Pages

10 June, 2013

‘Ammar bin Yasir (Seorang tokoh penghuni surga)

  1.      Riwayat hidup
‘Ammar adalah anak dari Yasir bin ‘Amir dan Sumayyah binti Khayyath (budak sahaya Abu Hudzaifah ibnul Mughirah). Perawakannya dilukiskan oleh para ahli riwayat adalah bertubuh tinggi, bahu bidang, bermata biru dan pendiam, tak suka banyak bicara.
Keluarga ‘Ammar termasuk dalam golongan yang awal pertama masuk Islam. Karena ‘Ammar dan keluarganya berasal dari golongan budak belian, maka siksaan yang mereka terima dari kaum kafir Quraisy jauh lebih dahsyat. Setiap harinya mereka disiksa di padang pasir  Mekah yang sangat panas dan didera berbagai azab dan siksa. Begitu kejamnya dan tak terbayangkan siksaan yang diterima ‘Ammar dan keluarganya, hingga suatu ketika ia tidak sadar lagi apa yang telah diucapkannya. Ketika ia tak sadar setelah disiksa, ia diajari kalimat-kalimat pujian bagi Tuhan kafir Quraisy dan ia mengikutinya tanpa sadar. Namun di sela kesadarannya yang datang sebentar, ia menangis mengetahui apa yang telah diucapkannya.
Ia merasa begitu zalim dan musyrik terhadap Allah SWT. Hingga ia jadikan siksaan dari kaum kafir Quraisy sebagai obat pembalur luka dan kenikmatan. Ketika rasulullah datang dan mendapatinya tengah menangis disebabkan hal tersebut, beliau tersenyum dan bersabda

“Jika mereka memaksamu lagi, tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kau ucapkan tadi…!”

Lalu dibacakan Rasulullah ayat berikut,

Kecuali orang yang dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan…(Q.S 16 an-Nahl : 106)

‘Ammar pun kembali tenang, jiwanya berbahagia, keimanannya di pihak yang menang!

Selama hidupnya ‘Ammar adalah orang yang senantiasa tak hendak berpisah dengan kebenaran. Dan kebenaran yang ia yakini adalah Islam, hingga Rasulullah begitu menyayanginya. Sampai beliau menganalogikan ‘Ammar ibarat biji matanya. Subhanallah.. tak diragukan lagi keimanan, kecintaan dan jasa ‘Ammar bagi Islam hingga Rasulullah sedemikian tegas menyatakan kecintaannya.
‘Ammar wafat pada usia 93 tahun saat berperang melawan Mu’awiyah (perang Shiffin). Ia dibunuh oleh pendurhaka (yang menentang bai’at Ali demi keuntungan pribadi, bukan demi Islam), sebagaimana ramalan Rasulullah terhadapnya. Ketika tanah pusaranya didatarkan oleh para sahabat di atas jasadnya, ruhnya yang mulia telah bersemayam lena di tempat bahagia. Nun di sana surge yang kekal abadi, yang telah lama rindu menantikannya sebagaimana sabda Rasulullah di Madinah suatu sore,

“Surga telah merindukan ‘Ammar…”

   2.      Peran dalam Islam
‘Ammar termasuk golongan mula pertama yang masuk Islam. Ia senantiasa membersamai Rasulullah dalam membaktikan diri pada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan mesjidNya. Sebelum Rasulullah wafat, beliau menyatakan kesucian iman dan mengangkat ‘Ammar menjadi contoh teladan bagi para sahabat. Berikut sabdanya,

“Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar… dan ambillah pula hidayah yang dipakai ‘Ammar untuk jadi bimbingan.”

Pada masa pemerintahan Amirul Mukminin Umar, ‘Ammar diangkat menjadi wali negeri Kufah bersama Ibnu Mas’ud sebagai bendaharanya. Dan saat terjadi perpecahan Islam antara bai’at Ali dan Mu’awiyah, ‘Ammar berdiri di samping Ali bukan karena fanatic atau berpihak, tetapi karena tunduk dan teguh memegang janji. Hingga akhir hidupnya, ‘Ammar berjuang demi mendirikan kebenaran Islam. Beliau sering mengobarkan semangat dan berani dalam perang dengan membawa panji-panji Islam.

   3.      Nilai-nilai yang dapat diambil dari perjuangannya
a.      Istiqomah dalam pendirian
Meski disiksa, ‘Ammar tetap istiqomah pada keyakinannya terhadap Islam.
b.      Tidak sombong
Walaupun beliau begitu disayang oleh Rasulullah, tidak serta merta beliau jadi sombong. Perilakunya tetap terpuji dan sadar akan dirinya sebagai hamba Allah.
c.       Tidak menyalahgunakan kekuasaan dan sabar
Saat menjabat wali negeri Kufah, ada orang awam yang memanggil beliau “Hai yang telinganya terpotong!”
Beliau tidak lekas marah dan menyalahgunakan kekuasaannya, seperti memenjarakan orang tersebut, melainkan menjawab,
“Yang kamu cela itu adalah telingaku yang terbaik. Karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi sabilillah (perang Yamamah melawan Musailamatul Kadzab).”
d.      Rendah hati, sederhana
Walaupun ia diangkat menjadi amir (wali negeri), pangkat dan jabatannya itu tidak menambah apapun kecuali kesalihan, zuhud dan kerendahan hatinya.
e.      Senantiasa setia pada kebenaran
Seperti yang dikatakan Hudzaifah ibnul Yaman (ahli bahasa rahasia dan bisikan ghaib,
“Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, karena sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran”


Iska Meta Furi
Tugas Mentoring bersama Ka Nurul

No comments:

Post a Comment

Text Widget