Pages

22 February, 2017

[Review buku] Have a little faith

Judul: Have a little faith
Penulis: Mitch Albom
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 271 hlm, cetakan ketiga juni 2014
ISBN: 978 602 03 0657 5

Buku ini mengisahkan dua sosok religius bagi penulis. Bermula dari permintaan rabi tua bernama Albert Lewis di kampung halaman Albom, South Jersey, untuk memberikan eulogi di hari pemakamannya kelak. Sebagai penulis, Albom merasa harus mengenal lebih dekat sang rabi. Maka ia pun melakukan kunjungan ke rumah sang rabi tiap akhir pekan.

Sejalan dengan itu, ia pun terlibat dalam badan amal kemanusiaan yang mempertemukannya dengan seorang Pastor di Detroit bernama Henry Civington yang dahulunya adalah pengedar narkoba, pemabuk dan narapidana. Pastor itu memberikan pelayanan bagi orang miskin dan gelandangan di sebuah gereja tua yang bobrok.

Dua manusia, dua kisah yang bermuara pada satu keterikatan: penghiburan Ilahi karena percaya pada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita. Selama berkomunikasi intens dengan keduanya, Albom merasakan bahwa ini merupakan perjalanan pribadinya tentang iman untuk menemukan lagi tujuan hidup di tengah kemodernan manusia.

Saya suka gaya bercerita Albom sebagaimana saya jatuh hati pada karya pertamanya yang saya baca dalam english version dahulu "Tuesday with Morrie". Beragam pertanyaan tentang hidup yang jauh lebih nyata mengalir dengan kata-kata ringan namun bermakna dalam.

Saya pun jadi sedikit paham tentang Yahudi sebagai agama dengan beragam tradisinya. Juga kristen dengan pastornya yang memiliki keluarga. Beberapa ajaran pun berakar sama dengan Islam.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Aku merasa sedang dimintai pertolongan, padahal akulah yang sedang ditolong." (H.2)

"Segala sesuatu yang tumbuh cepat sering kali lebih mudah hancur ketimbang yang tumbuh perlahan-lahan." (H.38)

"Iman itu berkaitan dengan melakukan. Siapa dirimu bergantung pada tindakanmu, bukan hanya pada apa yang kauyakini." (H.48)

"Tak peduli seberapa jauh manusia mencoba, pada suatu tahap hidup tetap saja berakhir. Lalu apa yang terjadi ketika kehidupan berakhir? Di situlah Tuhan mulai." (H.85)

"Apakah yang paling ditakuti manusia mengenai kematian?
Dilupakan." (H.133)

"Ingatlah, satu-satunya perbedaan antara 'marital' (pernikahan) dan 'martial' (bela diri) adalah di mana kita menempatkan 'i' (aku)." (H.151)

"Hati yang benar-benar utuh adalah hati yang pernah patah." (H.254)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget