June, 2013

Kepemimpinan (segenggam gumam)



Siang, B!
Selamat waktu makan siang, dan selamat menikmati waktu bobo siang bagi yang sedang berpuasa sunnah Kamis/bayar hutang, hehehe…

Sosok pemimpin yang berhasil dalam menjalankan kepemimpinannya dipengaruhi oleh banyak hal. Salah satunya adalah kualitas dalam memimpin. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola tanggung jawabnya, untuk terus mengembangkan dan meningkatkan prestasi perusahaannya serta kinerja orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu pemimpin yang berkualitas harus terus peka dengan perkembangan ekonomi dan bisnis yang dapat memengaruhi institusinya atau perusahaannya.

Well,, itu adalah cuplikan silabus yang sedang saya kerjakan. Fenomena menarik ketika saya mengerjakan silabus Leadership yang disertai assesmennya ini (permintaan Pak Boss, of course). Seperti biasanya, jiwa muda saya (saelaahh…uhuy) tergelitik dengan pekerjaan saya saat ini. Lucu. Why? Karena selama saya menempuh jenjang pendidikan & berkutat dengan buku kuliah, serta teori yang seabrek, ini adalah hal yang kontras. Leadership atau dikenal dengan kepemimpinan, adalah sebuah soft skills, yang mengukurnya tidaklah mudah. Hal itu dikarenakan ia berupa soft skills, yang notabene tujuan akhirnya adalah mengubah attitude, mindset, perspektif seseorang dalam hidupnya. Tidak mudah kan? Hal itu berproses. Tidak sekedar dikasih pelatihan 3 hari lantas Anda bisa mengubah hidup seseorang. 

Lalu terbersit pertanyaan lainnya, apakah HARUS segala sesuatu itu TERUKUR? Bukankah terkadang ada hal yang memang tidak dapat diukur dalam skala manusia. Namun hal itu teruji oleh waktu yang akhirnya menghasilkan kualitas. Kompleksitas manusia, pemikirannya yang kadang sederhana namun sulit diterapkan, dan pemikirannya yang sulit namun mudah diterapkan, seperti itulah. Aspek psikologi kita sebagai makhluk multidimensi, multiperan, dan multitasking lainnya. Apakah kita memang harus terus diukur? Kalau iya, mengapa lahir penelitian kualitatif, yang tidak menekankan pada keterukuran secara data kuantitatif?

Idealisme di usia saya yang belum berkeluarga dan sedang panas-panasnya menggali makna kehidupan, seringkali mempertanyakan apakah semua ini? Yang saya kerjakan, untuk apa? Seringkali kontradiktif dengan apa yang saya pahami. Seringkali kita kecewa pada segala sesuatu terdekat kita. Seperti sekolah, lembaga tempat kita bekerja, rumah, dlsb. Mereka tahu, mereka paham apa yang dilakukan itu salah, namun mengapa masih diteruskan? Pekerjaan-pekerjaan yang saya ini BERMAKNA apa? Yaa… MAKNA. Itu yang saya bicarakan.

Kemudian, berlanjut dari topik di pemikiran saya, lalu terlontar di divisi saya. Kami mengambil contoh terdekat,,, tentu saja Pak Boss kami. Bagaimana beliau bersikap dalam keseharian & di depan klien. Sudah pantaskah beliau menjadi role model pemimpin yang bukan sekadar manajerial? Sudahkah beliau mengisi aspek ruh, jiwa & pikiran kami dengan mental model yang benar? Juga seabrek indikator leadership yang beliau buat. Mudah kan menilai orang? Tapi sangat sulit menilai diri sendiri. Huff… #selfkeplak.

Ah sudahlah, ini hanya segenggam gumam dari orang yang masih belajar, & selalu memohon pada Tuhannya untuk tidak disesatkan/dimanfaatkan oleh orang yang berada di atas saya.

No comments:

Post a Comment

Text Widget