18 December, 2020
[Review buku] The Chronicles of Ghazi (seri kedua)
16 December, 2020
[Review buku] The Chronicles of Ghazi (seri pertama)
07 December, 2020
[Review buku] Berdamai dengan hidup pas-pasan
06 December, 2020
[Review buku] Memaknai jejak-jejak rasa
04 December, 2020
[Review buku] Kuda dan Anak Manusia
[Review buku] Eugene rewrite
25 October, 2020
[Review buku] Ignite me
20 October, 2020
[Kajian] Tafsir Q. S. An Naba 17-40 {part 2 END}
Oleh Dr. Amir Faisol Fath
إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيقَاتًا (17) يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًا (18) وَفُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا (19) وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا (20
Sesungguhnya hari keputusan adalah suatu waktu yang telah ditetapkan. (17) Yaitu, hari ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok. (18) Dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu. (19) Dan dijadikanlah gunung-gunung lalu jadilah fatamorgana. (20)
Ayat 17-20 menceritakan awal terjadinya hari kiamat. Tanda-tandanya berurutan seperti dalam ayat ini. Kalau belum lengkap, maka belum kiamat. Dijelaskan pula gambaran di akhirat. Diawali tentang neraka, baru surga.
Tanda-tanda kiamat menurut peneliti ada 2: kecil dan besar. Kiamat kecil sudah habis tandanya, tersisa tanda kiamat besar. Diawali dengan munculnya dajjal.
Mengapa harus ada kiamat?
Sebab dunia tidak sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri. Banyak yang benar dianggap salah, dan sebaliknya.
Rasul menyebut 3 tanda:
1. Tanda yang dialami manusia
2. Tanda yang dialami langit
3. Tanda yang dialami bumi
إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا (21) لِلطَّاغِينَ مَآبًا (22) لَابِثِينَ فِيهَا أَحْقَابًا (23) لَا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًا وَلَا شَرَابًا (24) إِلَّا حَمِيمًا وَغَسَّاقًا (25) جَزَاءً وِفَاقًا (26) إِنَّهُمْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ حِسَابًا (27) وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا (28) وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَابًا (29) فَذُوقُوا فَلَنْ نَزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا (30
Sesungguhnya neraka Jahannam itu ada tempat pengintai. (21) Lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas. (22) Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. (23) Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak pula minuman. (24) Selain air yang mendidih dan nanah. (25) Sebagai pembalasan yang setimpal. (26) Sesungguhnya mereka tidak takut kepada hisab. (27) dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya. (2) Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam kitab. (29) Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab. (30)
Ayat 21-30 menggambarkan tentang neraka. 1 hari di neraka = 1000 tahun di dunia (Q. S. Al Hajj: 47).
Malaikat Malik tidak pernah tersenyum, karena penghuni neraka tidak pantas disenyumi. Penghuni neraka minta cuti sehari dari siksaan, tapi tidak bisa. Tak putus-putus. Mereka hidup dan merasakan sakit. Makanannya kalau tidak panas, menjijikkan. Penyebab utama masuk neraka, adalah karena mereka tidak percaya adanya hisab. Padahal hisab itu sama dengan evaluasi di perusahaan. Balasannya setimpal.
اِنَّ لِلۡمُتَّقِيۡنَ مَفَازًا ۙ ﴿31﴾ حَدَآئِقَ وَاَعۡنَابًا ۙ ﴿32﴾ وَّكَوَاعِبَ اَتۡرَابًا ۙ ﴿33﴾ وَّكَاۡسًا دِهَاقًا ؕ ﴿34﴾ لَا يَسۡمَعُوۡنَ فِيۡهَا لَـغۡوًا وَّلَا كِذّٰبًا ۚ ﴿35﴾ جَزَآءً مِّنۡ رَّبِّكَ عَطَآءً حِسَابًا ۙ ﴿36
Ayat 31-36 menggambarkan tentang surga.
Surga itu dipenuhi 3 nikmat:
1. Nikmat pemenuhan nafsu makanan
2. Nikmat pemenuhan nafsu seks
3. Nikmat pemenuhan nafsu bersenang-senang
Istri bisa capek melayani suami di surga, makanya ada bidadari. Tapi tidak ada rasa cemburu di istri. Tidak ada lagi ibadah di surga (seperti shalat, tilawah, puasa, dll), surga hanyalah tempat bersenang-senang. Balasannya melebihi yang dibayangkan.
Ayat 37-40 Allah menggambarkan dirinya melalui kekuasaan/kehebatannya. Ruh malaikat yang dimaksud adalah Jibril. Pada akhirnya, yang mukmin merasa menyesal amalnya sedikit. Sementara yang kafir merasa menyesal mengapa ia berdosa dan tidak ada lagi harapan untuk terbebas dari neraka.
*catatan sepemahaman penulis
Meta morfillah
[Kajian] Tafsir Q. S. An Naba 1-16 {part 1}
Oleh Dr. Amir Faisol Fath
- Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
- Tentang berita yang besar
- yang mereka perselisihkan tentang ini.
Ayat 1-3 bercerita tentang hari kiamat. Akan ada yang berbeda jalan (ke surga atau ke neraka).
Ayat 4-5 Allah menjawab pertanyaan sebelumnya, bahwa jangan coba-coba menolak hari kiamat. Sebab hal itu pasti akan terjadi. Meski dilakukan penelitian bertahun-tahun, tidak akan mengubah kepastian hari kiamat. Hal itu ditegaskan dengan kata “Tsumma” ( ثم ) yang menunjukkan waktu dan pasti. Makanya kalau kita berjanji harus bilang Insya Allah, sebab Allah yang punya kepastian. Kita tidak.
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا (6) وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا (7) وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا (8) وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا (9) وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا (10) وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا (11) وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا (12) وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا (13) وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا (14) لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا (15) وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا (16
7. dan gunung-gunung sebagai pasak?,
8. dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,
9. dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian
11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
12. dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,
13. dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),
14. dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,
15. supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
16. dan kebun-kebun yang lebat?
Ayat 6-16 berbicara tentang akal. Melalui ayat ini, cara Allah menggugah akal manusia. Orang kafir tidak pernah membicarakan tentang akal, melainkan otak. Orang beriman bicara akal. Gampang bagi Allah menghidupkan yang mati. Saat akal berkata tidak, ada dimensi di atas akal, yaitu IMAN.
Allah ajak akal kita berpikir mulai dari berkeliling melihat bumi. Bumi bentuknya bulat, tapi kok kalau kita jalan, dia datar? Padahal kalau semut di atas bola bulat, digulingkan, jadinya miring-miring. Harusnya kalau kamu bawa mobil, rasanya miring. Tapi kata Allah, tidak! Kubuat bumi terasa menghampar hingga kamu nyaman seperti bayi di pangkuan ibunya.
Lalu lihatlah gunung. Itu bukan sekadar hiasan, tapi ada fungsinya. Menjadi pasak bumi.
Lihat diri kita! Dicipta berpasangan: Lelaki dan perempuan. Demi melestarikan manusia. Semua ada fungsinya. Jangan melawan arah seperti LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender) yang fitrahnya sama, jadi bersaing. Berkacalah pada kaum Nabi Luth yang dibinasakan.
Kaum perempuan/ibu diberi Allah kelebihan perasaan karena menanggung tugas-tugas yang memerlukan perasaan (haid, hamil, nifas, dan menyusui).
Kaum lelaki/bapak diberi kelebihan logika untuk mendukung fungsi mencari nafkah.
Lihat orang tidur, sebenarnya itu sedang mati, hanya bisa kubangkitkan lagi (kata Allah)!
Allah berikan malam untuk istirahat, seperti ibu meredupkan lampu agar anaknya lelap saat tidur.
Penyakit itu timbul dari 3 hal: banyak pikiran, banyak makan, dan kurang istirahat yang tepat.
Tabiat dunia = ada masa expired (termasuk kita). Maka jangan masukkan dunia ke dalam hati kita. Iman yang seharusnya masuk!
Lihat tujuh lapis langit! Jarak antar langit seperti jarak bumi ke langit. Yang ada bintang-bintangnya hanya langit dunia. Langit di atasnya tidak ada bintang.
Awan hujan disamakan dengan wanita yang mau haid (seperti kesakitan/berat/sumilangan), makanya bahasa arabnya al ma'tsurat.
*catatan sepemahaman penulis
Meta morfillah
14 October, 2020
[Review buku] Art of Dakwah
30 September, 2020
[Review buku] Langit separuh kelam
22 September, 2020
[Review buku] Memberi jarak pada cinta dan kehilangan-kehilangan yang baik
21 September, 2020
[Review buku] Distilasi Alkena
28 July, 2020
[Review buku] Antara cinta dan ridha Ummi
[Review buku] Anak rantau
24 July, 2020
[Review buku] 11:11
14 July, 2020
[Review buku] Abdul Hamid Ghazi
05 June, 2020
Mempersiapkan kematian
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ ٱلْمَوْتِ بِٱلْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُDan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
Fenomena akhir zaman
Imam Ibnu Majah meriwayatkan di dalam Sunannya :حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِAbu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
- Di saat nilai tumpang tindih dan tidak begitu diindahkan. Orang bohong dianggap jujur, pengkhianat dianggap amanah, orang bodoh disuruh mengurus masyarakat luas dll, muncul zaman ruwaibidhah.
- Pentingnya kejujuran dan peringatan dari bahayanya kedustaan.
- Pentingnya menjaga amanah. Mengingatkan kita dari bahaya mengkhianati amanah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radadhiyallahu anhu dia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِذَا ضُيِّعَتِ اْلأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا أُسْنِدَ اْلأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. ‘Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari Kiamat,’ dia (Abu Hurairah) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bagaimanakah menyia-nyiakan amanah itu?’ Beliau menjawab, ‘Jika satu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah hari Kiamat!’”
- Dari beberapa ciri tsb mengandung substansi yang sama: orang bodoh, hina, tidak menguasai sesuatu diberikan amanah besar jelas akan menghancurkan sebuah amanah.
- Jalan keluar menghadapi situasi kacau tsb adalah kembali pada ilmu (quran dan sunnah + salafus salih) dan ulama (yg mngikuti nabi dan para sahabat).
Membersihkan hati dari noda-noda dosa
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ: {كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}“Jika seorang hamba melakukan satu dosa, niscaya akan ditorehkan di hatinya satu noda hitam. Seandainya dia meninggalkan dosa itu, beristighfar dan bertaubat; niscaya noda itu akan dihapus. Tapi jika dia kembali berbuat dosa; niscaya noda-noda itu akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya. Itulah penutup yang difirmankan Allah, “Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka lakukan itu telah menutup hati mereka” (QS. Al-Muthaffifin: 14). (HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Tirmidzi).
- Jangan menyepelekan sebuah dosa, meski kecil (suka berbohong) karena bisa mengotori hati
- Apabila dibiarkan terus, akan menumpuk dan jadi ro'in (menutupi) hingga sulit menerima nasihat
- Nasihat jadi tidak berguna, ketaatan jadi tidak berbekas
- Jadi kebal dan tidak takut berbuat dosa yang lebih besar, karena sudah terbiasa.
- istighfar dan taubat (berniat untuk tidak mengulangi)
- tinggalkanlah dosa
Tilawah
عَن اَبٍي سَعيدٍ رَضَي اللٌهُ عَنهٌ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌه صَلٌى اللٌه عَلَيهٍ وَسَلٌمَ يَقُولُ الرَبُ تَبَاَركَ وَتَعَالى مَن شَغَلَهُ الُقرُانُ عَن ذَكرِي وَمَسْئلَتيِ اَعطَيتُه اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً وَفَضلُ كَلآمِ اللٌه عَلى سَائِرِ الكَلآمِ كَفَضلِ اللٌه عَلى خَلقِه (رواه الترمذي والدارمي والبيهقي في الشعب ).Dari Abu Sa’id r.a. berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Allah berfirman, ‘barang siapa yang disibukan oleh al Qur’an daripada berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah diatas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (Hr. Tirmidzi, DArami, dan Baihaqi)
قُلْ مَا يَعْبَؤُا۟ بِكُمْ رَبِّى لَوْلَا دُعَآؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًۢاKatakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)". (Q.S. al furqon:77)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًاHai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (Q.S. al ahzab:41)
Dakwah di tengah masyarakat ammah
14 Februari 2019
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Q.S. Fushilat : 33)
- Lapang dada
- Komunikatif : kita harus aktif bertanya, jangan diam-diam saja.
- Beraliansi : berhubungan dengan cerdas, sebagai artian kita yang mewarnai bukan yang diwarnai
ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُۥ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Al-Ahzab : 39)
ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ
Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.Al-Hajj:75)
ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS.Ali-Imran 191 tidak ada ciptaan-Nya yg sia-sia.)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ أَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ ثَمَرَٰتٍ مُّخْتَلِفًا أَلْوَٰنُهَا ۚ وَمِنَ ٱلْجِبَالِ جُدَدٌۢ بِيضٌ وَحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهَا وَغَرَابِيبُ سُودٌ
وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌTidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Faatir : 27-28 perintah membaca Al-qur'an, menegakkan sholat, berinfaq, berbisnis dengan Allah yang tidak pernah rugi.)
- Islam sebagai pedoman kerja dalam kegiatan apa pun
- Kerangka kerja menyatu dengan Misi utama dakwah. Satukan islam dengan misi apa pun. Jangan sekadar mengatasnamakan Islam namun jadikan menegakkan Islam misi kita.
- Dakwah dan jihad sebagai pola dalam menjalankan misi dakwah. Bukan sekadar menjalankan tugas dakwah tapi Jihad, bukan perang secara senjata namun perang melawan keburukan di lingkungan kita nanti.
- Tarbiyah rabbaniya dalam melahirkan kader-kader rabbani. Orang ammah harus masuk dalam lingkaran-lingkaran kecil tarbiyah.
- Keperluan asasi dalam gerakan dakwah benar-benar efektif keberadaannya
- Model kepemimpinan dalam gerakan dakwah ialah tarbiyah
- Tegaknya keseimbangan dan proporsionalitas dalam kehidupan. Kuliah dan dakwah harus seimbang. Saling mengisi dan membantu agar dakwah terus berlanjut.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا ٱهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q. S. 5:105)
ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ ۚ فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ وَٱلَّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهْجُرُوهُنَّ فِى ٱلْمَضَاجِعِ وَٱضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا۟ عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q. S. 4:34)