Pages

31 May, 2015

Orangtua

Kita pernah menjadi
Tawa di saat susah
Senyum di waktu sedih
Harapan di saat kecewa
Ramai di saat sepi
Cair di tengah kekakuan
Dan canda di tengah ketegangan
Bagi mereka

Tapi, kita juga pernah
Menjadi tangis di suatu kala
Yang sebenarnya tidak pernah kita inginkan

Nafas lembut cinta mereka
Mengantarkan kita ke gerbang kedewasaan
Meninggalkan rangkakan masa kanak

Menjelang senjanya,
Allah wasiatkan mereka pada kita
Untuk menjadikan mereka sahabat
Bukan raja atau pun ratu

Menjelang senjanya,
Saat mereka mulai merasa tidak dibutuhkan dunia
Dan merasa tidak membutuhkan dunia
Allah wasiatkan mereka pada kita
Untuk dijadikan sahabat

Merekalah orangtua kita.

Meta morfillah
(Inspirasi dari buku 'Agar bidadari cemburu padamu' karya Salim A. Fillah)

29 May, 2015

Menjadi dewasa

Aku heran melihat sekitarku. Banyak yang tetap tersenyum, padahal hatinya menangis. Apakah kebahagiaan harus selalu ditampakkan dan kesedihan harus dipendam erat-erat? Memang, apa salahnya dengan sedih? Mengapa tak kaugunakan air matamu?

Alasannya, itulah kedewasaan. Apakah dengan berekspresi sesuai kadarnya, menangis jika memang sedang sedih, dan tertawa jika memang bahagia, suatu tindakan kebocahan?

Bila iya, rasanya menjadi dewasa begitu sulit dan rumit. Membuat lelah dan menipu diri.

Tak bisakah kita tetap sesederhana, sepolos saat kita masih kecil?

Ataukah memang kesederhanaan menjadi kemewahan yang tersembunyi dan sulit didapatkan lagi di masa ini?

Meta morfillah

26 May, 2015

[Review buku] Lima sekawan di pulau seram

Judul: Lima sekawan di pulau seram
Penulis: Enid Blyton
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 184 hlm, 18 cm, cetakan kelima belas februari 2013
ISBN: 978 979 22 5594 2

Huwoo.. sudah lama sekali sejak saya membaca karya-karya Enid blyton. Terutama serial lima sekawan ini. Mereka adalah salah satu favorit saya. Sayang, sebab banjir koleksi buku saya sejak kecil rusak semua dan tak bersisa karena sebagian hanyut. Betapa antusias saya mendapatkan buku ini dari hadiah lomba di twitter yang diselenggarakan @klubbuku_BGR namun baru saya buka plastiknya tadi siang.

Well, membaca petualangan lima sekawan ini seperti memanggil kenangan saya di masa kecil. Imajinasi kanak-kanak saya dahulu. Betapa saya dulu mengidolakan Julian yang cerdas, penuh perhitungan dan sosok pemimpin yang baik hati. Lalu ada Dick yang aktif, pemberani, dan jahil. Georgina yang tomboy dan lebih suka dipanggil George. Timmy, anjing George yang pintar dan kooperatif. Dan terakhir Anne, gadis paling muda yang lemah lembut, suka mengatur dan penyayang--setiap membaca serial ini, saya selalu menganggap diri saya adalah Anne. Saya suka padanya.

Kali ini, mereka berada pada situasi liburan sekolah. Awalnya, mereka berjanji tidak akan menghabiskan waktu liburan ini dengan bertualang. Mereka ingin beristirahat dan menikmati liburan dengan kebersamaan di rumah. Tapi, bukan lima sekawan namanya kalau tidak terjebak pada sebuah petualangan. Berawal dari permintaan Bu Layman yang tinggal di rumah tua di atas bukit yang memiliki pemandangan indah, untuk menjaga cucu lelakinya selama ia pergi ke kota. Cucu lelaki berusia sepuluh tahun bernama Wilfrid itu memiliki karakter menyebalkan, tidak tahu aturan, tapi sangat menyayangi binatang. Hingga Timmy, yang begitu selektif terhadap orang baru pun langsung akrab dengannya. Hal itu membuat George agak cemburu.

Suatu hal yang terjadi membuat lima sekawan tak sengaja terdampar di pulau seram. Pulau itu dikenal dengan beragam desas-desus menyeramkan dan memiliki nama lain yang juga menakutkan, seperti hutan bisikan, tebing tangis dan merupakan kawasan terlarang. Ketaksengajaan itu tak semakin berlanjut tatkala Dick menemukan sebuah pintu rahasia di dinding sumur. Dan mengungkap tempat persembunyian harta karun serta sindikat kelompok pencuri jahat.

Memang, membaca buku ini tak lagi semendebarkan dahulu, saat saya masih berusia kanak-kanak. Tapi, sensasi bertualang itu masih saya dapatkan. Kemasannya pun lebih menarik dibanding buku saya dahulu yang begitu tua.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta morfillah

[Review buku] Rehat bersama kyai kocak 2

Judul: Rehat bersama kyai kocak 2 - puasa kompak, lebaran 2 shift
Penulis: Abdul Mutaqin
Penerbit: Halaman Moeka Publishing
Dimensi: x + 374 hlm, cetakan I Mei 2012
ISBN: 978 602 9126 47 1

Lewat tokoh fiktif Kyai Adung yang kocak, jail, cerdas, kolot, dan kampungan, penulis menyampaikan nilai-nilai agama dalam keseharian dengan bahasa yang ringan, menghibur, dan mudah dicerna tanpa menghilangkan substansi pentingnya. Fokus permasalahan dalam buku ini adalah seputar puasa ramadhan dan lebaran. Mulai dari hukum qadha puasa yang telat, tradisi keramas menyambut ramadhan, sikap girang berlebihan yang disalahartikan, penentuan satu ramadhan dengan rukyat atau hisab, jumlah rakaat tarawih, hukum ngupil dan kentut dalam air yang dianggap membatalkan puasa, hukum lupa saat berpuasa, hukum haid dan kesetaraan wanita, mimpi basah di bulan ramadhan, tidur yang dianggap ibadah, perdebatan sahur saat sudah imsak, bolehkah menikah di bulan puasa, tentang orang gila, setan yang dirantai saat ramadhan, tadarrus yang seperti sopir ngebut, ta'jil darurat, wangi mulut orang berpuasa yang mengalahkan wangi kesturi, perdebatan dengan non muslim, dan lebaran yang terbagi menjadi dua shift.

Dalam buku ini, kyai Adung banyak mengutip pesan Rasulullah SAW serta beragam ayat al quran dan hadist. Namun tetap terasa humor tanpa meninggalkan kesan seriusnya, dan tetap masuk akal/logika. Juga menekankan bahwa menjadi muslim tidak cukup bermodal semangat, tapi juga butuh ilmu. Itulah mengapa kita harus mengaji, mengkaji, agar wawasan kita bertambah, semakin paham dan semakin terbuka menerima perbedaan yang mewarnai ukhuwah kita. Hanya saja, ada beberapa typo, ejaan yang belum sesuai KBBI, serta salah penempatan halaman. Secara keseluruhan saya suka dengan karakter kyai adung ini. Pas sekali bahasannya, dan menyentuh beragam lapis masyarakat. Edukatif namun tetap menghibur.

Saya apresiasi 4,5 dari 5 bintang.

"Dinamika jamaah terasa sangat berwarna. Seperti sunnatullah yang dihadapi umat sepanjang hari. Ia tidak pernah selesai, dan itulah yang membuat dunia dakwah selalu warna-warni. Dari subuh hingga bertemu subuh lagi, ada saja persoalan baru yang sebenarnya tidak pernah tuntas untuk dibicarakan. Entah tidak tuntas karena muncul persoalan baru, atau persoalan lama tapi dihadapi oleh orang-orang baru. Apalagi berkaitan dengan puasa, ternyata persoalannya seperti siklus kehidupan yang berulang dalam satu titik dan bertemu pada titik itu lagi dalam satu kurun waktu." (Hlm. 31)

Meta morfillah

25 May, 2015

Sebulan tentang kemunduran

Bogor, 25 Mei 2015

Besok, tepat sebulan saya berdiam diri di rumah. Tepat sebulan sejak saya resmi resign dari kantor, demi menemani mama di Bogor. Tepat sebulan saya mencoba menjejakkan kaki di kota baru ini. Tepat sebulan saya dihinggapi kegelisahan. Tepat sebulan saya menahan ego, mencoba bertindak seakan hidup saya baik-baik saja. Nyatanya belum. Semua belum baik-baik saja.

Di usia saya saat ini, pertanyaan terbesar saya adalah dua hal. PR yang selalui menghantui saya untuk menemukan jawabannya. Bermuara, sebab saya hampir lelah. Dua hal itu adalah karir dan jodoh. Keduanya memiliki karakteristik yang hampir mirip bagi saya, tapi berbeda. Perkara jodoh, saya tidak terlalu memusingkan sebab saya pun sudah menyiapkan skenario terburuk dalam pikiran saya, bahwa hidup bukanlah bertujuan untuk menikah, melainkan untuk beribadah. Saya bisa mengalihkan perhatian saya tentang itu, melalui berbagai ibadah lainnya. Tapi, untuk karir, saya masih bodoh. Sebulan ini, saya merasa bagai benalu di keluarga. Tak bekerja, rasanya bagai sebuah aib bagi saya. Meski saya masih mencari penghasilan dengan berjualan parfum dan pulsa dari sisa tabungan saya, tapi itu belumlah cukup. Penghasilan itu tidak tampak, sebab memang itu hanyalah ibadah lain saya, bukan bermaksud menjadi bisnis utama.

Keterbatasan mobilisasi saya di bogor, sebab tak diizinkan mengendarai motor membuat saya sedikit stress. Bagaimana saya mau mencari peluang pekerjaan, bila saya hanya diam di rumah? Tak paham, tak kenal dengan sudut kota ini. Kenalan saya di bogor pun terbatas dan tak begitu membantu. Berbeda sekali dengan di jakarta. Contoh kecil, saat saya pulang kemalaman, ada banyak kenalan yang bisa saya hubungi untuk mengantar pulang ke rumah. Paling banter, bisa naik taksi. Tapi di bogor, saya merasa sendiri. Tiap kali pulang lewat dari maghrib, saya was-was. Siapa yang akan saya hubungi untuk mengantar saya ke rumah. Di sini tidak mudah mendapatkan taksi atau ojek untuk masuk ke gang rumah. Seringkali saya menangis saat mengalami situasi inj. Betapa saya jadi begitu sensitif dan selalu membanding-bandingkan dengan kota jakarta. Mungkin itu karena saya begitu terbiasa dan menyayangi tanah kelahiran saya itu dengan segala kekurangannya. Saya merasa bahwa jiwa dan diri saya masih di sana. Pergerakan saya ada di jakarta, bukan di bogor. Tapi saya berupaya sok menjadi pahlawan. Menemani mama. Sementara hati saya tidak tenang. Mau bilang pisah ke mama, saya tidak tega. Tapi berdiam diri di rumah, meminta uang pada mama begitu melukai harga diri dan perasaan saya.

Apa yang harus saya lakukan?

Beberapa hari terakhir saya sempat berdebat dengan mama tentang pekerjaan. Sebab ada beberapa tawaran mengajar, dan saya menolaknya. Di mata mama dan keluarga saya, tindakan saya itu aneh dan tampak tidak logis. Mengapa menolak menjadi guru, padahal sesuai background sarjana saya yang memang S.Pd. Tapi sejujurnya, itu bukanlah passion saya bekerja. Bidang pendidikan bukan semata harus menjadi guru. Saya senang mengajat orang, tapi bukan dalam sebuah sistem seperti sekolah. Saya lebih suka mengajar lepas, tanpa membuat orang merasa tertekan untuk belajar. Itulah mengapa saya kurang sreg menjadi pengajar di sekolah, sebab sistem pendidikan di indonesia masih saja shallow learning, bukan deep learning. Para guru seperti mengejat target, persis marketing. Tapi, saya salut pada mereka yang menjadi guru. Mereka sanggup menanggung beban moral itu. Tidak seperti saya yang pengecut. Jujur saja, saya lebih memilih jadi admin atau pekerjaan standar lain daripada menjadi guru.

Lalu pada malam ini, saya kembali merenung. Apalagi ikhtiar yang harus saya lakukan? Saya memberi batas minimal 3 bulan dan maksimal akhir tahun ini untuk keadaan seperti ini. Menganggur. Bila memang tidak ada pekerjaan untuk saya selain mengajar atau bekerja di bank, maka saya dengan berat hati bilang ke mama bahwa saya akan hidup sendiri di jakarta.

Ya allah... aku tak tahu skenario dan rencana terbaik apa yang Engkau siapkan dalam hidup ini. Tapi aku belajar, dengan tertatih mengeja ikhlas. Meski kutahu, ini bukanlah ikhlas, sebab masih ada ketidakrelaanku, suka membanding-bandingkan, dan kadang menyalahkan keadaan. Tapi, aku belum pernah kecewa dalam berdoa dan bergantung padaMu. Tunjukkanlah cahaya itu, saat pekat mulai menggelapkan pikiranku.

Meta morfillah

24 May, 2015

Pay goes to bandung

Kondangan plus rihlah ke Bandung

Sabtu, 23 Mei 3015

Berawal dari undangan pernikahan Dina dan Aji--relawan Pecinta Anak Yatim yang juga bersinergi dalam usaha @alladzubrownies--di Bandung. Kami bertujuh belas (ka ajeng, omnya ka ajeng, kiki, ikri, ka sipan, shanti, musril, andi, fahmi, bang al, ka fifi, ka tika, ka agnes, mba yani, ka ulya, ka sizul dan saya tentunya) merancang perjalanan ke bandung. Bermodalkan dua mobil, milik ka ajeng yang dikemudikan omnya dan milik ka fifi yang dikemudikan bang al kami berangkat. Oh ya, budgetnya per orang Rp 200.000 (PP bensin, tol, parkir, patungan kado dan penginapan). Meeting point di Masjid Istiqlal pukul 05.30, tapi realitanya kami baru full kumpul dan berangkat pukul 07.30. Begitulah namanya kalau jamaah, mungkin kamu menjadi lamban, tapi kuat hingga akhir.. hihii.. butuh banyak legowo dengan tiap karakter.

Sepanjang jalan, kami berkoordinasi melalui sebuah grup whatsapp bernama "pay goes to bandung" dan iring-iringan. Tiba di lokasi, Hotel Posters MICE bandung bertepatan dengan azan zuhur. Acara dimulai pukul 11.00 hingga 14.00 WIB, namun kami bergegas salat dan touch up hingga pukul 12.30. So far, kami menikmati sajian walimahan hingga akhir. Bahkan ada yang sempat menyumbang lagu (saya, ka tika, ka agnes, dan ka ajeng) berjudul just the way you are dari bruno mars. Hanya saja, sepertinya itu lebih tepat disebut ngobrol pake mic di podium, karena kami tak begitu menguasai lagu.. haha. Lalu pengantinnya pun cukup kooperatif, mau diajak selfi-selfian.

Selepas itu, seharusnya rundown kami adalah jalan-jalan ke lokasi KAA Bandung dan Masjid. Tapi, rencana manusia selalu kalah sama rencana sang maha. Kami malah sibuk putar-putar cari penginapan karena awalnya mau mabit di DT (Daarut Tauhid) tidak jadi. Hingga menjelang maghrib, setelah bersusah payah karena hampir semua penginapan full, akhirnya kami mendapatkan penginapan di kawasan DT. Kami menyewa tiga kamar. Dua kamar khusus wanita dan satu kamar khusus pria dengan total Rp 550.000.

Kami beristirahat di kamar masing-masing hingga isya. Saya sekamar dengan ka tika, ka fifi, ka agnes, ka ulta, dan shanti. Di kamar kami hanya terdapat satu kasur ukuran king. Kami mengukur badan, dengan tidur dimiringkan ala ikan teri agar muat berenam. Namun jadinya memang sangat sesak dan tak bisa bergerak. Ka ulya dan ka tika mengalah untuk tidur di karpet bermodalkan satu bantal dan satu selimut untuk menghalau dinginnya udara bandung. Ada kejadian heboh kecil di kamar mandi kamar kami. Saat giliran ka agnes mandi, ia begitu bersemangat memutar keran air hingga patah. Beberapa menit air pun mengalir deras. Kami mencari ibu pemilik penginapan untuk meminta keran pengganti, namun sayang ibunya tidak ada di tempat. Akhirnya kami meminta pertolongan para lelaki untuk menahan laju air yang mengucur deras. Alhamdulillah, terselamatkan dengan peralatan seadanya. Maafkan kami, ibu pemilik penginapan... hehe

Selepas isya, kami kelaparan. Kami pun berangkat untuk makan malam di punclut, sembari melihat pemandangan bandung dari atas ketika malam hari. Semacam bukit bintang, kiasan untuk beragam lampu rumah, jalanan, dan kendaraan yang terlihat berkelap-kelip seperti bintang. Hingga pukul 21.00 malam kami di sana, sempat mengabadikan beberapa kenangan  kebersamaan melalui foto. Di tengah kebersamaan itu, ternyata ada protes kecil dari salah satu teman kami, Fahmi. Dia agak menyesal melihat foto kebersamaan kami di beragam medsos, sedangkan dia tak ada di dalamnya. Maafkan kami, fahmi dan kak sizul, bila membuat iri... itu semata ekspresi kegembiraan kami atas kebersamaan ini.

Lanjut setelah makan di punclut, kami keliling kota bandung. Niat awalnya ingin makan pancake durian, namun ternyata tutup. Jam menunjukkan pukul 23.00 malam. Ternyata omnya ka ajeng ada janji temu dengan temannya di sebuah kafe. Semua ikut menemani makan, kecuali saya, ka tika, dan ka agnes yang kembali ke mobil karena kelelahan. Pukul 24.00 kami pulang ke penginapan.

~~~~~~~~~~~~~~
Minggu, 24 Mei 2015

Rencananya kami akan berangkat ke tebing keraton, gua jepang, dan gua belanda pagi hari. Lalu belanja oleh-oleh dan pulang ke jakarta siang, sehingga sampai di jakarta tidak terlalu malam. Nyatanya, rencana molor lagi... haha. Semua kelelahan dan bangun kesiangan. Sebenarnya cewek-cewek sih bangun pagi, namun persiapannya agak lama. Sempat antre kamar mandi di dalam kamar dan akhirnya mandi di kamar mandi luar, disebabkan kamar mandi di dalam kamar airnya mati. Sekitar pukul 07.00 kami sudah rapi dan bergegas membelikan sarapan di sekitaran DT, sekalian melihat-lihat kawasan DT. Kami berkeliling ke masjid DT, kawasan pesantren dan akhirnya kembali ke penginapan. Pukul 09.30 kami baru siap berangkat. Perjalanan pun dimulai kembali, ke tebing keraton. Ternyata ada penutupan jalan, sehingga omnya ka ajeng memilih jalan alternatif. Sayangnya, jalan yang dipilih begitu tajam dan berbatu. Mobil ka fifi, grand livina berisi tujuh orang, beberapa kali sempat tidak kuat menanjak. Sempat khawatir juga, karena jalannya benar-benar ekstrem. Setelah kembali ke jalan yang benar, ternyata kami mendapat info bahwa tebing keraton sudah penuh dan kami kesiangan. Kami tiba di sana menjelang zuhur, dan memang panas sekali. Akhirnya dengan berbagai pertinbangan, kami memutuskan tidak jadi ke tebing keraton. Kami langsung menuju ke gua belanda dan gua jepang.

Karcis masuknya Rp 11.000 kata ka agnes. Saya kurang paham, karena semua biaya diatur oleh shanti. Sebelum masuk ke gua jepang, kami memutuskan salat dan makan dahulu. Kemudian lanjut jalan ke gua jepang dan gua belanda. Gelap sekali di dalam gua, untungnya ka agnes sudah mengingatkan untuk membawa senter. Ada sih orang yang menyewakan senter di tiap gua seharga Rp 5.000. Juga ada jasa penyewaan kuda bagi yang lelah berjalan kaki ke sana.

Saat di dalam gua jepang, saya merasa seperti di dalam rumah batu patrick di film spongebob atau flinstones. Rapi, masih berbentuk batu, ada beberapa kelelawar, dan besar-besar. Tapi saat di gua belanda, hawanya berbeda. Mungkin karena belanda menjajah kita 350 tahun, dan gua itu memang dibangun untuk penjara serta tempat penyiksaan, sehingga lebih seram dan kuat kesan mencekamnya. Saya menemukan banyak tiang gantungan tempat mengikat tali untuk tahanan. Juga ada dua ruangan yang begitu berbeda hawa dan baunya. Pintu masuknya pun kecil, berupa dinding berlubang yang dibobok asal. Sangat berbeda hawa di dalam ruangan itu, karena katanya ada sesajen juga di sana. Saya langsung menuju keluar setelah dari ruangan itu, tak tahan membayangkan penyiksaan orang-orang Indonesia di dalam ruangan itu. Teringat semua buku bacaan sejarah kita dahulu. Menyedihkan...

Kami mengabadikan beberapa momen di depan gua. Lalu kembali bergegas pulang. Di perjalanan kembali ke parkiran, saya sempat menemukan laba-laba besar cantik  yang sedang menjerat serangga yang cukup besar pula dan memotretnya. Jam menunjukkan pukul 14.00 saat saya menunggu teman-teman berkumpul di parkiran.

Sebelum pulang, kami makan dulu di Selasih yang menyediakan banyak menu dengan harga terjangkau. Suasananya enak, nyaman, dan membuat kami agak lama di sana. Hingga pukul 17.00 kami baru berangkat pulang.

Sepanjang perjalanan, saya tepar. Sempat meminum paracetamol dari shanti, yang membuat saya begitu mengantuk. Sehingga saya agak seperti fly, mengawang, dan lost in time. Tidak ingat pukul berapa dan di mana. Samar yang saya ingat, kami sempat berhenti di km. 97. Sepertinya teman-teman salat dan membeli oleh-oleh. Saya diam saja di mobil, karena memang sedang berhalangan salat dan kembali tertidur. Tiba-tiba dibangunkan kembali dan ternyata ka ulya dan mba yani pindah ke mobil ka ajeng. Semua itu dilakukan demi mengantar saya ke bogor. Masyaa allah, saya terharu sekali. Terima kasih kesayangan cupcupmwaaahh... tapi, saya kembali mengawang, sempat tertidur lagi dan agak kurang sadar dengan sekitar. Yang saya ingat saat sudah sampai di bogor. Saya diantar sampai depan McD Pajajaran dan naik angkot 05. Barulah saya mengaktifkan ponsel dan menghubungi tukang ojek yang saya kenal. Beruntung, bogor tidak sedang hujan dan tukang ojek tersebut bisa menjemput saya. Sesampainya di rumah, saya tidak bisa langsung tidur. Masih khawatir menunggu kabar dari teman-teman. Agak malu sebenarnya, karena saya, mereka jadi lebih malam pulangnya. Ditambah mereka semua bekerja keesokan paginya. Tidak seperti saya yang masih bisa lelap hingga seharian. Setelah semua mengabari, saya pun terlelap dan baru bangun pukul 10.30.

~~~~~~~~~~~

Bukan ke mana saja, tapi dengan siapa nya itu yang selalu memberi kesan. Pantas saja rasul menyuruh kita untuk mabit minimal 3 hari dengan seseorang untuk mengetahui watak sebenarnya. Perhatikan bagaimana mereka berperilaku, memutuskan sesuatu dan memperlakukan temannya selama 3 hari tersebut. Terima kasih Allah, terima kasih komunitas @PecintaAnakYatim

Tak pernah menyesal, mengenal dirimuu....

With love,

Meta morfillah

22 May, 2015

[Review buku] Miss Lebay

Judul: Miss Lebay
Penulis: Hilman dan Ceko Spy
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 160 hlm, 20 cm, cetakan I 2014
ISBN: 978 602 03 0571 4

"Rel, lo tau nggak persamaan bakso sama gue?"
"Hah? Apa? Emang ada persamaannya?"
"Ada lah! Bentuk bakso kan bulat. Sebulat tekadku untuk menjadikanmu kekasihku." (Choki, hlm. 117)

Ini adalah novel teenlit yang entertain banget bagi saya. Ternyata novel ini berasal dari serial Miss Lebay di tabloid Gaul yang kemudian dibukukan.

Berkisah tentang Aurel, miss lebay dan genknya yang bernama Lebayer's Geng dalam keseharian mereka di SMU Putih Abu. Berikut karakter mereka:
Aurel, sang ketua genk yang dijuluki Miss lebay, dengan sifatnya yang lemot, baik hati, kreatif, lucu, sekaligus lebay.
Nina, sang Miss Zodiac yang paling pintar, kutu buku, dan bercita-cita menjadi penulis terkenal.
Mitha, sang miss purple yang begitu mencintai warna ungu, menyukai grup band ungu, dan tidak suka memakai saus saat makan bakso karena sausnya berwarna merah, bukan ungu!
Dan Shasha, sang Miss Tik, kesukaannya pada hal-hal berbau misteri dan kemampuannya melihat dunia lain membuat dia begitu asyik dengan dunianya sendiri. Kalau bukan sibuk dengan gadgetnya dan dunia maya, dia akan disibukkan dengan dunia mayat.

Serta beberapa tokoh tambahan seperti Tristan, ketua OSIS yang tajir, tampan dan menyukai Aurel. Ada juga Choki cowok multitalenta yang jago basket, gombal, serta selalu membuat ngakak temannya, yang juga menyukai Aurel.

Kisah mereka terbagi menjadi 11 episode:

1. Kesurupan asal
Cerita tentang kesurupan massal di SMU Putih Abu dan cara meminimalisir dengan membentuk KKPK (Kelompok Kerja Penanggulangan Kesurupan)

2. Hape deh
Cerita saat Aurel kehilangan blackberrynya di kereta.

3. Secret admirer... from other world!
Cerita secret admirer aurel yang merupakan hantu bermuka rata bernama Dhika di sekolahnya.

4. Tristan atau Choki?
Cerita kegalauan Aurel saat ditembak Tristan dan Choki. Harus pilih siapa?

5. Gee games
Cerita kekonyolan Aurel dalam menciptakan games pengganti pelajaran olahraga.

6. Jumpa penulis horor
Cerita Aurel dan genknya yang ingin jumpa penulis horor, dan malah bertemu hantunya.

7. Cita-cita Mitha
Cerita cita-cita Mitha yang rahasia

8. Salah siapa?
Cerita tentang nama aurel, dan pertanyaan menyebalkan bagi aurel "Nama lengkap lo apa?"

9. Cinta di antara dua dunia (part 1)
Cerita kunthi, setan wanita yang suka pada Dhika, dan cemburu pada Aurel.

10. To twiiit...
Cerita kejutan yang diberikab Tristan dan Choki saat Valentine.

11. Cinta di antara dua dunia (part 2)
Cerita kontes cinta untuk menetapkan siapakah yang akhirnya dipilih Aurel menjadi pacarnya.

Secara keseluruhan, karakter Aurel itu gemesin, bikin saya jatuh hati. Alurnya pun progresif dan tak membosankan. Meski yang diceritakan adalah keseharian, unsur humor, romantis, dan tidak terlalu lebay atau maksa membuat ketagihan. Sayangnya, buku ini tidak terlalu tebal. Saya mengharapkan si lebih tebal lagi... lebih banyak ceritanya. Hehe... bahasanya ringan, cukup satu jam selesai.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

21 May, 2015

[Review buku] The Namesake

Judul: The namesake - Makna sebuah nama
Penulis: Jhumpa Lahiri
Penerbit: Gramedia pustaka utama
Dimensi: 336 hlm, 23 cm, cetakan I agustus 2006
ISBN: 979 22 2308 8

Ini adalah karya kedua Jhumpa Lahiri, penulis asal India, yang saya baca. Saya mengenalinya kali pertama melalui novelet berjudul  Dua Saudara yang begitu tipis dan dikemas begitu jadul. Menarik sekali ketika mendapati bahwa perempuan ini mampu membuat novel tebal. Dan dengan ide sederhana serta detailnya yang justru tidak membuat saya bosan.

Cerita diawali oleh kelahiran anak lelaki pertama Ashoke dan Ashima. Ashoke, seorang pemuda India yang datang ke Amerika membawa segudang harapan. Kecelakaan yang dialaminya beberapa tahun lalu, membuatnya ingin menjauh dari tanah kelahiran dan memulai kehidupan yang benar-benar baru, berjuang melupakan trauma. Sementara Ashima, istrinya mengawali kehidupannya di Amerika dengan kesedihan, karena ia harus jauh dari keluarga dan kampung halaman yang begitu ia cintai demi mendampingi suaminya. Di tengah berbagai perasaan yang berkecamuk itu, lahirlah anak lelaki mereka. Seharusnya nama anak mereka diberikan oleh nenek Ashima, namun jarak yang begitu jauh, surat yang tidak pernah sampai dan kondisi nenek yang berubah drastis, ditambah kerumitan birokrasi, membuat anak lelaki mereka tak diberikan nama sesuai tradisi Bengali. Ashoke malah memberinya nama Gogol. Nama yang terlintas seketika saat dirinya diminta mengisi dokumen rumah sakit kelahiran anaknya. Nama yang kelak akan sangat dibenci oleh anaknya tersebut. Nama yang begitu aneh, absurd, bukan dari India atau pun Amerika, tempat yang terkait dengan dirinya. Melainkan nama seorang penulis Rusia, yang digemari ayahnya. Gogol begitu kecewa dengan namanya, dan berharap bisa mengganti namanya.

Hal itu--mengganti nama--sungguh ia lakukan di usianya yang kedelapan belas tahun. Ia mengubahnya menjadi Nikhil. Namun 18 tahun orang-orang yang mengenalnya sebagai Gogol tetap memanggilnya Gogol. Tidak ada yang berubah bagi mereka. Konflik batin terkait namanya ini pula, yang membuat Gogol berusaha menjauhi keluarganya. Mengingkari dan menghindari orang-orang yang mengenalnya sebagai Gogol. Nikhil, dengan panggilan itu ia merasa dirinya sebagai pribadi baru yang jauh lebih percaya diri, mandiri, dan dengan mudahnya mengabaikan orang tuanya yang dianggap konvensional. Meski ia tahu alasan sesungguhnya sang ayah memberikan nama itu, bahwa bukan sekadar nama pengarang kesukaannya.

Beragam rangkaian kehidupan secara detail digambarkan oleh penulis, lengkap dengan karakter tiap tokoh yang hadir di buku ini. Mulai dari orang tua Gogol, Gogol sendiri, Sonia adiknya, wanita-wanita yang pernah hadir dalam hidup gogol, saudara, nenek, kakek, tetangga bengali di amerika, hingga teman-teman amerikanya. Klimaks yang juga menjadi antiklimaks yang mengharukan sepanjang cerita ini adalah saat ayah gogol meninggal. Bagaimana Gogol menyadari betapa tegarnya sang ayah berjuang dan kesepiannya sang ibu di masa senja.

"Bahwa para orangtua harus berhenti mengharapkan anak-anak mereka pulang dengan setia pada saat liburan." (Hlm. 192)

"Rasanya aku sudah menginjak usia saat aku ingin orang-orang melupakan ulang tahunku," (Gogol, hlm. 251)

Saya suka cara penulis mengurai dan memotret keluarga kecil ini dengan begitu dalam, begitu dekat dan penuh perasaan. Cara menceritakan perbedaan budaya, tradisi, hingga konflik batin yang membuat saya terhanyut dan seakan bisa mendalami semua emosi karakternya dalam waktu 6 jam menghabiskan novel ini. Kesadaran yang ditimbulkan dari pertanyaan sederhana, "Apa sebenarnya makna di balik sebuah nama?" Lalu kesadaran bahwa perlahan, seiring usia kita... semakin sedikit orang yang mengingat nama kita dengan baik. Sebab, perlahan mereka mulai pergi meninggalkan dunia ini. Tak terkecuali sang pemberi nama kita, yang memasukkan makna ke dalam nama kita--biasanya adalah orangtua.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

20 May, 2015

[Review buku] Kedai 1002 mimpi

Judul: Kedai 1002 mimpi
Penulis: Valiant Budi
Penerbit: Gagas Media
Dimensi: iv + 384 hlm, 13 x 20 cm, cetakan pertama 2014
ISBN: 978 979 780 711 5

Awalnya saya kira buku ini adalah fiksi, namun ternyata saya salah. Buku yang saya dapatkan dari hadiah sebuah perlombaan di grup komunitas ino ternyata adalah seri kedua. Seri pertama buku ini berjudul Kedai 1001 mimpi. Judul itu diambil dengan pertimbangan penulis bekerja di kedai kopi, di negeri 1001 malam (Arab), dan kisah perjalanannya terasa seperti mimpi. Meski covernya terlihat menarik, saya tak tergerak membaca buku ini di antara beragam pilihan buku yang belum saya baca. Mengapa? Karena sebelumnya saya pernah membaca karya penulis berjudul Bintang bunting, yang menurut saya kurang memuaskan. Sayangnya, saat saya ingin membandingkan gaya penulis di buku ini dan buku sebelumnya itu, buku bintang bunting kepunyaan saya dihilangkan oleh teman yang meminjam.

Well, di buku ini saya suka gaya bercerita Vabyo yang interaktif, menarik, dan cukup humoris. Beragam pengalamannya sebagai mantan TKI di Saudi Arabia yang sebenarnya miris dan menyedihkan malah saya nikmati dengan tersenyum. Tapi mungkin memang pengalaman buruk itu lebih membuat kita kreatif. Berkat pengalaman kerja yang tidak menyenangkan itu, vabyo justru melahirkan buku, menulis lirik lagu untuk boyband terkenal di Indonesia, serta membuka kedai kopi! Persis seperti pekerjaannya di Arab dahulu.   Meski beragam hal baik mulai datang dalam hidupnya setelah balik ke Indonesia, tepatnya bandung, ternyata Vabyo belum bisa bernafas lega.

Ada banyak komentar negatif, teror, mimpi buruk yang sering berulang hingga vabyo memutuskan mengonsumsi obat penenang. Bahkan teror itu tak sebatas di dunia maya, melainkan secara fisik pun sering ia alami. Seperti ban mobil yang sering dikempeskan, didorong saat sedang berjalan oleh pengendara motor yang merupakan hatersnya, hingga pengunjung kedai yang aneh dan mencari masalah. Tapi semua itu menjadi tak berarti saat ia mendapat kabar ayahnya sakit. Semua masalah yang menderanya, menjadi tidak berarti dibandingkan kekhawatiran terhadap keadaan orang yang dicintainya.

"Ayah bukan bapak terbaik di dunia, tapi aku juga bukan anak tersoleh yang bisa ayahku banggakan. Dan bisa jadi, justru karena itu kami dipasangkan." (Hlm. 270)

Semua hal melelahkan itu, ia obati dengan travelling sendirian ke luar negeri, sembari mempraktikkan self healing yang ia pelajari dark reza gunawan. Di akhir bukunya, vabyo menyertakan bonus tulisan dark blognya, bonus resep saudi champagne dan hummus versi anti drakula, bonus artikel ngendon di london (dan ini yang paling bikin saya iri dan mupeng pengen ke london), bonus surat cinta dark 2 penggemarnya, dan nukilan beserta review tentang buku pertama seri ini: kedai 1001 mimpi. Ada kutipan yang saya suka di nukilan tersebut,

"Maaf, tapi di negara miskin saya itu, saya lebih banyak tersenyum. Tak terbeli dengan ribuan riyal. Lagi pula, semua kebusukan negara saya, Indonesia, ada di negara lain, kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu dimiliki negara lain." (Vabyo, hlm. 371)

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang, karena saya merasa seperti ada bagian yang terpotong di tengah cerita tentang pengalaman vabyo di saudi yang tiba-tiba berganti menjadi liburan di luar negeri.

Meta morfillah

[Review buku] Tuhan, izinkan aku menjadi pelacur

Judul: Tuhan, izinkan aku menjadi pelacur!
Penulis: Muhidin M. Dahlan
Penerbit: MELIBAS
Dimensi: 249 hlm, cetakan 2 november 2003
ISBN: 979 96336 14 9

"Dengan berat hati kukatakan: Aku tak punya alasan untuk mengabdi kepadaMu. Aku tidak punya alasan untuk sebuah penyerahan yang absurd." Nidah Kirani

Nidah Kirani, atau yang lebih dikenal dengan nana Kiran, awalnya adalah seorang muslimah yang taat. Berhijab dan berjubah besar, beribadah begitu khusyu', rajin salat, membaca Al Quran, berzikir dan berpuasa. Mendalami amalan sufi dan begitu ingin zuhud. Ia begitu ingin menjadi muslimah yang beragama secara kaffah.

Sayangnya, di tengah perjalanannya ia bertemu sesuatu yang salah. Ia yang lugu, terjerat masuk ke dalam jemaah sebuah organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat Islam dengan mendirikan negara islam di indonesia. Bukannya mengantarkan ia berislam secara kaffah, organisasi itu justru merampas nalar kritis dan imannya. Mengenalkan ia pada rasa kecewa yang begitu dahsyat. Berkali ia menggugat para pimpinan organisasi itu, namun seperti ada hal yang ditutupi. Hingga puncaknya ia melarikan diri dengan teror bahwa jemaah yang keluar dari organisasi haruslah dibunuh. Dalam keadaan itu, ia mulai menggugat Tuhan. Mengapa saat ia begitu total ingin menyembahNya, Tuhan malah seperti tidak peduli dan lari dari tanggung jawab terhadap hidupnya.

Sayang seribu sayang, ia lari pada hal yang salah. Kekecewaan itu ia larikan dalam obat-obatan dan free sex. Ia mencari perhatian tuhan dengan menantangnya. Setiap kali usai bercinta dengan beragam lelaki, tanpa sedikit pun sesal, dia berkata pada Tuhan "Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku, Tuhan, kan kutuntaskan pemberontakanku padaMu!" Dari petualangan seksnya, ia menganggap bahwa semua manusia bertopeng, dan khususnya lelaki baik dari aktivis kiri hingga kanan (islam) yang selama ini berteriak garang tentang moralitas, begitu dangkal dan tunduk dalam pelukannya. Ia menganggap pernikahan hanyalah pengungkungan. Beragam cobaan juga sempat membuat ia melakukan percobaan bunuh diri, sebagai tantangan pada tuhan bahwa ialah yang memutuskan hidup dan matinya sendiri. Dan saat ia memutuskan menjadi pelacur, tanpa disangka orang yang bersedia membuka jalan dan bertindak sebagai germonya adalah dosennya yang begitu berwibawa, anggota DPRD dari fraksi islam yang sudah tua dan menikah.

Dahsyat sekali pengalaman atau memoar luka muslimah bernama Nidah Kirani ini. Beragam isu seperti feminisme, filsafat, agama, hingga moralitas dipertanyakan. Satu hal yang saya petik, teruslah meminta keselamatan imanmu hingga akhir hayat. Sebab tak ada yang tahu hingga kapan kita akan beriman. Bila iman sudah tercabut, ke mana lagi hati bisa berlabuh dengan tenang?

Menurut penulis, ini adalah kisah nyata temannya yang dituturkan langsung. Melalui 13 pengakuan yang terangkum dalam 13 bab, saya salut sekali bahwa wanita ino berani mengungkapkan apa yang ia alami, pikirkan dan pertanggungjawabannya.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

18 May, 2015

[Review buku] Man Shabara Zhafira

Judul: Man Shabara Zhafira
Penulis: Ahmad Rifa'i Rif'an
Penerbit: PT. Elex Media Komputindo
Dimensi: xxiv + 283 hlm, cetakan I 2011
ISBN: 978 602 00 1619 1

Menasihati orang lain untuk sabar, tentu sangat mudah ketimbang mengalaminya sendiri. Tapi, nasihat apalagi yang lebih bijak selain nasihat untuk bersabar? Kesabaran adalah modal dasar pemenang. Sebagaimana sub judul dalam buku ini "Success in life with persistence".

Buku ini terdiri dari 6 bab yaitu dream, action, beautiful life, love, pray and wisdom. Di bab 1, penulis menjabarkan bagaimana memetakan impian hingga rinci dan terukur, disesuaikan kemampuan, dan dituliskan. Lalu di bab 2, penulis menjabarkan tentang memulai aksi dengan berani mencoba, disiplin, dan memperbaiki penampilan. Di bab 3, penulis menjabarkan tentang kebahagiaan dan bagaimana menikmati hidup agar menjadi bahagia. Di bab 4, penulis menjabarkan tentang energi cinta kepada sesama, bahwa hidup jangan hanya sekadar sukses untuk diri dan keluarga sendiri. Di bab 5, penulis menjabarkan tentang konsep doa dan ibadah yang harus dilakukan seiring ikhtiar yang sudah maksimal. Di bab ini, ada 2 puisi yang diselipkan penulis. Terakhir, penulis menjabarkan tentang kebijakan menerima segala keadaan dan situasi hidup kita saat ini, baik itu kehilangan, kesulitan, hingga kematian.

Konsep buku ini dalam tiap sub babnya dimulai dengan cerita, lalu dikaitkan dengan judul dan diakhiri dengan kesimpulan. Beragam contoh cerita ada yang dari buku bacaan, internet, cerita islami, hingga pengalaman yang dialami penulis sendiri. Beberapa cerita ada yang sudah sering saya baca di internet dan buku sejenis yang saya baca terlebih dahulu, bahkan ada yang saya arsipkan di blog saya sebagai motivasi. Yaa.. isi buku sejenis ini (motivasi, pengembangan diri) entah mengapa sebagian besar sudah tertebak, hampir sama, namun tetap laku di pasaran. Mungkin karena memang banyak orang berupaya mencari penguatan untuk mencapai kebahagiaan hidupnya melalui kata-kata positif.

Secara keseluruhan, saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Saya mengutip kutipan di halaman 64 buku ini, yang paling saya suka.

From book "Dare to try"

We were born to try,
Try to walk,
Try to talk,
Try to read,
Try to graduate from school,
Try to achieve great career,
Try to build a business,
Try to love someone,
Try to build a family,
Try to make a better life,
Try to survive.
We'll never stop trying, unless we have died.
All things that have happened to us are the result of our trial.

Meta morfillah

[Review buku] Jangan jadi muslimah nyebelin

Judul: Jangan jadi muslimah nyebelin
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Dimensi: 220 hlm, 20.5 cm, cetakan ketujuh februari 2007
ISBN: 979 3651 65 2

Muslimah nyebelin? Kayak gimana tuh? Atau bahkan kamu sering menemukannya, hanya saja mau menegur tapi enggan, gak enak?

Buku ini mengupas tentang beragam hal hingga sikap yang membuat seorang muslimah menjadi nyebelin. Mulai dari fisik, hal remeh yang mengganggu seperti keringat, bau mulut, kebersihan rambut dan tangan hingga aneka rasa bau lainnya. Juga secara penampilan seperti kebersihan wajah, yang seringkali kurang terawat sehingga membuat mata yang melihat jadi jengah, serta penampilan seperti pemilihan warna, ukuran baju, dan style yang berlebihan. Selain itu dari pemilihan kata-kata yang biasanya nyelekit sehingga merusak kegembiraan teman, mencela atau menghina, biang gosip, gak mau kalah, gak lihat sikon, hingga gak bisa menahan komentarnya untuk tidak berkomentar. Terakhir, juga yang paling utama adalah nyebelin secara perilaku. Contohnya suka ikut campur, lelet, jorok, tukang dandan, eksklusif, ratu ngeluh, cepat bilang gak bisa, kuper, gak pela, penggoda, mental gratisan, kaku, miss judge, dan perkataan gak sesuai perbuatan (pacaran).

Membaca buku ini, seperti mengajak saya berkaca lagi. Menimbang, menilai dan mencoba mencari tahu apakah di antara hal-hal tersebut saya pernah atau bahkan sering melakukannya. Mungkin buku ini bisa membuatmu marah, sekaligus tertawa. Tersindir, minimalnya lah. Sebab apa yang diungkapkan memang keseharian dan sering kita temukan dalam keseharian. Meski sebenarnya manusiawi, tapi ketika yang melakukannya adalah seorang muslimah, hal itu menjadi lain. Menjadi semacam tolok ukur bahwa jilbab atau bahkan agamanya kurang bagus, hanya karena kekhilafan pengikutnya.

Saya suka dengan ide cerita yang menyadarkan ini, benar-benar membuat kami para muslimah aware dan seperti mengikuti sebuah salon kepribadian. Gaya bahasanya pun ringan, santai, meski agak provokatif. Tak butuh waktu lama mencernanya. Cukup dua jam saja.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

[Review buku] My stupid boss

Judul: My stupid boss
Penulis: Chaos@work
Penerbit: Gradien Mediatama
Dimensi: 200 hlm, 13 x 19 cm, cetakan kesembilan 2010
ISBN: 978 602 8260 20 6

Pernah ngalamin bos yang suka kena amnesia attack dengan omongannya sendiri? Sedikit-sedikit ancamannya potong gaji? Sok berani dan ngomel-ngomel di belakang, tapi pas berhadapan langsung dengan klien langsung kuncup, bahkan tak jarang nyalahin staffnya?

Jadi karyawan, pasti selalu menarik ngomongin bos. Apalagi kalau bosnya benar-benar gokil kayak di buku ini. Rule 21 yakni pasal 1 'bos tidak pernah salah' dan pasal 2 'kalau bos salah, lihat kembali pasal 1' terasa sekali dalam karakter bos di buku ini.

Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis yang diawali di blognya, hingga lahir dan diterbitkan dalam format buku ini begitu kocak, konyol dan menghibur. Selain tingkah bos yang ajaib, saya juga belajar tentang sedikit bahasa dan budaya kerja dengan orang asing dan di negeri asing. Ya, penulisnya memang orang indonesia, tapi pengalaman bekerjanya ini adalah saat ia di Malaysia dengan bos yang sebenarnya orang indonesia juga. Membaca buku ini membuat saya berpikir dua hal seperti yang diharapkan penulisnya untuk pembacanya:

You: yo are not the poorest worker in the world.
Your boss: he is not the worst boss in the world.

Meski menurut pengakuan penulisnya ada beberapa nama dan tempat kejadian yang ia ubah untuk menjaga privasi, juga nama bos aslinya tak ia paparkan, tak membuat cerita ini menjadi aneh.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta morfillah

15 May, 2015

[Review buku] Membaca watak wanita dari caranya dandan, bicara, parfum, dan buah kesukaannya

Judul: Membaca watak wanita dari caranya dandan, bicara, parfum, dan buah kesukaannya
Penulis: Imam Wahyu Winaris
Penerbit: Najah
Dimensi: 182 hlm, cetakan I november 2011
ISBN: 978 602 978 931 7

Tidak seperti tes-tes kepribadian yang butuh waktu lama, trik dalam buku ini memberikan pedoman super cepat tentang cara melihat seorang wanita, baik melalui cara berdandan, berjalan, berbicara, parfum yang digunakan, dan bentuk bibirnya. Meskipun analisisnya belum baku, namun cara tersebut lebih efektif karena dapat dilakukan langsung.

Itu kalimat yang tercantum di belakang buku untuk menarik minat pembeli. Setelah membaca, saya setuju bahwa buku ini belum baku. Mengapa? Sebab yang saya dapatkan adalah seperti copasan blog-blog orang lain yang disatukan. Di bagian akhir pun daftar pustakanya 100% dari internet, sebagian besar pun blog orang lain dengan domain blogspot dan wordpress yang tidak begitu dikenal. Bagaimana mempertanggungjawabkan teorinya? Padahal di halaman pembuka, penulis menjelaskan empat kepribadian teori hipocrates yakni sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris. Di halaman 20, kelebihan wanita sanguinis dengan kelebihan wanita melankolis di halaman 23. Besar kecurigaan saya, itu adalah copas yang terulang. Dikatakan wanita sanguinis dan melankolis bersifat " sensitif kepada orang lain, berteman dengan hati-hati, puas berada di belakang layar, menghindari perhatian, suka keteraturan, terjadwal, hati-hati, rapi dalam perencanaan, hemat, suka dengan fakta-fakta, data-data, serta angka-angka."

Sejauh yang saya ketahui itu adalah sifat yang identik dengan wanita melankolis, bukan sanguinis. Teori yang saya pernah baca di buku  kuliah dan saat menerima materi training, wanita sangunis justru mencari dan senang dengan perhatian. Sangat bertolak belakang dengan hal yang dinyatakan di buku ini.

Lalu di halaman 38 dan 39, mengenal karakter dari warna. Beda antara penyuka warna merah muda dengan merah jambu. Loh, bukannya merah muda = merah jambu??

Lalu di halaman 53, lucu sekali... mengenal wanita dari cara berpakaian. Penulis membaginya menjadi 27 jenis pakaian, dan tidak semuanya diberi contoh gambar. Sehingga ada mispersepsi di benak saya. Beberapa hal terasa pengulangan. Lalu mulai poin 8 di halaman 53, penulis menjudge gaya berpakaian ini adalah style wanita berzodiak anu. Saya kaget laah... kenapa tiba-tiba ada judgement seperti itu? Padahal di awal-awal tidak disebutkan kaitan astrologi dengan gaya berpakaian. Cukup banyak ketidakkonsistenan dalam buku ini.

Saya apresiasi 2 dari 5 bintang.

Meta morfillah

13 May, 2015

Ini pengalaman pertama berhijabku. Kalau kamu?

Kapan kamu mulai berhijab?
Mengapa kamu mau berhijab? Apa alasannya yang membuatmu yakin untuk berhijab?


Well, pertanyaan macam itu biasanya akan terus ada saat teman-teman mengetahui perubahan kita dari yang belum berhijab, menjadi berhijab. Setiap orang pun akan menceritakan beragam pengalaman pertamanya hingga memutuskan berhijab. Sebagian besar mungkin ada kemiripan cerita, sebagian ada yang begitu mudah dan sebagian pun ada yang begitu sulit. Saya pun masih penasaran dengan sebagian teman-teman yang memutuskan berhijab. Terlebih bila mereka dahulunya “The most wanted girl” di sekolahnya, atau begitu populer dan eksis. Dari keingintahuan itu, saya mendapatkan sebagian cerita. Berikut ceritanya:


Siti Pandan

Aku berhijab untuk pertama kalinya ketika memasuki tingkat dua. Itu pun sebenarnya juga karena terpaksa. Terpaksa karena sudah terlanjur berjanji dengan seorang teman.
Sebenarnya waktu berumur 9 tahun, aku sudah pernah berhijab. Tetapi mungkin kondisinya pada saat itu karena masih kecil dan belum mengerti apa-apa, jadi ketika berumur 12 tahun (atau lebih tepatnya lulus SD) aku melepas hijab, karena memang masih iri dengan teman-teman yang lain. Waktu jaman itu, kadang aku suka iri dengan teman-teman yang rambutnya bisa dikuncir, dikepang atau hanya sekedar diberi penghias jepitan.
Kembali ke jaman sekolah tingkat dua, aku berhijab pun juga awalnya karena pada saat itu ada seorang teman perempuan (seorang aktivis keputrian) yang tiba-tiba memberikan aku sebuah hijab (jilbab). Bukan hanya itu saja, ada juga seorang aktivis rohis (seorang lelaki atau ikhwan) yang tiba-tiba juga memberikan aku sebuah buku kecil yang judulnya “1001 alasan mengapa harus berjilbab”. Dari situ aku mulai berpikir, apa mereka sengaja melakukan ini semua? Mengapa bisa secara bersamaan mereka memberikan aku sebuah hadiah itu? Dan mungkin karena masih muda, emosi masih suka labil, timbul pro kontra dalam diri aku (antara ingin berhijab dan tidak berhijbab).
Sebelumnya aku pun meminta ijin dengan kedua orangtua ku, boleh atau tidak aku berhijab. Dan alhamdulillah, ijin dari bapak sudah kudapatkan tetapi ketika meminta ijin ke ibu, beliau membuatku agak sedikit ragu. Sekali lagi ibu meyakinkanku apakah aku sudah mantap dengan keputusanku saat itu, karena ibu tidak ingin aku seperti dulu yang sudah berhijab tetapi aku lepas lagi. Tetapi setelah aku berpikir dan yakin dengan keputusan kusaat itu, mulai lah aku berhijab.
Kondisi pada saat setelah berhijab membuatku menjadi nyaman karena pada saat itu sudah jarang lelaki (lebih sering kakak kelas yang lelaki) yang terlihat menggoda atau sekedar menyapa. Dan aku pun kemudian diberikan amanah dari sekolah untuk membantu teman-teman keputrian dalam hal kepengurusan musholla di sekolah.

Dari situlah awalnya aku belajar tentang islam. Aku jadi sering ikut liqo dan ta’lim. Dan bahkan pernah ikut demo membela Palestina sewaktu sedang gencar-gencar perang melawan Israel. Pokoknya aku belajar tentang banyak hal.
Tetapi setelah lulus sekolah dan memasuki dunia kerja, semua hal yang aku pelajari itu seakan hilang begitu saja. Aku mulai dekat dengan beberapa orang lelaki dan bahkan berpacaran dengan salah satu dari mereka. Dan aku pun jadi mulai sering gonta-ganti pacar. Putus dengan yang ini, jadian dengan yang itu. Tidak hanya itu saja, aku jadi lebih suka jalan ke mall atau bahkan sekedar nongkrong di kafe hingga larut malam dengan teman-teman. Padahal jika dipikir-pikir, tiada guna melakukan itu semua. 

Perlahan-lahan aku pun mulai memperbaiki cara berhijab dan berpakaianku. Dulu mungkin karena awalnya aku agak terpaksa memakai hijab tersebut, antara tidak tulus dan tidak ikhlas juga, jadi mungkin terkesan agak asal-asalan. Tetapi sekarang setelah mengerti dan memahaminya, insyaAllah semua bermulai dari hati dan semata-mata karena untuk Allah.
Tapi dari situ di mulailah beberapa ujian serta tantangannya. Orang-orang yang dulu pernah mencoba untuk mendekati dan bahkan sudah menjauh, tiba-tiba mulai berdatangan lagi dan meminta untuk menjalin hubungan seperti yang dulu. Atau bahkan yang sekedar ingin bermain-main dengan perasaan ini.
Dan sekali lagi, hampir saja hati ini sempat tergoyah dan jatuh untuk ke sekian kalinya, tetapi ternyata Allah masih sayang padaku. Satu persatu mereka mulai menjauh karena setelah tau apa alasanku untuk tidak mau berpacaran.


Shanti Nur Oktavia

21 Oktober 2008, yang bertepatan juga dengan ulang tahunku. Saat itu aku kelas dua SMA. Aku memutuskan memberi hadiah yang terbaik untuk diriku sendiri yaitu dengan berhijab.Hari itu pun bertepatan dengan adanya acara keluarga. Aku memberi tahu ke keluarga bahwa aku mau seterusnya berhijab.
memutuskan berhijab tentu ada pertentangan hati, ditambah di keluargaku belum ada satu pun yang berhijab. Mamaku pun belum. Akhirnya, aku pun tidak begitu peduli dengan keadaan seperti itu. Aku tetap meneguhkan hati untuk memakai hijab. Hijab yang pertama kupakai, yang penting menutupi dada, karena buat apa memakai hijab kalau misalnya enggak langsung sesuai syariatnya. Yaa… meski pun enggak lebar, yang penting menutup dada.

Kadang malu juga kalau lagi jalan sama keluarga, cuma aku yang berhijab. Aku belum berhasil mengajak serta mama atau kedua kakakku untuk berhijab. Aku berharap lambat laun mereka mau menggunakan hijab juga.
Alhamdulillah… saat ini mama mau memakai hijab kalau keluar rumah yang jauh, tapi kalau di sekitar rumah mama masih belum rapi berhijab. Soon… semoga perlahan mau berhijab lebih rapi lagi.


Nah, itu cerita dari dua teman yang mau membagi kisahnya di blog ini.

Terus, kalau ceritamu mana, Met?

Baiklah, saya akan membagi cerita saya.

Kapan kamu mulai berhijab?
20 April 2006, saat kelas dua SMK menjelang kenaikan kelas. 


Mengapa kamu mau berhijab? Ap
a alasannya yang membuatmu yakin untuk berhijab?
Karena perintah Allah, sama aja kayak perintah salat, puasa ramadhan, dll.

Lengkapnya adalah…

Keinginan berhijab sudah ada sejak saya kelas 6 SD. Sebab saya aktif mengaji dan berprestasi.

Loh, gak ada hubungannya, Met!

Eh… ada… jangan salaaahh… soalnya karena saya aktif mengaji dan berprestasi itu, saya merasa hidup saya begitu sempurna. Saya ingin kenal sang pencipta saya. Maka tahulah saya bahwa Allah yang begitu sayang sama saya memerintahkan wanita untuk berhijab. Tapi, saat saya mengutarakan hal itu pada mama, beliau dengan tegas menolaknya. TIDAK!!
Wuidiiihh… saya mengkeret. Takut juga melihat ketegasan mama saya dan kecepatan menjawabnya. Namun setelah cooling down, ternyata alasan mama cukup rasional (Yaiyalah, mama saya kan waras, ya rasional lah!). Mama tidak mau saya memakai hijab lalu nanti bosan, lalu melepas lagi. Mama bilang, berhijablah kalau kamu sudah yakin untuk selamanya. Sebab itu perintah Allah yang tidak main-main. Saat itu di keluarga saya pun belum ada yang berhijab (Mama dan kakak perempuan saya. Kalau Bapak sama Uda saya yaaa memang enggak boleh berhijab hehe). Maka keinginan itu pun menguap dengan cepat seperti spirtus.

Lalu di tanggal 20 April 2006, tepatnya seusai salat subuh, tiba-tiba saya memutuskan ingin berhijab. Entahlah… tak ada alasan pastinya. Tiba-tiba saja saya begitu yakin ingin mengenakan hijab, seperti begitu yakinnya seorang anak kecil menginginkan es krim dan akan ngambek bila tak dituruti. Saat itu, saya bertugas mencuci baju sebelum berangkat sekolah. Nah, tempat nyuci bajunya itu bukan di dalam rumah atau di dalam kamar mandi, melainkan di teras rumah yang belum berpagar. Dan rumah saya terletak di pinggir jalan, sehingga terlihat jelaslah oleh orang yang berlalu-lalang jika saya sedang mencuci. Kendala pertama pun muncul, saya tidak memiliki baju berlengan panjang dan kerudung. Untungnya ada manset, maka saya pakailah manset itu, padahal lengan baju saya begitu pendek, jadi ada area yang belum tertutup manset dan memperlihatkan sedikit kulit serta ketiak saya. Lalu, saya ambil kerudung mama yang biasa dipakai buat acara melayat di rumah. Kerudungnya begitu pendek, macam ciput ninja kalau sekarang mah. Harganya lima ribu di Tanah Abang. Banyak banget itu di pasar Tasik tiap Senin Kamis. Eehh… kok saya malah promosi Tanah Abang!?

Lalu pergilah saya mencuci baju keluar teras. Jalanan masih sepi, belum banyak orang yang bangun di subuh hari. Tak lama, mama saya keluar mau membuang sampah dapur. Beliau keheranan melihat ada orang berkerudung mencuci di depan rumahnya. Beliau pun meneriaki saya, “Hei, siapa itu?” Lalu saya menjawab, “Meta, Maa…” Mama saya diam. Sepertinya beliau shock beberapa detik. Lalu langsung memanggil saya masuk ke dalam rumah. Saya pun disidang. Setelah persidangan panas itu, akhirnya mama mengalah pada saya dengan sedikit mengancam “Awas yaa.. kalau di tengah jalan kamu buka kerudung!” Saya pun berjanji pasti, bilang tidak akan. Namun setelah itu, mama langsung kebingungan mengenai seragam sekolah yang akan saya kenakan di hari itu. Saya menenangkan mama, bilang padanya bahwa saya punya manset putih, saya hanya meminjam kerudung putih mama saja. Alhasil, rasanya hari itu hari terjelek saya ke sekolah. Seragam maksa banget, pakai manset, kerudung model ciput ninja pendek, rok pun minjam sama saudara. Tiba di sekolah, semua teman saya yang kebanyakan lelaki (saya perawan di sarang penyamun, SMK TELKOM SPJ) mengerubungi saya. Berasa lalat banget yaa… tapi saya cuek banget, tebar senyum dan merasa hari itu saya cantik banget. HAHAHAHAH! Lalu tak lama saya disidang lagi sama guru-guru. Keputusan akhir adalah, saya harus menjahit seragam ulang, kecuali seragam olahraga. Ya, di SMK TELKOM SPJ kami semua menjahit sendiri seragam. Saat kali pertama masuk, kami diukur dan dibuatkan seragam yang insyaa allah akan muat hingga 3 tahum ke depan, paling cuma kusam atau dekil doang.
Well.. itulah pengalaman pertama saya berhijab. Kautahu? Itu tidak ada apa-apanya dengan pengalaman setelah berhijab. Bahkan saya pernah bersitegang sama kakak perempuan saya dan meninggalkan rumah (kabur) karena prinsip berhijab saya belum dihargai dengan serius. Belum lagi beragam ujian dari sisi asrama eh asmara #aseek. Hingga saya membuat mama saya sakit, dan saya merasa sangat durhaka. 

Tapi, akan sangat panjang bila diceritakan di sini. Intinya… memulai sesuatu yang baik itu memang tidak mudah. Tapi selalu ada langkah pertama, bukan? Dan dengan berhijab, bukan berarti kamu menjadi bidadari atau malaikat seketika. Justru, dengannya kamu akan semakin banyak belajar dan banyak yang harus dipertanggungjawabkan. Juga, kamu harus siap kaya. Karena semenjak berhijab, saya menjadi eksklusif! Harus ke salon muslimah, kolam renang muslimah (walau kadang saya suka ke kolam renang umum hingga sekarang), beli peralatan muslimah… beuuhh ini semua membutuhkan biaya yang mahal. Jadi saya enggak setuju banget kalau dibilang, muslimah itu kuno, kampungan. Yee… mereka gak tahu aja, justru jadi muslimah itu eksklusif. Hanya untuk orang-orang keren, mampu dan mau hahaa…

Begitulah pengalaman pertama berhijab. Tulisan ini apresiasi untuk diri saya sendiri atas perayaan 9 tahun berhijab. Semoga Allah mengistiqamahkan hati kita yang sudah berhijab hingga maut menjemput. Dengan berhijab, kita belajar sepanjang hayat (longlife learning), karena akan ada banyak yang mengingatkan kita bila kita khilaf, bila pun tidak ada, kita tentunya akan malu pada hijab kita sendiri. Itulah mengapa Allah menjaga kita—wanita—dengan  berhijab, sebab ada risiko iman, moral, dll di dalamnya.


Meta morfillah

Perihal ditinggalkan atau meninggalkan?

Perihal meninggalkan atau ditinggalkan?

Tha akhirnya menyadari sesuatu. Kemiripan mengapa tha memutuskan berhenti mengajar dan resign dari kantor hijau kuning. Selain perkara pemicu, sebenarnya keduanya karena akumulasi ditinggalkan. Mengajar kelas 9, dua kali tha ditinggalkan murid yang tha sayang serempak setiap kelulusan. Bekerja bareng orang yang dianggap keluarga, dalam waktu kurang dari 2 tahun, ditinggalkan tiga kali.

Pantas, saat ada tiga tawaran pekerjaan di sekolah sebagai pengajar sekarang, tha agak trauma. Karena harus siap ditinggal lagi. Mungkin, karena itu tha memutuskan agar tha yang meninggalkan. Haha... jadi akar penyebabnya di sana.

I know it, now...
That i don't like "ditinggalkan", I feel so enough for that.

Thanks santi

[Review buku] Antologi puisi penulis lepas

Judul: Antologi puisi penulis lepas
Penulis: komunitas penulis lepas, komunitas apresiasi puisi, dan komunitas puisi FLP
Penerbit: Pustaka Jamil
Dimensi: x + 148 hlm, 14 x 21 cm, cetakan I Januari 2011
ISBN: 989 979 15088 5 8

Buku ini dihadiahkan Mas Epri Tsaqib pada saya saat menjadi panitia Pesta Literasi Jakarta 2013. Baru saja saya buka plastiknya tadi pagi, di antara tumpukan buku yang belum saya baca. Tipis, ringan, tapi sampulnya kurang menarik minat membaca saya. Setelah saya baca isinya, yang terbagi menjadi dua kelompok. Yakni tahap I berisi 71 puisi, dan tahap II berisi 20 puisi pilihan dari 3 editor yaitu Misbach, Epri Tsaqib, dan Ahmad Sekhu.

Secara keseluruhan, tema yang diambil campuran. Ada tentang cinta, kegundahan akan negeri, pertanyaan akan Tuhan, dlsb. Keindahan diksi pun berbeda-beda. Ada yang bagus dan mudah dipahami, ada yang kurang bagus serta tak mudah ditangkap maknanya serta ada yang seperti kumpulan quote, tak berkaitan. Ada yang begitu panjang sampai tiga lembar, ada yang begitu pendek hanya empat baris. Tapi editannya masih banyak yang typo, juga kesalahan teknis yaitu perbedaan font size dan font type di beberapa puisi. Bahkan di tahap II, ada pengulangan puisi di halaman 114 dan 128, itu adalah puisi yang sama milil Lubis Gafura. Jadi sebenarnya, hanya 19 karya yang lolos di tahap 2.

