Pages

04 February, 2017

I just live my authentic life

I JUST LIVE MY AUTHENTIC LIFE

"Bu Meta paham sekali tentang retardasi mental/disabilitas intelektual."

Saya hanya tersenyum menanggapi pernyataan interviewer tersebut. Bagaimana tidak, sebab saya hidup bersama dengannya. Ialah uda saya.

Sudah sejak lama keegoisan untuk bahagia sendiri saya tinggalkan. Semenjak saya sadar bahwa ada dua kesayangan saya yang membutuhkan saya. Meski mereka rela bila saya bahagia sendiri, namun saya tidak bisa meninggalkan mereka begitu saja. Mama dan uda.

Mencari seseorang yang mau menerima diri kita dalam bingkai lebih besar bernama keluarga ternyata tidak mudah. Kalau hanya tentang diri saya, sudah dari dulu saya menggenap. Tapi ini bukan lagi tentang saya seorang. Saya ingin menggenapkan dua buah keluarga. Bukan sekadar dua buah jiwa.

Inilah mengapa penting bagi saya sebuah kunjungan dengan keberanian melihat keluarga saya. Terutama uda. Uda yang mencintai saya dengan caranya yang berbeda. Uda mungkin tidak bisa mengantar jemput saya sebagaimana kakak lelaki pada umumnya. Uda tidak bisa melindungi saya bila saya terancam bahaya atau terluka. Tapi uda senantiasa mencari saya bila saya pulang kemalaman. Uda setia menanggapi permintaan tolong saya yang remeh. Uda selalu mendengarkan apa yang saya katakan.

Berkat uda, saya menjadi diri saya yang hari ini. Mau membuka diri dan menerima beragam ketidaksempurnaan sebab saya tahu bahwa cinta yang sempurnalah yang membuat orang tidak sempurna merasa sempurna.

Ini kisah saya. Mungkin ada banyak kisah lain yang jauh lebih menginspirasi, menyedihkan atau memukau tentang alasan mengapa seseorang menjalani hidup ini sendiri. Because they just live their authentic life.

Met morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget