Pages

28 June, 2013

Dengarlah apa yang tidak kuucapkan







Tuhan menciptakan satu mulut dan dua telinga. Tentu tidak asal saja. Mengapa telinga lebiih banyak porsinya dibandingkan mulut? Karena kebutuhan dasar manusia adalah untuk didengar. Maka, latihlah cara mendengarkan yang baik. Kita harus peka mendengarkan apa yang tidak terdengar. Jangan sibuk berbicara tanpa pernah mau didengar. Seperti deskripsi ini...

Tolonglah, dengarkan apa yang tidak kuucapkan!

Jangan terkecoh olehku. Jangan tekecoh oleh topeng yang kupakai. Karena aku memakai topeng, aku memakai seribu topeng, topeng yang takut kulepaskan, yang tidak satupun adalah diriku. Pura-pura adalah seni yang jadi sifat kedua bagiku, tetapi jangan terkecoh deh.

Aku memberikan kesan bahwa aku tenteram, bahwa semuanya beres, baik di dalam batin maupun lingkunganku. Bahwa kepercayaan diri adalah ciri-ciriku dan sikap tenang adalah kebiasaanku. Bahwa perairannya tenang dan bahwa akulah yang memegang kendali dan aku tidak butuh siapapun. Tetapi jangan percaya deh, kumohon!

Aku ngobrol santai denganmu dengan nada basa-basi. Aku katakan segalanya yang sebenarnya tidak ada artinya, yang sama sekali lain daripada seruan hatiku.

Jadi, kalau aku sedang berceloteh, jangan terkecoh oleh apa yang kuucapkan. Tolong dengarkan dengan seksama dan berusahalah mendengar apa yang tidak kuucapkan. Apa yang ingin dapat kuucapkan, -apa– yang demi keselamatan yang perlu kuucapkan tetapi tidak bisa. Aku tidak suka bersembunyi. Sejujurnya loh! Aku tidak suka permainan basa-basi yang kumainkan ini.

Sebenarnya aku ingin tulus, spontan, dan menjadi diriku sendiri, tetapi kamu harus menolong aku. Kamu harus menolong aku dengan mengulurkan tanganmu, sekalipun kelihatannya aku tidak menginginkannya atau membutuhkannya. Setiap kali kamu bersikap baik serta lembut dan memberikan dorongan. Setiap kali kamu berusaha mengerti karena kamu sungguh peduli, hatiku bersayap. Sayap kecil sih. Sayap lemah sih. Tetapi pokoknya bersayap. Dengan kepekaanmu dan simpatimu serta daya pengertianmu,aku bisa menanggung semuanya. Kamu bisa menghembuskan nafas kehidupan ke dalam diriku. Pasti tidak mudah bagimu. Keyakinan akan ketidakberhargaan yang sudah lama pasti membangun dinding yang kuat tetapi kasih itu lebih kuat daripada dinding yang kuat. Dan di sanalah letaknya pengharapanku. Tolong usahakan untuk merubuhkan dinding itu dengan tangan-tangan yang kokoh, tetapi lembut, karena seorang anak itu peka, dan aku ini anak-anak.

Siapa sih aku, mungkin kamu bertanya-tanya. Karena aku adalah setiap pria, setiap wanita, setiap anak-anak.... setiap manusia yang kamu temui.



meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget