Pages

28 February, 2017

Hadiah, cinta, bahagia

HADIAH, CINTA, BAHAGIA

Tahadu, tahabbu.
Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai. (H. R. Bukhari, Hasan)

Katanya orang yang memberi belum tentu mencintai. Tapi orang yang mencintai sudah pasti memberi. Bukankah sebelum kita ingin dicintai, maka kita harus lebih dahulu mencintai? Give and take, not take and give, right?

Sungguh indah ajaran Rasul... mencontohkan untuk membahagiakan orang lain agar kita bahagia. Sebab segala hal positif dampaknya akan kembali ke diri kita sendiri. Pun yang negatif. Makanya saya lebih memilih menabung energi positif. Sehingga kelak yang saya tuai pun hasil positif. Ingat hukum tabur-tuai!

Bahkan saat hatimu sedang sedih, duniamu sedang terpuruk, jika kamu inginkan secercah cahaya, cobalah bahagiakan orang lain. Dengan hadiah. Hadiah tak harus mahal. Senyummu, pelukanmu, kejutan kecilmu, kata-kata yang kamu tulis, hingga benda yang paling diinginkan, itulah hadiah. Bisa verbal, nonverbal, dan benda.

Dan rasanya jauh lebih bahagia melihat orang bahagia atas sesuatu yang kita berikan. Dibandingkan bahagia karena memiliki sesuatu yang diharapkan orang lain. Lebih tahan lama sebuah kebahagiaan yang dibagi dengan orang lain dibanding kebahagiaan yang disimpan untuk diri sendiri. Sebab yang mengingat kebahagiaan itu jauh lebih banyak.

Maka saat kita bersedih, mungkin itu tanda bahwa kita harus berbagi, memberi, dan bahagiakan orang lain.

Semangat menulis, menuliskan semangat!

Meta morfillah

Selama kita taat

SELAMA KITA TAAT

Pasti kita pernah berpikiran bahwa kita tertinggal dari teman-teman kita dalam suatu fase kehidupan. Entah itu berpikir kenapa aku belum lulus, kenapa aku belum bekerja, kenapa aku belum menikah, kenapa aku belum punya anak, dan kenapa lainnya.

Padahal ukuran kehidupan ini bukan dari teman. Bukan karena semua temanmu sudah berlanjut ke tahap kehidupan berikutnya, lantas kamu gagal. Bukan.

Ukuran kehidupan ini adalah TAAT. Seberapa taat kamu menjalani tiap fase kehidupanmu. Saat kamu menuntut ilmu, saat kamu single, saat kamu menikah, saat kamu menjadi orangtua. Tidak perlu iri. Tidak perlu sewot jika ada yang bertanya "Kapan?"

Jawab saja, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi sedang berusaha untuk terus taat."

Tugas kita hanya beribadah. Beribadah itu BAAAAANYAAAAAKK sekali caranya. Berfokuslah taat melaksanakan semua ibadah itu. Kita punya orbit masing-masing, tak perlu saling menyinggung.

Dan kita tak pernah sendiri...
Selama kita yakin masih memiliki Allah sebagai sandaran hidup.
Selama kita taat, aku rasa tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Meta morfillah

26 February, 2017

[Mentoring] As sidqu fid dakwah

AS SIDQU FID DAKWAH (SIKAP YANG BENAR DI DALAM DAKWAH)

Ahad, 26 Feb 2017
Ustad Yasir A. Liputo

Ada kita atau tidak ada, dakwah akan tetap ada. Umur dakwah sangat panjang, seringkali melebihi umur kita. Seperti saat Rasul tiada, dakwah tetap dilanjutkan hingga hari akhir.

Pertanyaannya adalah "Apakah saat dakwah berjalan, kita ada di dalamnya atau tidak?"

وَقُلْ رَّبِّ اَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَّ اَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِّيْ مِنْ لَّدُنْكَ سُلْطٰنًا نَّصِيْرًا
"Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)."
(QS. Al-Isra': Ayat 80)

Perhatikan, kata kuncinya adalah masuk dan keluar YANG BENAR. Saat kita bersikap tidak benar dalam dakwah, kita menjadi setengah hati, semua jadi setengah-setengah.

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?""
(QS. Fussilat: Ayat 33)

Kita adalah da'i sebelum segala sesuatu. Maka sikap yang benar dalam dakwah haruslah seperti berikut:

1. SIDQUN NIYYAH (NIAT/MOTIVASI YANG BENAR)
Agar totalitas (kaffah).

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآفَّةً ۖ  وَلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ؕ  اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 208)

Kita berdakwah itu mencari ridha Allah. Kalau Allah ridha, surga, bidadari, kekuasaan, apa pun akan diberikan. Segalanya untuk Allah, sebagaimana ikrar kita di tiap shalat saat iftitah.

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
"Katakanlah (Muhammad), "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,"

لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚ  وَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ  وَاَنَا اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ
"tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (muslim).""
(QS. Al-An'am: Ayat 162-163)

Niat yang benar ini dimulai dari:
~minallah (semuanya kita dari Allah)
~ma'allah (bersama Allah)
~ilallah (semata-mata karena Allah)

Tepati janji kita, mati di jalan Allah.

Orang yang niatnya benar, pasti memiliki:
a. Qalbun Salim (hati yang bersih)
Dia tidak terpengaruh dengan prestasi orang, tapi sibuk memperbaiki dirinya dan berprestasi (tidak dengki atau suka ngambek).
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ
"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna,"
اِلَّا  مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ 
"kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,"
(QS. Asy-Syu'ara': Ayat 88-89)

b. Punya keikhlasan
Ikhlas artinya hanya bersandar pada Allah.
اَللّٰهُ الصَّمَدُ 
"Allah tempat meminta segala sesuatu."
(QS. Al-Ikhlas: Ayat 2)

c. Ruhabatus shadri (kelapangan dada)
Seperti doa Nabi Musa yang banyak cobaan dan sering sekali disebut namanya dalam Al Qur'an.

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ  
"Dia (Musa) berkata, "Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,"

وَيَسِّرْ لِيْۤ اَمْرِيْ  
"dan mudahkanlah untukku urusanku,"

وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِیْ  
"dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,"

يَفْقَهُوْا قَوْلِیْ 
"agar mereka mengerti perkataanku,"
(QS. Ta Ha: Ayat 25-28)

Hilangkanlah kalimat "Aku tak sanggup", ganti "Insya Allah, dengan kekuatan dari Allah, kita bisa!"

2. SIDQUL LISAN (BICARA YANG BENAR)
a. Bil hujjah (dengan dalil/petunjuk)
Meski sebuah dalil benar, harus ada yang paham kontekstualnya. Tidak plek-plekan ambil pengertian tekstual saja. Seperti mengapa dulu sunnah berjaya? Karena Islam yang berkuasa.

Zaman sekarang, agak sulit membudayakan sunnah, sebab yang berkuasa bukan Islam lagi. Contoh pakai jilbab syar'i di Indonesia mudah, tapi kalau di Prancis? Pakai jilbab saja sudah Alhamdulillah, karena negaranya tidak mengizinkan. Ukhti bisa disuruh copot hijab kalau ke sana. Inilah kontekstualnya.

Makanya Islam butuh negara. Tidak bisa agama dipisah dengan negara.

b. Bil qalbi (dengan hati)
Pahami audiens kita, berbicaralah dari hati. Inilah pentingnya memiliki binaan (tidak harus binaan liqo, murid juga bisa disebut binaan, yang diajar), sebab dengan sering memberikan tausiyah melatih jam terbang Anda untuk berbicara.

c. Sinaatul qalam (rekayasa dalam bentuk intonasi, artikulasi, dll)
Biasanya ini ikhwan yang mempelajari. Bagaimana agar saat ceramah, audiensnya tidak ngantuk. Mainkan cara bicaranya.

3. SIDQUL 'AMALI (AMAL YANG BENAR)
Ukurannya:
a. Jiddiyyah (Harus ada kesungguhan)
Man jadda wa jada.

وَالَّذِيْنَ  جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا   ؕ  وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-'Ankabut: Ayat 69)

Akar katanya dalam bahasa arab sama dengan jihad. Saat kita sungguh-sungguh, Allah akan bukakan jalan. Periksalah benar tidaknya amal ibadah kita dari dalil dan juga kesungguhan kita melakukannya.

وَكَاَيِّنْ مِّنْ نَّبِيٍّ قٰتَلَ  ۙ  مَعَهٗ رِبِّيُّوْنَ كَثِيْرٌ ۚ  فَمَا وَهَنُوْا لِمَاۤ اَصَابَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَمَا ضَعُفُوْا وَمَا اسْتَكَانُوْا  ؕ  وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 146)

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْـنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗۤ  ۙ  اَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ  ۖ   يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤئِمٍ   ؕ  ذٰ لِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَآءُ    ؕ  وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui."
(QS. Al-Ma'idah: Ayat 54)

Perhatikan ayat tersebut! Saat kita keluar dari dakwah, Allah akan mengganti kita dengan kaum yang lebih baik. Kitalah yang rugi saat murtad.

b. Istimroriyah (berkesinambungan)
Misal liqo tidak pernah telat. Manalah Allah ridha jika kamu enggak sungguh-sungguh (telat)?
Dari istimroriyah akan lanjut menjadi istiqamah (konsisten).

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ  الْمَلٰٓئِكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ  تُوْعَدُوْنَ
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.""
(QS. Fussilat: Ayat 30)

Semestinya kita tawadhu terhadap hasil keputusan syura'(rapat). Inilah mengapa ijma' lebih kuat dari ayat Quran, sebab keputusan syura' mengikat dan sudah dibahas beratus kali. Kalau sudah perintah harus sami'na wa atho'na.

اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذَا دُعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ لِيَحْكُمَ  بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا  ؕ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, "Kami mendengar, dan kami taat." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. An-Nur: Ayat 51)

Amanah dan jabatan adalah penugasan, bukan kemuliaan.

c. Tadhiyyah (pengorbanan)

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَـنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصّٰبِرِيْنَ
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 142)

Surga itu belum nyata. Masih harus bersabar dan berkorban. Kalau tidak liqo karena hujan, maka tidak akan ada liqo di Bogor ini. Ya namanya saja kota hujan, sudah keseharian loh hujan!

4. SIDQUN MAAL (HARTA YANG BENAR)
Dakwah tidak akan berjalan jika tidak ada sarana dan prasarana (membiayai sendiri).
Sekecil apa pun, meski akhwat, harus tetap berusaha (berbisnis).

اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَــنَّةَ    ؕ  يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَ يُقْتَلُوْنَ ۙ  وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰٮةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِ    ؕ  وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَـبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖ   ؕ  وَذٰ لِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. At-Taubah: Ayat 111)

Dalam ayat ini, lebih dahulu kata "anfus (jiwa)" baru "amwaluhum (harta)". Padahal ini surat yang menyeru jihad. Allah hendak membeli diri kita, bukan sekadar harta! Jihad!

Jika keempat hal itu telah kita miliki, niscaya kita akan memiliki IMUNITAS DALAM DAKWAH. Tidak ada lagi galau, sedih, malas, apalagi setengah hati. Semua total, kaffah, menyeluruh!

#catatan sepemahaman penulis

Meta morfillah

Menatap langit

MENATAP LANGIT

Sedari kecil, saat aku mencari Tuhan otomatis leherku mendongak. Mataku menatap langit. Keyakinan bahwa Tuhan ada di atas langit, dengan keMahaBesarannya memandangiku yang seperti atom ini.

Dalam hati aku berdialog dengan Tuhan. Bahkan kadang lirih kusampaikan doaku. "Tuhan, bantu aku..."

Sampai kini aku dewasa, aku masih saja menatap langit bila aku mencari Tuhan. Meski aku sudah memiliki pemahaman baru, bahwa Tuhan ada di mana-mana. Bahkan kadang Tuhan menjawab doa dan pertanyaanku melalui terjemahan Al Quran yang kubaca, buku yang aku selesaikan, curhat temanku yang galau, pertanyaan polos anak-anak, dan lainnya.

Tuhan tidak jauh. Tuhan tidak berjarak dengan hambaNya. Meski singgasana Tuhan ada di atas langit sana. Langit yang lebih luas dari langit yang kita lihat saat ini. Langit yang tidak pernah menyombongkan dirinya bahwa ia begitu tinggi.

Menatap langit, membantuku menyadari bahwa sungguh aku tiada arti dan begitu kecil di hadapan Pencipta langit tersebut.

Meta morfillah

22 February, 2017

Komitmen

Kautahu, kata apa yang terasa kuno dan semakin sulit ditemukan?

KOMITMEN.

Bahkan pada Allah, komitmen kita kadang kurang kuat. Kita hanya butuh Dia saat kita kesulitan, setelahnya kita kembali melupakan. Padahal komitmen beriman padaNya haruslah senantiasa dipupuk tiap hari. Mengetahui komitmen seseorang adalah dari ketaatan atau kesetiaannya.

Ingat, bahwa setiap orang kuat berdasarkan sandarannya. Sandaran terbaik adalah pada Tuhan.

Yuk, jadi orang yang BERKOMITMEN!

Meta morfillah

Keajaiban

Kadang kita membayangkan keajaiban lahir pada hal yang megah dan mewah
Padahal keajaiban seringkali lahir pada hal yang dianggap biasa oleh kita sebab kita jarang mensyukurinya
Seperti bisa bernafas tanpa alat
Bisa shalat berdiri tegap tanpa kursi roda
Bisa berzikir tanpa terbatuk hebat

Itulah mengapa, Allah kadang mencabut sebuah nikmat agar kita menyadari nikmat yang lain
Pada nikmat yang menurut kita biasa, ada keajaiban di dalamnya

Keajaiban lahir setiap detik tanpa kita sadari
Keajaiban dimulai saat pagi, kita membuka mata
"Allah, terima kasih telah mengembalikan jiwaku pada tubuhku."
Selanjutnya kita menjalani hari dengan sisa bonus keajaiban lainnya.

Secangkir wedang jahe, kayu manis, cengkih, dan sereh ini adalah keajaiban yang saya terima dari mama
Secangkir cinta untuk menghangatkan jiwa

Meta morfillah

[Review buku] Have a little faith

Judul: Have a little faith
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 271 hlm, cetakan ketiga juni 2014
ISBN: 978 602 03 0657 5

Buku ini mengisahkan dua sosok religius bagi penulis. Bermula dari permintaan rabi tua bernama Albert Lewis di kampung halaman Albom, South Jersey, untuk memberikan eulogi di hari pemakamannya kelak. Sebagai penulis, Albom merasa harus mengenal lebih dekat sang rabi. Maka ia pun melakukan kunjungan ke rumah sang rabi tiap akhir pekan.

Sejalan dengan itu, ia pun terlibat dalam badan amal kemanusiaan yang mempertemukannya dengan seorang Pastor di Detroit bernama Henry Civington yang dahulunya adalah pengedar narkoba, pemabuk dan narapidana. Pastor itu memberikan pelayanan bagi orang miskin dan gelandangan di sebuah gereja tua yang bobrok.

Dua manusia, dua kisah yang bermuara pada satu keterikatan: penghiburan Ilahi karena percaya pada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita. Selama berkomunikasi intens dengan keduanya, Albom merasakan bahwa ini merupakan perjalanan pribadinya tentang iman untuk menemukan lagi tujuan hidup di tengah kemodernan manusia.

Saya suka gaya bercerita Albom sebagaimana saya jatuh hati pada karya pertamanya yang saya baca dalam english version dahulu "Tuesday with Morrie". Beragam pertanyaan tentang hidup yang jauh lebih nyata mengalir dengan kata-kata ringan namun bermakna dalam.

Saya pun jadi sedikit paham tentang Yahudi sebagai agama dengan beragam tradisinya. Juga kristen dengan pastornya yang memiliki keluarga. Beberapa ajaran pun berakar sama dengan Islam.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Aku merasa sedang dimintai pertolongan, padahal akulah yang sedang ditolong." (H.2)

"Segala sesuatu yang tumbuh cepat sering kali lebih mudah hancur ketimbang yang tumbuh perlahan-lahan." (H.38)

"Iman itu berkaitan dengan melakukan. Siapa dirimu bergantung pada tindakanmu, bukan hanya pada apa yang kauyakini." (H.48)

"Tak peduli seberapa jauh manusia mencoba, pada suatu tahap hidup tetap saja berakhir. Lalu apa yang terjadi ketika kehidupan berakhir? Di situlah Tuhan mulai." (H.85)

"Apakah yang paling ditakuti manusia mengenai kematian?
Dilupakan." (H.133)

"Ingatlah, satu-satunya perbedaan antara 'marital' (pernikahan) dan 'martial' (bela diri) adalah di mana kita menempatkan 'i' (aku)." (H.151)

"Hati yang benar-benar utuh adalah hati yang pernah patah." (H.254)

Meta morfillah

19 February, 2017

[Mentoring] Tadabbur Q. S. Fussilat [41]: 30

Ahad, 19 Februari 2017
Bu Efi

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kami bersedih hati. Dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.
Q. S. Fussilat [41]: 30

Ayat yang sangat optimis.
Ayat ini menegaskan kita untuk tidak sedih atas sesuatu yang telah terjadi yang tidak sesuai harapan kita hingga kita kecewa karenanya. Juga tidak takut atas sesuatu yang belum terjadi.

Kita harus tetap optimis selama menjalankan suatu proses, meskipun hasilnya kadang tak sesuai ekspektasi. Sebab selama prosesnya baik dan sesuai syariat, insya allah akan ada banyak hidayah yang dipelajari.

Bagi seorang mukmin, takut dan sedih tidak akan begitu besar, selama punya Allah. Sebab mukmin begitu yakin bahwa Allah melihat prosesnya, tidak hanya hasil.

Terkait PILKADA kali ini, terutama Jakarta, Indonesia perlu berkaca pada Syiria. Saat Bashir Assad berkampanye dengan cara blusukan, persis sebagaimana Presiden Indonesia yang sekarang. Menggaungkan pada kaum marjinal akan kesejahteraan. Namun setelah terpilih, nampaklah aslinya. Syiah merajalela dan kaum muslim pun dibantai.

PILKADA kali ini membuat sebagian kita begitu gemas dan harap cemas. Tapi, ingatlah ayat di atas. Jangan terlalu sedih dan takut. Lebih baik kita lakukan beberapa hal berikut agar Allah mendatangkan kekuatannya:

1. Umat memiliki kemauan yang sangat kuat.
Potensi umat digerakkan untuk kesadaran memilih dan memiliki pemimpin muslim. Aksi 411, 212 untuk #muslimvotemuslim

2. Loyalitas yang tinggi pada dakwah, tanpa ada pengkhianatan
Ini ditilik dari sisi da'i.

3. Pengorbanan yang besar, tidak terhalangi ketamakan dan kebathilan

4. Penghormatan pada prinsip dan keyakinan terhadap manhaj
Jangan pernah ragukan manhaj, insyaa allah manhaj ini benar, syaamil. Bila ada kelemahan atau tambal sulam itu berasal dari oknum, bukan manhajnya.

#catatan sepahaman penulis

Meta morfillah

Mau berpikir

MAU BERPIKIR

Pernah kulihat seorang ustad begitu syahdu meneguk air mineral di cangkirnya. Setiap tegukan ia sela dengan zikir, "Alhamdulillah" dengan mata yang khusyu'.

Aku heran, mengapa begitu lebay. Itu dulu, jauh sebelum aku memahami bahwa itulah yang dinamakan adab, sebelum ilmu.

Adalah adab yang menunjukkan kita seorang muslim, orang yang tertarbiyah, mengilmui dengan sebenar-benar aplikatif.

Adab ustad itu terhadap makanan, rizkinya, membuatku sedemikian terkesan. Hingga aku membaca sebuah buku yang menjelaskan betapa dari makanan, ada banyak kesyukuran yang bisa kita insyafi.

Bayangkan, sebutir garam, seekor ikan, sepotong terasi, sebatang cabai, sebuah labu, segenggam beras dari segala penjuru. Dari daerah tak bernama, hingga luar negeri, mengalami perjalanan jauh, proses lama, hanya untuk bertemu di piring kita. Masuk melalui mulut dan diproses dalam lambung kita hanya dalam hitungan menit.

Pikirkan, berapa banyak tukang sayur, tukang ikan, ibu warung, supermarket yang harus dipilih oleh kita atau orang yang akan memasak. Berapa besar probabilitasnya hingga kita bertemu ikan, sayur, sambal yang akan kita makan hari ini. Tak luput. Semua tertulis dalam kitabNya di lauh mahfuz bahwa hari ini kita akan makan nasi pakai ikan asin pakai sambal terasi dan lalap labu.

Rasakan, betapa dalam hal yang kita anggap suatu keharusan, remeh temeh, terdapat sebuah keajaiban. Ketidakberaturan yang teratur. Seperti alur sebuah kisah, betapa Allah menuntun semua itu untuk skenario hidup kita.

Maka, saatnya kita buktikan bahwa kita adalah hambaNya yang dimaksud, "Maka terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah, bagi KAUM YANG MAU BERPIKIR."

Ayo, segera... fafirru ilallah (kembali pada Allah, kembali pada Al Quran dan Sunnah). Perhatikan adab ulama kita, ulama terdahulu maupun kini. Ilmui adabnya, semoga kita bisa bersama dengan para orang saleh di dunia dan surga kelak.

Meta morfillah

*Perhatikan, aku mencoba kata kunci STIFIn di tiap paragraf. Tebak apa saja dan untuk MK apa? Hehe

Tamy kelas 7 Al ghazali SMP SIIHA

Rabbi habli minashshaalihiin...

Diwhatsapp sama seorang murid ikhwan bermesin kecerdasan Intuiting Extrovert yang memiliki target menjual 20 barang secara online dalam sebulan.

Minggu lalu dia melapor baru berhasil menjual 4 barang. Lalu hari ini dia melaporkan berhasil menjual sebuah motor. Hanya satu. Tapi marginnya luar biasa.

Saya salut, sebab saya pernah mengobservasi banyak salesman dan supervisor di berbagai training untuk sebuah keterampilan menjual. Selling skills. Ada banyak keterampilan yang harus dipelajari untuk menghasilkan closing 1 unit motor.

Anak ini, setahu saya belum pernah mengikuti training sejenis. Dia masih kelas 7 SMP. Tapi memang jiwa pengusahanya cukup tinggi. Dan yang penting dia sadar akan potensinya. Dia memilih untuk menjadi KAPITALISATOR POTENSI yang BAIK dengan MK Ie STIFInnya.

Masyaa Allah, saya bahagia mendengarnya. Bahwa dia sudah berada pada jalur yang memang semestinya. Saya berdoa semoga kelak dia menjadi #MusliMiliarDermawan yang akan mendukung Islam. Akhlaknya islami.

Juga pada murid saya yang lain, semoga kalian cerdas sesuai fitrah kalian. Sesuai Sensing, Thinking, Intuiting, Feeling, dan Insting. Mewarnai agama Islam dengan positif. Aaamiin

Congrats @fahrizatamy BARAKALLAH!

Meta morfillah

Dari Hujan...

Aku selalu bahagia saat hujan turun, karena aku dapat mengenangmu untukku sendiri.

Dari hujan kita belajar persiapan, bahwa ada kalanya langit bermuram durja. Lantas menarilah bersama hujan dan buat langit tersenyum ceria kembali.

Dari hujan kita belajar memberi semua yang kita punya, bahwa langit begitu mencintai bumi. Dicurahkannya rintik air untuk mendamaikan gersangnya bumi, agar suhu kembali normal.

Dari hujan kita belajar bahwa hidup perlu jeda, berteduh sejenak dari ruwet aktivitas. Nikmati syahdunya harmoni tik tik tik hujan turun dan udara yang mendingin. Diam. Dengarkan. Rasakan. Berzikirlah atas karuniaNya.

Dari hujan aku belajar bahwa jatuh tak selamanya berakhir, bisa jadi itu adalah awal mula. Seperti jatuhnya titik hujan ke tanah, menjadi mula kehidupan bagi tanah yang mendamba air. Merekah, bersiap menerima benih apa pun untuk disuburkan dan dihebatkan.

Dan di antara rintik hujan... aku menyelipkan namamu. Sebab bersama hujan yang mempersembahkan dirinya bagi tanah, Allah membuka pintu langit untuk menerima banyak doa.

Adakah kiranya kaudengar lantunan namamu?

Itu dari bibirku.

Meta morfillah

17 February, 2017

[Review buku] Bersamamu, di jalan dakwah berliku

Judul: Bersamamu, di jalan dakwah berliku (Berbaris dalam dakwah, berpeluk dalam ukhuwah)
Penulis: Salim A. Fillah & Felix Y. Siauw
Penerbit: Pro-U Media
Dimensi: 256 hlm, cetakan pertama 2016
ISBN: 978 602 7820 59 3

Duet ustad yang berbeda harakah. Satunya tarbiyah, satunya HTI. Di saat isu pergesekan antar harakah Islam memuncak, dua ustad ini bersatu membuka cakrawala. Bahwa kita jauh lebih banyak persamaannya dibanding perbedaan.

Bahwa dalam masalah furu', qiyash, ijtihad adalah wajar kita tak sependapat. Tapi dasar utama dan yang kita imani adalah sama. Ada banyak harakah yang sebenarnya bertujuan satu dan itu semua baik. Sayangnya, perbedaan terjadi dari sisi mana harakah tersebut melihat. Ada yang melihat dari ekonomi, politik, sistem, dll.

Buku ini juga pas dengan kontekstual saat saya membaca sekarang, terkait PILKADA DKI, #muslimvotemuslim.

Ah, berkali saya menangis membaca ikrar ustad salim dari Q. S. Yusuf: 108 yang dikupas per bab (dan menghabiskan 2/3 porsi buku) "Katakanlah, ini jalanku. Aku berdakwah menyeru manusia kepada Allah di atas bukti-bukti yang nyata, aku dan orang-orang yang mengikutiku, Maha suci Allah, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang mempersekutukanNya."

Ah, berkali saya malu membaca pengakuan ustad felix tentang "Dakwahku (yang masih berbangga atas harakahnya); bersamamu (yang mencoba memahami harakah lain dan ternyata tujuan kita sama, hanya kurang silahturrahim); di jalan berliku (sementara banyak di luar Islam ingin memecah belah kita)."

Gaya buku ini dibuat dual cover bolak-balik. Seperti buku dwilogi padang bulan andrea hirata.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Seorang da'i agung ditanya, 'Apa rahasianya hingga banyak orang Allah karuniai hidayah melalui dirimu?'
Beliau menjawab, 'Kudakwahi mereka di siang hari, dan kudoakan mereka di malam hari." (SAF, h.49)

"Di dalam himpunan pendapat yang benar, masih ada mana-mana yang lebih tepat dan mana juga yang ternyata luput." (SAF, h.98)

"Nak, dakwah Nusantara sudah menjadi jatah Ayahanda. Di luar itu, tugasmu membentang sejauh kepulauan Jepang hingga Eropa, daratan Cina hingga benua Amerika. Sebab, sungguh Nabi SAW dijadikan Allah rahmat bagi semesta alam. Tapi dalam tapak jejaknya di atas bumi, beliau baru sejauh-jauh menyusuri Makkah-Madinah-Tabuk-Al quds. Maka kitalah yang bertugas menjadi dutanya pada alam semesta, menjadi sarana Allah untuk menghadirkan rahmatNya bagi umat manusia di mana pun berada." (SAF, h.183)

"Tidak semua perbedaan itu harus ada yang benat dan lainnya salah. Dalam ilmu agama, dua hal berbeda bisa jadi satu benar dan lainnya lebih benar, selama ia berlandaskan dalil islami. Karena itulah kita menerima perbedaan dalam fiqih." (FS, h.32)

"Dakwah itu banyak ragamnya dan pilihan itu harus dipertanggungjawabkan." (FS, h.45)

"Sungguh berdakwah tidaklah mudah. Lebih tidak mudah lagi berdakwah bersama jamaah. Dan akan tambah kesulitannya bila berdakwah dengan orang yang berlainan harakah. Namun, inilah jalan yang kita pilih, yaitu jihad di jalan Allah. Dan kita amat tahu bahwa akhir dari perjalanan ini adalah tempat yang paling indah!" (FS, h.61)

Meta morfillah

16 February, 2017

17 Februari keenam belas

Dan kini... enam belas tahun setelah kepergianmu, baru aku mengerti bahwa kisahku bertumpu pada kisahmu.

Engkau pergi di usia sebelas tahun, seumuran dengan anak didikku saat ini.
Engkau adalah guru SD dan SMP, persis seperti diriku saat ini.

Tanpa kusadari, alur kisahku mengalir seperti kisahmu. Kisah keluarga besarmu. Kisah leluhur kita. Garis besar keluarga yang mendarah daging berbakti dalam dunia pendidikan.

Berawal dari "Ini Budi. Ini Ibu Budi."

Yaa... dunia keluargamu, Pak.

Dunia yang dulu tak pernah menjadi pilihanku. Namun kujalani dengan kesadaran penuh sekarang, bahwa mengajar sesungguhnya belajar.

And, I'm still your little daughter who always missed you.

Meta morfillah

In memorian
17022001-17022017

Fokus berkembang

FOKUS BERKEMBANG

"Innallaha yubghidul fahisyal badzia.
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan kotor kata-katanya." (H. R. Tirmidzi)

Kembali fokus pada peran kita. Salah satunya mempersiapkan generasi mendatang sebagai pemimpin terbaik. Mengajarkan adab lalu ilmu.

Pada hal kecil namun menanamkan karakter. Adab makan, adab bicara, adab bergaul, adab bertamu, dan lainnya.

Sadar bahwa bermula dari mulut dan jarimu yang quick response dalam keseharian atau media sosial menjadi bumerang. Menghidupkan lagi sifat wara' (kehati-hatian).

"Kenapa sih, Bu, kita enggak boleh ngomong 'gue-elo' atau asal nyeletuk?"

"Kenapa sih, Bu, dikit-dikit kita istighfar?"

"Kenapa, kenapa, dan kenapa???"

Sudah ada contoh terbaik, Rasulullah SAW. Maka dari hal kecil seperti perkataan, kita mulai contoh kesantunan tutur kata beliau. Meski zaman sekarang, kata-kata kasar mulai menyerap dalam keseharian, bahkan menjadi canda.

Maka, inilah PR kita, Nak. Bersama menjadi teladan kebaikan. Bukan berarti kita terbaik, memang. Tapi mencoba menyadarkan bahwa Islam itu indah, tanpa tertutupi kejelekan pribadi umatnya, adalah keharusan kita.

Berawal dari mengurangi kata-kata kasar baik dalam keseharian atau pun media sosial.

Aku pun masih belajar, Nak.

Meski terbaik kita belumlah luar biasa, setidaknya saat dihisab nanti, Allah tahu bahwa kita sudah berupaya meneladani sifat uswatun hasanah kita.

Seperti bunga, kita berupaya mengembangkan potensi-potensi terbaik kita, berkembang seindah-indahnya.

Meta morfillah

14 February, 2017

Ilmu dan adab

ILMU DAN ADAB

Hidup kita memang dipenuhi banyak kertas. Setiap penghargaan tertulis dalam sebuah kertas untuk mengukuhkan bahwa kita pernah berprestasi.

Tapi, prestasi sesungguhnya adalah apa yang sehari-hari kita lakukan. Apakah apa yang tertulis telah kita internalisasikan ke dalam diri? Bagaimana PERTANGGUNGJAWABAN terhadap ilmu yang telah dimiliki?

Maka, saat melihat lagi beragam sertifikat pencapaianmu, tanya lagi ke dalam dirimu... Sudahkah aku merepresentasikan ilmu yang kudapat dalam hari-hariku?

Sebab sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat.
Setinggi-tinggi derajat adalah yang bertakwa.
Ilmu didahului adab, adab didahului iman.

Beradablah jika kamu berilmu.
Hanya orang BIADAB yang tidak beradab.
Ilmuilah ilmu dengan adabnya.

Meta morfillah

06 February, 2017

[Mentoring] Makna tsiqah yang tereduksi

MAKNA TSIQAH YANG TEREDUKSI

Bu Efi
Ahad, 15 Januari 2017

Ingat kembali 10 rukun baiat:
1. Al fahm (pemahaman)
2. Al ikhlas (keikhlasan)
3. Al 'amal (amal)
4. Al jihad (jihad)
5. At tadhiyah (pengorbanan)
6. At tha'ah (ketaatan)
7. Ats tsabat (keteguhan)
8. At tajarud (dedikasi)
9. Al ukhuwah (persaudaraan)
10. Ats tsiqah (kepercayaan)

Saat tsiqah (rasa percaya) berkurang, perekat ketaatan pada pemimpin pun melemah dan akan mengakibatkan kehancuran jamaah. Para musuh Islam akan menyerang tsiqah para jundi (prajurit) dengan menebar keraguan, menjelekkan image kader/pemimpin/ulama.

Tsiqah adalah tenangnya hati seorang prajurit terhadap pimpinannya (setelah 9 rukun baiat sebelumnya terpenuhi).

Ada kalanya rasionalisasi keputusan tidak dipaparkan untuk alasan keamanan, etika, atau menjaga aib. Tidak semua hal harus diobral ke umum.

Juga kadangkala terkendala jarak dan waktu, sehingga tidak dijelaskan detil. Inilah mengapa rukun taat didahulukan sebelum tsiqah.

Sebab jamaah kita adalah jamaah manusia, bukan jamaah malaikat. Tambal sulam kekurangan pasti ada. Tapi manhaj, insya Allah tetap benar.

Jangan sibuk mempertanyakan kemunduran saat ini, seperti kaum Ali bin Abi Thalib. Mereka protes mengapa di zaman kepemimpinan Rasul, Abu Bakar, Umar bin khattab dan Utsman bin Affan keadaannya lebih baik daripada Ali. Dengarlah jawaban cerdas Ali, "Di zaman mereka dahulu, orang yang dipimpinnya adalah orang sepertiku. Sedangkan di zaman kepemimpinanku sekarang, orang yang kupimpin adalah orang sepertimu."

Jika binaan/muridmu kurang berkualitas, maka cek lagi dirimu sebagai murabbi/guru, apakah sudah menjadi teladan?

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

05 February, 2017

[Mentoring] Apa yang diharapkan dari medsos (berdakwah melalui medsos)?

APA YANG DIHARAPKAN DARI MEDSOS (BERDAKWAH MELALUI MEDSOS)?

Ustad Deri Sulaiman (mantan artis)
31 Des 2016

Saya adalah salah satu yang mendapat hidayah melalui medsos (dikirimkan artikel kebesaran Allah oleh kakak kelas saya di email). Socmed adalah fasilitas dakwah yang telah dimudahkan oleh Allah. Meski saya masih berpendapat bahwa medsos lebih banyak mudharatnya. Saran saya, bagi yang belum buat medsos, sebaiknya enggak usah buat!

Allah meletakkan kebahagiaan pada iman dan amal saleh. Enggak mungkin orang maksiat merasa bahagia. Mereka pasti berdusta, hanya 'seperti bahagia'.

Allah menghargai iman sebesar debu dengan surga yang luasnya 10x lipat dunia. Siapakah yang tahu harga iman? Para nabi, sahabat, wali Allah/ulama, dan iblis. Itulah mengapa nabi dan ulama rela mengorbankan apa pun demi dakwah dan iblis sekuat tenaga ingin menghancurkan iman manusia.

Kalau kamu tidak mau ikut Rasul, maka pasti menjadi pengikut iblis. Sebab hanya ada 2 kemungkinan: sibuk taat, berbalas surga; atau sibuk maksiat, berbalas neraka. Tidak ada tengah-tengah, seperti tidur di emperan surga.

Kalau kita cinta/sayang, maka kita tidak akan jijik lagi membersihkan kotorannya, seperti mengurus anak kita. Maka cintailah Islam dan umatnya hingga kita mau membersihkan keburukannya.

Saat akan menulis di medsos, niatkan LILLAH. Pikirkan, apakah tulisan kita akan membuat bangga Islam atau sebaliknya?

Dakwah yang benar itu meniru Rasulullah SAW: mengajak, mengundang, tak harap imbalan (niat murni). Tidak ada dakwah lewat tulisan, musik, dll. Itu hanya buah dakwah/muamalah. Dakwah harus tetap dilakukan secara langsung (tatap muka, ajakan, teladan). Mari kita mulai dakwah dari rumah (Rasul mulai dakwah dari istri, lalu 40 rumah sekitarnya, dari depan, belakang, kiri, dan kanan).

4 jenis objek dakwah:
1. Abu Bakar: diajak ke masjid, langsung jalan
2. Abu Thalib: diajak ke masjid, nyaranin orang lain ikut, memuji bagus, tapi dia sendiri enggak ikut
3. Abu Sufyan: diajak ke masjid, marah-marah dulu, tapi ikut
4. Abu Jahal: istiqamah menolak

Tetaplah buat batasan dengan dunia maya/gadget.

Perkara yang susah, jika diniatkan jadi mudah.
Perkara yang mudah, jika tidak diniatkan jadi susah.

Azan dikeraskan (pakai speaker) untuk memanggil orang-orang yang sibuk dengan dunia/lalai. Kalau orang beriman pasti akan menunggu azan di masjid dengan beragam amalan sunnah.

Dakwah bukan profesi, tapi profesi apa pun haruslah berdakwah. Ceritakan surga (bawa obat, bukan penyakit untuk berdakwah. Jangan takuti neraka terus, tapi ceritakan betapa pencintanya Allah).

Saat kita berdakwah sebenarnya itu untuk diri kita. Orang yang didakwahi adalah sarana dakwah kita, sementara diri kita adalah sasaran dakwah.

Dakwah tidak dipisah 'amar ma'ruf dan nahi mungkar. Tanpa sadar, orang yang 'amar ma'ruf (contoh mengajak shalat) pastilah sudah nahi mungkar (mencegah keji dan mungkar karena tidak shalat).

Jihad/nahi mungkar adalah pilihan terakhir. Sebab dakwah Rasul adalah dakwah cinta (mahabbah).

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] Tantangan shalih di era digital

TANTANGAN SHALIH DI ERA DIGITAL

Ustad Hilman Rosyad
31 Des 2016

Kehidupan maya sudah melekat dengan kehidupan nyata. Terlihat dari fenomena ojek online dan layanan lainnya. Ada kecemasan terhadap dunia internet bahwa lebih banyak mudharatnya.

Namun menurut saya kurang bijak jika menarik diri dari internet, sebab potensinya sangat besar.

Di dunia maya tidak ada instruksi "Kamu harus begini, begitu". Adanya tutorial/tuntunan teknis, sehingga pegiat medsos harus kreatif.

Ingatlah "SAYA MUSLIM" sebelum melakukan sesuatu di dunia maya. Seperti tentang bicara, tentang aurat di medsos (jaga mulai dari mata). Sebab dalam Islam tertulis dan nyata itu sama.

Misalnya di whatsapp ada yang minta didoakan, jangan langsung komen aamiin. Tapi diam sejenak, doakan, baru balas aaamiin. Benar-benar dilakukan apa yang tertulis.

Konteks memilah/menerima informasi, segera tabayun dan pastikan apakah benar, akurat, dan lengkap.

الَّذِيْنَ يَسْتَمِعُوْنَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُوْنَ اَحْسَنَهٗ    ؕ  اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ هَدٰٮهُمُ اللّٰهُ وَاُولٰٓئِكَ هُمْ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat."(QS. Az-Zumar: Ayat 18)

Konsep menyebarkan informasi:
Apakah berita itu BENAR untuk disebar?
Apakah berita itu PENTING untuk disebar?
Apakah berita itu PERLU disebar?

Semua itu perlu diperhatikan sebab medsos bebas nilai. Etika bermedsos pun harus ghadul bashar, bukan sekadar menundukkan mata, tetapi mengalihkan perhatian ke hal yang lebih baik. Saat ada gambar kurang sopan, segera beralihlah!

Tidak semua pertanyaan harus dijawab di medsos. Terutama bila yang syariat tidak mewajibkan untuk tahu. Seperti bertanya tentang shalat hajat, tasbih, dll sementara shalat wajib dan rawatibnya belum lengkap. Fokus pada yang wajib.

Guyonan ustad Hari Sanusi:
Iman di medsos terdiri dari 3 level,
1. Iman paling lemah adalah mengelike
2. Iman sedang adalah dengan komentar
3. Iman paling tinggi adalah dengan mengeshare.

So, hati-hati dengan medsosmu!

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] Taat pada Allah dan menghindari murkaNya

TAAT PADA ALLAH DAN MENGHINDARI MURKANYA

Bu Sri
Ahad, 18 Des 2016

Kita diperintahkan untuk taat tanpa banyak tanya (seperti orang Yahudi). Sami'na wa ato'na, kami dengar dan kami taat.

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصّٰلِحِيْنَ  ۚ  وَحَسُنَ اُولٰٓئِكَ رَفِيْقًا  
"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa': Ayat 69)

*Hakikat taat pada Allah:
1. Takwa pada Allah

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Ali 'Imran: Ayat 102)

2. Beriman/percaya pada Allah

3. Cinta pada Allah
Cinta berarti melakukan pengorbanan. Misal hadir liqo berarti mengorbankan waktu weekend, ongkos, dll.

4. Beribadah pada Allah.
Banyak caranya, ada ibadah mahdhah (hablumminallah seperti shalat, zakat, puasa), dan ghaira mahdhah (hablumminannaas seperti tersenyum, menjenguk, dll).

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ  اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."(QS. Az-Zariyat: Ayat 56)

5. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya

6. Melakukan kebajikan ('amar ma'ruf)

وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ  عَنِ الْمُنْكَرِ  ؕ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."(QS. Ali 'Imran: Ayat 104)

*Buah dari taat pada Allah
1. Tsabat/teguh/kokoh dalam beragama
2. Dicintai Allah SWT

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ  يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ  ؕ  وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."(QS. Ali 'Imran: Ayat 31)
3. Kemenangan di dunia dan akhirat
4. Bahagia dan lapang dada
"Salah satu tanda kecintaan Allah pada hambaNya adalah ia disibukkan dalam kebaikan." (Hadits)
5. Dimasukkan ke dalam surga

*Menghindari murka Allah
1. Hindari maksiat
Misalnya nonton tv berlebihan, akhwat keluar rumah tidak pakai kaus kaki.
Dosa yang akan dibayar langsung di dunia: zalim pada manusia dan durhaka pada orangtua
2. Hindari syirik pada Allah
Seperti praktuk kejawen, baca ramalan zodiak, dll.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

04 February, 2017

I just live my authentic life

I JUST LIVE MY AUTHENTIC LIFE

"Bu Meta paham sekali tentang retardasi mental/disabilitas intelektual."

Saya hanya tersenyum menanggapi pernyataan interviewer tersebut. Bagaimana tidak, sebab saya hidup bersama dengannya. Ialah uda saya.

Sudah sejak lama keegoisan untuk bahagia sendiri saya tinggalkan. Semenjak saya sadar bahwa ada dua kesayangan saya yang membutuhkan saya. Meski mereka rela bila saya bahagia sendiri, namun saya tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Mama dan uda.

Mencari seseorang yang mau menerima diri kita dalam bingkai lebih besar bernama keluarga ternyata tidak mudah. Kalau hanya tentang diri saya, sudah dari dulu saya menggenap. Tapi ini bukan lagi tentang saya seorang. Saya ingin menggenapkan dua buah keluarga. Bukan sekadar dua buah jiwa.

Inilah mengapa penting bagi saya sebuah kunjungan dengan keberanian melihat keluarga saya. Terutama uda. Uda yang mencintai saya dengan caranya yang berbeda. Uda mungkin tidak bisa mengantar jemput saya sebagaimana kakak lelaki pada umumnya. Uda tidak bisa melindungi saya bila saya terancam bahaya atau terluka. Tapi uda senantiasa mencari saya bila saya pulang kemalaman. Uda setia menanggapi permintaan tolong saya yang remeh. Uda selalu mendengarkan apa yang saya katakan.

Berkat uda, saya menjadi diri saya yang hari ini. Mau membuka diri dan menerima beragam ketidaksempurnaan sebab saya tahu bahwa cinta yang sempurnalah yang membuat orang tidak sempurna merasa sempurna.

Ini kisah saya. Mungkin ada banyak kisah lain yang jauh lebih menginspirasi, menyedihkan atau memukau tentang alasan mengapa seseorang menjalani hidup ini sendiri. Because they just live their authentic life.

Met morfillah

Kuliner cirebon

Saat ke Cirebon lalu, kulineran yang saya coba adalah tahu gejrot, nasi lengko, empal gentong, dan nasi jamblang. Tahu gejrotnya khas sekali, enak. Nasi lengko itu nasi putih yang ditaburi daun kucai, pakai tempe goreng, mie, kecap dan sambal. Nasi jamblang adalah nasi putih yang dibungkus di daun (seperti daun jati muda), lalu lauknya bebas pilih, berbentuk sate seperti angkringan. Empal gentong itu seperti soto daging santan jakarta hanya berbeda di taburan daun kucai.

Sepertinya kuliner khas Cirebon banyak pakai daun kucai ya?

Di antara itu semua, yang paling enak menurut saya adalah empal gentong. Tuh, saya foto tempatnya. Cobain deh!
Kalau nasi jamblangnya saya sih biasa saja. Tidak ada rasa yang khas, hanya kemasan dalam daun saja yang menarik.

Selebihnya yang difoto adalah ikan bakar hasil balong sendiri, sayur cabe (tapi lebih dominasi isi tahu, sehingga bagi saya seperti sayur tahu haha)dan ayam hasil ternak sendiri.

Masya Allah yaa, rakyat pedesaan jauh lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebenarnya kita yang rakyat perkotaan jauh lebuh rentan bila rakyat pedesaan tak mau membagi/menjual hasil sawah, kebun dan peternakannya.

Terima kasih untuk para pejuang yang menghadirkan nasi, sayur, dan lauknya untuk kami.

Meta morfillah

03 February, 2017

Berkata baik atau diam

Aku pernah membaca dan mendengar nasihat bahwa "Janganlah berprasangka buruk pada orang lain, juga janganlah membuat orang lain berprasangka buruk akan dirimu."

Jleb!

Kadang kita merasa kesal saat orang lain berprasangka buruk pada kita, tapi kita lupa apa penyebabnya. Bisa saja karena sikap kita yang memancing hal itu. Yaa, sebab orang lain adalah cermin atas sikap kita.

Saat diledek, bisa jadi karena kita sering meledek. Saat diteriaki, bisa jadi karena kita sering teriak. Saat difitnah, bisa jadi karena kita memancing terjadinya fitnah tersebut. Segala hal yang tidak kita inginkan terjadi, bisa jadi sebab perilau diri kita yang tak disadari.

Maka, menjaga diri adalah sebuah keniscayaan. Terutama wanita, yang kerap menjadi fitnah. Bila tak ingin hal buruk terjadi pada diri kita, maka hindarilah. Jika tak bisa menghindar, maka diamlah. Berkata baik atau diam.

Yaa Rabb, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang mereka katakan.

*Maafin ya, kalau aku pernah membuat orang lain berprasangka pada diri kalian.

Meta morfillah

Yaa Rasuul

Setiap membaca kisah Rasul, ada pedih dalam hati juga malu bahwa ujian yang kita hadapi belum apa-apa. Di antara kisah hidupnya, yang paling menggetarkan adalah saat Rasulullah SAW wafat. Air mata selalu mengalir merasakan peristiwa itu.

Keindahan perangai Abu Bakar, kecintaan terdalam Umar dan ketegasan bahwa Rasul hanyalah manusia yang fana. Bahwa Islam dan Allah akan ada meski nama dan sosok pembawanya telah tiada. Bahwa kepemimpinan begitu penting bahkan dibandingkan mengurus jenazah. Bahwa kita begitu rindu akan sosok seperti Rasulullah SAW.

Menjadi umat Islam sungguhlah berat, namun bukan berarti tak mudah. Bahkan jelas di zaman ini, saat banyak yang terang-terangan memusuhi kaum muslim. Yaa Rasuul... alangkah rindunya kami pada sosokmu. Sosok yang pandai menerka hati umat yang didakwahinya.

Yaa Rasuul... menjadi umatmu hari ini kian berat. Namun janji bahwa meski kami umat yang terakhir, tapi paling awal memasuki surga nanti, adalah keistimewaan luar biasa. Semua itu adalah sebab selendang dakwah. Dakwah yang menjadi kewajiban semua muslim, bukan hanya ulama.

Maka, berdakwahlah dengan segala hal yang kaubisa. Bermanfaatlah. Jagalah lisan dan perbuatan. Beritahukan keindahan Islam melalui keberadaan dirimu, di mana pun, kapan pun, dengan siapa pun.

Meta morfillah

01 February, 2017

Birrul walidain

BIRRUL WALIDAIN

Di saat seusiamu sedang menguncirkan rambut anak gadisnya yang lucu, kamu malah menguncirkan rambut ibumu yang beruban dan rontok, tak mengapa.

Di saat sebayamu sedang membersihkan kotoran anak lelakinya yang aktif, kamu malah membersihkan kotoran bapakmu yang tak bisa lagi beranjak ke kamar mandi, tak mengapa.

Di saat seangkatanmu travelling ke mana pun mereka ingin, kamu sibuk menemani orangtua yang kian senja di teras rumahmu yang berangin, tak mengapa.

Semua itu tak mengapa... terimalah dengan penerimaan yang indah, keikhlasan terbaik. Sebab kamu adalah orang terpilih. Dipilih langsung oleh Allah untuk mengurus pintu surga paling tengahnya, ridha orangtua.

Tidak semua anak mendapatkan keistimewaan mengurus orangtuanya. Ada yang akan terpisah jarak, ruang, dan waktu. Sebab ada orangtua yang lebih dahulu dipanggil Allah sebelum kita sempat berbakti atau sebaliknya.

Ya, mungkin kita belum menggenap. Masih setengah agama. Tapi surga itu banyak pintunya. Jangan terpaku pada satu hal itu saja, lalu lupa pada pintu surga terdekat di rumahmu. Yang jauh lebih berhak kaupikirkan daripada dia yang abstrak.

Because when you grow up, your parents will grow old too...

Meta morfillah

Dekat jendela

DEKAT JENDELA

Hal paling menyenangkan saat bepergian jauh dengan kendaraan adalah duduk dekat jendela. Terlebih dalam kereta dan pesawat. Maka saat aku mendapatkan tiket kereta yang terletak di dekat jendela, hatiku riang! Jika sendiri, aku akan puaskan menempelkan wajah ke kaca jendela. Menatap puas pemandangan di luar, seakan hanya aku yang ada di sana. Dunia berhenti sejenak.

Dari dekat jendela aku banyak mengulang memori serta refleksi akan perjalanan hidupku. Dari sekian banyak moda transportasi, adalah kereta yang paling sering memunculkan memori, menjentikkan inspirasi dan kata romantis. Derunya yang stabil, berderet pemandangan yang seakan berlari, serta beragam stasiun yang terlewati. Membuat diriku seakan menjelma kereta itu sendiri.

Dari tepi jendela kereta, aku melihat masa lalu yang terlewat dalam pepohonan, rumah, dan sawah yang dilalui. Berlari cepat, tertinggal jauh di belakang. Dari tepi jendela kereta, aku merenungi masa kini yang sedang kujalani. Meskipun banyak hal terlewat, aku tetap berjalan menuju masa depan tanpa berpikir untuk kembali. Dari tepi jendela kereta, aku berpikir tentang masa depan. Kereta yang kunaiki masa depannya telah jelas, akan berhenti di stasiun akhir yang tertera di tiketku. Sementara aku? Aku tak tahu akan berhenti di stasiun hati siapa. Atau bahkan akan berhenti di tengah jalan tanpa pernah sampai ke stasiun hatimu, sebab kematian lebih dulu menjemputku. Masa depanku belum sepasti kereta ini.

Aku tak tahu apakah aku telah melewatkanmu seperti banyak stasiun yang telah kulewati. Aku tak tahu apakah akan dipertemukan denganmu, seperti pertemuan orang-orang di stasiun akhir. Yang aku tahu, aku rindu berhenti untuk pulang. Menuju kamu sebagai rumahku.

Meta morfillah

Text Widget