Pages

03 February, 2017

Yaa Rasuul

Setiap membaca kisah Rasul, ada pedih dalam hati juga malu bahwa ujian yang kita hadapi belum apa-apa. Di antara kisah hidupnya, yang paling menggetarkan adalah saat Rasulullah SAW wafat. Air mata selalu mengalir merasakan peristiwa itu.

Keindahan perangai Abu Bakar, kecintaan terdalam Umar dan ketegasan bahwa Rasul hanyalah manusia yang fana. Bahwa Islam dan Allah akan ada meski nama dan sosok pembawanya telah tiada. Bahwa kepemimpinan begitu penting bahkan dibandingkan mengurus jenazah. Bahwa kita begitu rindu akan sosok seperti Rasulullah SAW.

Menjadi umat Islam sungguhlah berat, namun bukan berarti tak mudah. Bahkan jelas di zaman ini, saat banyak yang terang-terangan memusuhi kaum muslim. Yaa Rasuul... alangkah rindunya kami pada sosokmu. Sosok yang pandai menerka hati umat yang didakwahinya.

Yaa Rasuul... menjadi umatmu hari ini kian berat. Namun janji bahwa meski kami umat yang terakhir, tapi paling awal memasuki surga nanti, adalah keistimewaan luar biasa. Semua itu adalah sebab selendang dakwah. Dakwah yang menjadi kewajiban semua muslim, bukan hanya ulama.

Maka, berdakwahlah dengan segala hal yang kaubisa. Bermanfaatlah. Jagalah lisan dan perbuatan. Beritahukan keindahan Islam melalui keberadaan dirimu, di mana pun, kapan pun, dengan siapa pun.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget