Pages

27 June, 2013

Meninggal(kan) lebih baik


Bagi mereka yang pernah merasakan ditinggalkan orang yang dikasihi, mungkin akan selamanya dihantui rasa cemas. Walau berbeda kadar kecemasan tiap individu. Namun cemas takut ditinggalkan lagi akan selalu ada dalam hati.

Seperti seseorang yang ditinggalkan oleh salah satu orangtuanya. Maka dalam sisa hidupnya, ia pasti akan dihantui rasa cemas bahwa orangtua yang masih hidup akan meninggalkannya juga sewaktu-waktu. Antisipatif dan waspada akan kemungkinan itu, namun tetap saja cemas. Dan terkadang berlebihan bila sang orangtua yang masih hidup terkena suatu gejala penyakit ringan.

Bila kamu pernah mengalami 'ditinggalkan' oleh ayah, kmungkinan besar kamu akan merelakannya. Namun hal ini akan menjadikanmu overprotektif dan overcemas di setiap malam ketika melihat ibumu terlelap. Kamu takut ketika pagi tiba, dan terbangun di sampingnya, dan ia tak bergerak lagi selamanya. Kamu cemas, nafasnya terhenti. Kamu cemas tiap malam yang akan kamu lalui adalah malam terakhir berinteraksi dengannya.

Dan kamu tahu? Ditinggalkan untuk kedua kali akan sangat berpengaruh dalam hidupmu. Kau akan mulai membenci frasa 'ditinggalkan'. Mungkin itulah sebab, manusia lebih suka 'meninggalkan' daripada 'ditinggalkan'.

Rasionalnya, meninggal adalah lebih baik daripada ditinggal. Dapat kita buat paradigma bahwa meninggal itu positif. Ditinggal itu negatif. Jadi agar kita meninggal dengan indah. Maka kita harus melakukan hal-hal positif menjelang saatnya tiba. Kebaikan berulang kali.

Fastabikul khairaat.

Segenggam gumam meta morfillah.



 

Picture taken from here

No comments:

Post a Comment

Text Widget