Pages

25 October, 2018

[Review buku] Catatan hati yang cemburu

Judul: #Catatan #hati yang #cemburu
Penulis: Asma Nadia, dkk
Penerbit: #AsmaNadia Publishing House
Dimensi: xvi + 256 hlm, 20.5 cm, cetakan pertama Maret 2012
ISBN: 9786029055085

#Perempuan dan kekhawatirannya yang tak habis-habis. Begitulah makna cemburu menurutku. Membaca #buku ini, membuatku menyadari ada banyak jenis dan pemicu cemburu, yang bahkan tidak tertolong oleh banyaknya kenangan dan #usia #pernikahan belasan atau puluhan tahun. Dari yang cemburu wajar, peringatan, intuisi, sampai menurutku aneh (tapi mencoba memahami dari sisi perempuan/istri, memang tetap rasional sih haha).

Ada 2 tips dalam buku ini untuk mengatasi cemburu: pertama, bicarakan pada #pasangan tentang apa yang menjadi penyebab cemburumu, serta jangan merasa inferior pada suami, kita #menikah itu jadi partner, bukan bawahan. Jadi tetap percaya diri, utuh, penuh, dan setara dalam komunikasi serta koordinasi.

Kedua, kenali obyek cemburumu. Dari curhatan para istri, berdasarkan urutan penyebab cemburu terbanyak adalah mantan (pacar atau yang sempat ta'aruf), foto-foto akrab (yang kadang terlihat dempet sama suami, meski lagi kegiatan kantor atau sama sahabat lawan jenisnya. Eh, yakin sahabat lawan jenis? #ups), teman online (pemicunya kalau suami lebih asyik sama HP/gadgetnya), mertua, hobi suami, dan perempuan lain.

Buku yang bagus sebab menenangkan dan menyadarkan istri tentang sebuah rasa yang kadang tidak ia inginkan hadir namun sulit ditolak kedatangannya. Hanya, karena banyak kontributor, ya agak beda gaya penulisannya. Ada yang bagus, ada yang biasa saja.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Belajar dari pengalaman orang lain, boleh jadi akan memberikan warna baru bagi cara pandang kita selama ini. Jangan lupa, saat cemburu menerpa, dekatkan diri pada Sang Pencipta. Dia dan hanya Dia sumber segala ketentraman hati. Menata cemburu agar Islami? Mudah-mudahan begitu." (H.ix)

"Jika kau ingin membantuku melewati waktu-waktu sulit itu, agar aku tak menjelma istri menyebalkan, ini caranya: jadilah cermin ajaib yang hanya punya satu jawaban untuk Sang Ratu." (H.54)

"Kautahu, Suamiku? Betapa sering aku merasa tak berdaya melawan waktu yang telah menyulapku, garis-garis usia yang mengelana di setiap jengkal tubuh, sisa-sisa pertaruhan setelah persalinan, juga wajah yang sering layu karena lelah setiap hari menyusuri isi rumah petak kita dengan rutinitas yang melulu itu-itu saja. Seraya berharap agar kau tak menjatuhkan pandangan pada perempuan lain yang belum lagi terperangkap keajaiban waktu." (H.77)

"Tidak bisakah lelaki hidup dan mempersembahkan cintanya hanya kepada satu perempuan?" (H.162)

"Aku nggak perlu tanggapan orang-orang, aku cuma ingin cantik di mata Abang, begitu susahnyakah?" (H.167)

"Cemburu itu asyiknya pasangan kita tahu, bukan dipendam di hati saja. Jadi ributnya sama pasangan, bukan sama hati. Kasian itu hati." (H.199)

#reviewbuku

Meta morfillah

23 October, 2018

[Mentoring] 7 karakter kader dakwah

7 KARAKTER KADER DAKWAH by Ustad Hilmi

Meski bukan kader dakwah, menurut saya 7 karakter ini perlu diinternalisasikan dalam diri kita. Semacam etos kerja profesional.

1. Asbatu Mulqifan
Kader harus teguh dan kokoh sikapnya.
Keteguhannya adalah buah dari kesabaran, maka jangan pundungan.
Menangkanlah Allah, niscaya Allah akan memenangkan kita.

2. Arhabu Shadran
Berlapang dada.

3. A'maqu Fiqron
Memiliki pemikiran yang mendalam. Berusaha mendalami apa yang sedang terjadi, tidak mudah larut dengan fenomena permukaan.

4. Awsa'u Nadzhoron
Berpandangan luas.

5. Ansyatu A'malan
Paling giat dalam bekerja. Bukan hanya sibuk mengcounter/membantah isu, respon sesuai kebutuhan saja, lebih baik fokus dan produktif. Kemenangan tidak diukur dari banyak sedikitnya barisan (contoh Nabi Nuh, Nabi Luth. Meski pengikutinya sedikit dan nyaris tidak ada, di mata Allah mereka menang).

6. Aslahu Tanzhiman
Kader dakwah harus memiliki gerakan yang paling kokoh strukturnya. Tidak membiarkan kesalahan dan kelemahan terjadi pada diri kita.

7. Atsaru Nafaan
Paling banyak manfaat. Khoirunnaas anfauhum linnaas. Kehadiran kita di masyarakat, memberikan kontribusi nyata. Cek ketika kita pergi/tiada, apakah disedihkan dan dirindukan? Ataukah malah disoraki, ternyata tidak disukai?

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] Abdul Rahman Al Ghafiki

ABDUL RAHMAN AL GHAFIKI (TABI'IN)

Beliau adalah gubernur Andalusia (sekarang dikenal sebagai Portugal). Beliau dipilih menjadi gubernur sebab beliaulah satu-satunya orang tua tersisa yang masih punya kekerabatan dengan Umar bin Khattab.

Saat beliau memimpin, dalam tiap peperangan biasanya kaum muslim menang terua. Namun saat balad asy syuhada (perang di Tours, Prancis) malah kalah. Padahal jika saat itu islam menang, islam akan menguasai seluruh eropa, dan mungkin universitas macam Oxford sekarang pun akan mengajarkan tentang Islam.

3 hal yang biasa terjadi dalam peperangan adalah: pertempuran yang berdampak pada perubahan sosial politik, hasilnya berbeda 180 derajat, dan berubah strategi perang.

Dalam perang di Prancis itu, hasilnya sangat berbeda 180 derajat. Mengubah muka dunia yang tadinya hampir dikuasai Islam lalu gagal.

Kegagalan itu pun terjadi sebab ujian harta di hari kesembilan. Tentara Islam malah sibuk mengamankan harta rampasan (ganimah). Sampai beliau (Abdul Rahman Al Ghafiki) turun dan menyuruh tentara Islam kembali ke posisi semula, namun beliau malah terkena panah dan syahid.

Ibrah yang dapat diambil dari biografi beliau:
Tentang ketaatan pada pemimpin. Dengan potensi besar pun, jika kita tidak taat pemimpin, kita bisa kalah.
Ada kalanya yang membuat kita kalah, adalah karena hawa nafsu terhadap kecintaan dunia.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

02 October, 2018

[Review buku] Genap 2

Judul: #Genap 2 (Aku memilih kamu)
Penulis: Nazrul Anwar
Penerbit: Adnara self publishing
Dimensi: 166 hlm, 2017
ISBN: -

Buku ini adalah sekuel dari serial genap sebelumnya; Ketika Aku dan Kami Menjadi Kita. Berkisah tentang hal yang sama, yaitu kehidupan pasangan muda yang belum lama menikah, bagaimana mereka menanggung konsekuensi atas pasangan yang mereka pilih. Tentang kerja keras suami untuk membahagiakan istrinya. Tentang perjuangan istri untuk mendapatkan ridha suaminya.

Bedanya, kali ini diceritakan dari dua sudut pandang, perempuan sebagai istri dan lelaki sebagai suami. Bergantian. Saling melengkapi dan membuat gambaran utuh membangun alur dan kisahnya.

Sederhana, tapi entah bagi saya sangat mengena. Banyak banget kalimat yang saya tandai harus ditulis sebagai reminder.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Banyak orang yang mengambil pilihan, tapi tak sadar dengan konsekuensi atas pilihan yang diambilnya. Atau hanya sadar pada konsekuensi yang baik-baiknya saja, tapi tak peduli pada konsekuensi yang buruknya. Padahal biasanya,  pilihan selalu menyediakan paket konsekuensi baik dan buruknya." (H.2)

"Rasa bahagia kadang suka bikin lupa, ya? Lupa kalau tidak semua kebahagiaanku adalah kebahagiaanmu. Ada beberapa kebahagiaan kita yang menjadi kesedihannya orang lain." (H.20)

"Dan akhirnya aku memilih kamu, Suamiku. Imamku. Aku ikut kamu. Biarlah mimpi-mimpiku tertunda sementara, untuk digapai di waktu yang lain. Atau biarlah aku mengalah untuk membuat mimpi-mimpi baru di tempat yang baru. Bersamamu. Dengan sepenuhnya ridhamu." (H.32)

"Kesederhanaan, kadang lebih membahagiakan, kan?" (H.48)

"The longer you wait for something, the more you appreciate it when you get it. Because anything worth having is definitely worth waiting for." (H.56)

"Aku selalu percaya, kalau setiap orang punya waktu terbaiknya masing-masing. Dan aku akan berusaha sabar sampai waktunya tepat, sampai waktunya tiba." (H.60)

"Aku baru mengerti, menerima segala kelebihan pasangan hidup itu tidaklah sederhana. Terlebih untuk seorang suami. Apalagi jika kelebihan yang dimaksud yang seharusnya ada pada diri kita, tapi malah adanya di pasangan kita." (H.77)

"Untuk mendapatkan cinta yang besar dari seseorang, kita hanya harus mencintai orang itu dengan cinta yang sama besar, seperti kita ingin dicintainya. Karena hanya pemberian terbaiklah, yang akan menghasilkan penerimaan terbaik pula." (H.117)

"Aku percaya kamu bisa, kita bisa. Sebagaimana Allah percaya telah menitipkanmu kepadaku." (H.136)

"Karena yang lebih tahu, apakah kita sudah melakukan yang terbaik/belum semampu kita, ya diri kita sendiri. Bukan orang lain. Orang lain hanya bisa melihat apa yang di depan mata mereka saja, tapi tidak apa yang ada di hatinya kita." (H.145)

#reviewbuku

Meta morfillah

Text Widget