Dari semuanya, tidak ada yang begitu mengena di hati saya, atau menjadi unggulan. Kesan yang saya dapatkan adalah buku ini diterbitkan untuk kebahagiaan komunitas itu saja. Sebagai penghargaan pada para penulisnya. Bukan untuk konsumsi umum. "Yang penting terbit" Tapi, itu sih sekadar opini saya saja.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

12 May, 2015

[Review buku] Bertengkarlah dengan indah

Judul: Bertengkarlah dengan indah
Penulis: Naylil Moena
Penerbit: Flashbooks
Dimensi: 176 hlm, cetakan I April 2011
ISBN: 978 602 978 590 6

Dalam kehidupan rumah tangga atau pasangan kekasih, pertengkaran tidak bisa dielakkan. Banyak sekali faktor pemicunya. Namun, apakah bertengkar adalah wujud tidak sehatnya sebuah hubungan atau keluarga? Benarkah bertengkar adalah hal negatif yang selalu berpengaruh buruk? Apakah benar, sebuah hubungan atau rumah tangga yang di dalamnya terjadi pertengkaran akan berujung dengan kehancuran? Buku ini mengatakan TIDAK. Tak selamanya pertengkaran berakibat negatif dan berujung kehancuran. Bertengkar seringkali mampu menjadi "energi" keharmonisan. Karenanya, rumah tangga yang tanpa pertengkaran adalah rumah tangga yang "tidak sehat" dan "dingin".

Diawali dengan bab 1 berjudul "Realitas Kehidupan Rumah Tangga" penulis mengajak para pembaca untuk menyadari bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna serta perbedaan dasar antara suami dan istri. Masuk ke bab 2, penulis menyampaikan gagasan mengenai "Mengantisipasi Terjadinya Pertengkaran". Hal itu bisa dilakukan dengan peka terhadap perubahan pasangan, menghindari adu mulut, aksi diam dan adu fisik, serta memberitahu cela pasangan tanpa menyakiti. Di bab 3, penulis membahas "Sumber Pertengkaran" yang umum memicu, di antaranya masalah keuangan, pasangan hidup sakit, nasib apes, jarak yang jauh, pembagian peran yang tidak seimbang, pola pengasuhan anak, tidak cocok dengan keluarga pasangan, selingkuh, dan masalah seksualitas. Pada bab 4, penulis menyampaikan seni "Mengelola Pertengkaran" di antaranya dengan mengendalikan luapan emosi, menyimpan masalah dari orang lain, menahan amarah di depan anak, rayuan maut, curhat pada orang yang dipercaya, mengelola kecemburuan, menjadikan marah tidak berlarut-larut, bicara empat mata, dan berbesar hati memaafkan serta meminta maaf. Bab 5 berisi tentang "Point of Finally" di antaranya bertutur lebih mesra, memanjakan pasangan, komunikasi dua arah, kemesraan seksual, saling memberi motivasi, dan membuat new strategic plan. Terakhir, bab 6 tentang memetik hikmah dari pertengkaran.

Bahasa yang digunakan cukup sederhana dan menampilkan banyak sumber dari pakar-pakar serta buku terkait. Secara keseluruhan cukup bermanfaat dan dekat dalam keseharian contoh-contoh yang disajikan.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

11 May, 2015

[Review buku] Ways to live forever

Judul: Ways to live forever - setelah aku pergi
Penulis: Sally Nichols
Penerbit: Gramedia
Dimensi: 216 hlm, 20 cm, cetakan ketiga Desember 2008
ISBN: 978 979 22 3653 8

Novel ini menceritakan semua hal tentang Sam, anak lelaki berusia sebelas tahun yang terkena penyakit Leukimia. Dia begitu menyukai fakta-fakta dan memiliki rasa pengetahuan yang tinggi. Terutama tentang kematian. Sam membutuhkan jawaban atas pertanyaannya yang enggan dijawab orang-orang.

Dengan format buku harian yang unik dan menarik, Sam mulai menulis buku ini pada tanggal 7 Januari dan berakhir di tanggal 12 April. Sebab Sam meninggal di tanggal 14 Aprilnya, dengan begitu tenang. Ada banyak daftar, cerita, gambar, pertanyaan, dan fakta-fakta.

Saya membayangkan posisi anak berusia sebelas tahun yang sadar bahwa hidupnya hanya dalam hitungan bulan. Betapa Sam sangat siap, terbukti dengan 11 daftar dan 8 pertanyaan yang tak terjawab.

Daftar:
1. Lima fakta tentang aku
2. Lima fakta tentang penampilanku
3. Hal-hal yang ingin kulakukan
4. Hal-hal favorit
5. Kiat-kiat hidup abadi
6. Yang mesti dilakukan waktu orang meninggal
7. Lima fakta tentang Dad
8. Fakta-fakta fantastis tentang balon zeppelin
9. Hal-hal paling asyik
10. Ke mana orang pergi sesudah mati?
11. Hal-hal yang kuinginkan setelah aku pergi

Pertanyaan-pertanyaan tak terjawab:
1. Bagaimana kita tahu kita sudah mati?
2. Kenapa Tuhan membuat anak-anak jatuh sakit?
3. Bagaimana kalau ada orang yang sebenarnya belum mati, tapi dikira sudah mati oleh orang-orang lain? Apakah dia akan dikubur hidup-hidup?
4. Sakitkah kalau mati?
5. Seperti apakah kelihatannya orang yang mati? Atau apa rasanya?
6. Kenapa sih orang mesti mati?
7. Ke mana orang pergi setelah mati?
8. Apakah dunia ini masih ada setelah aku tiada?

Pertanyaan-pertanyaan itu begitu polos, khas anak-anak, namun begitu sulit dijawab. Bahkan saya pun penasaran akan 8 pertanyaan itu. Begitu haru buku ini menceritakan bagaimana keadaan keluarga inti, terutama orang tua yang memiliki anak penderita kanker. Seolah semuanya begitu melelahkan, berbagai upaya dicoba, meski sudah tahu hasilnya. Tak jarang keluarga tersebut kehilangan keharmonisannya, mereka jadi sering bertengkar. Itu semua karena mereka frustasi dan sayang. Belum lago sensitifitas sang penderita kanker itu sendiri. Itulah beberapa kejadian nyata yang saya lihat di keluarga teman yang memiliki anak penderita kanker. Tak jarang keluarganya jadi hancur, broken home bagi saudara anak yang menderita kanker.

Menarik sekali, kemasan buku ini yang dilengkapi sketsa, gambar dan foto khas buku harian. Juga gaya bahasanya terasa benar-benar seperti membaca buku harian anak kecil penderita kanker. Mengingatkan saya ke film My sister's keepers di saat-saat terakhirnya.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta morfillah

[Review buku] Menggapai impian

Judul: Menggapai impian
Penulis: Masriyah Amva
Penerbit: Kompas
Dimensi: xxii + 234 hlm, 14 x 21 cm, cetakan I September 2010
ISBN: 978 979 709 517 8

Buku ini berisi kisah suka duka Nyai (panggilan untuk perempuan pengasuh pesantren) dalam hidupnya. Dibagi menjadi tiga bab yang bertema; sunyi, luka, dan rindu. Bagaimana ia mengadukan segala kelemahan dan kesulitannya pada Tuhan mulai dari himpitan utang, cibiran orang-orang, musibah, penyakit sulit makan yang membuat Nyai harus ke restoran minimal 2 hari sekali demi menggugah selera makannya meski ia miskin, hobi belanja dan sikap borosnya, kehidupan pernikahannya yang sampai dua kali, serta beragam keinginannya yang terlihat begitu tidak mungkin saat itu, seperti naik haji, berkurban, mengasuh pesantren putri, dan menulis buku.

Beragam puisi buatan nyai pun mengisi lembaran-lembaran pergantian buku ini. Bermacam doa dalam bahasa khas Nyai, bahasa indonesia, ia terangkan. Bagaimana merayu Allah dengan caranya, sehingga semua kelemahan diubah menjadi kekuatan dan Allah kabulkan apa yang ia pinta.

Membaca buku ini, mengetahui seluk beluk kehidupan seorang Masriyah Amva, membuat saya seperti melihat sosok mama saya. Betapa begitu lurus dan jernih segala perilakunya. Segalanya dikembalikan pada Allah. Kadang menyebalkan... bagi saya, karena saya masih suka mencari alasan atau pembenaran bahwa lazim sesekali kita khilaf. Tapi Nyai dan mama saya sepertinya memiliki kesamaan. Saklek. Lurus. Pasrah sekali dan yakin pada Allah. Saya suka doa-doanya yang detail. Tapi secara keseluruhan, beberapa part di buku ini agak membosankan bagi saya karena lebih fokus menceritakan perasaan penulis dibandingkan tindakan konkretnya.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

10 May, 2015

[Review buku] Impian keliling dunia

Judul: Impian keliling dunia (Kumpulan cerpen komedi)
Penulis: Olih dan teman-temannya (Anisa Ae, Radindra Rahman, dkk)
Penerbit: AE Publishing
Dimensi: iv + 94 hlm
ISBN: 978 602 18292 5 7

Kumpulan cerpen komedi yang terdiri dari 16 cerpen ini dihadiahkan oleh salah satu penulis kepada saya di tahun 2013. Maaf yaa olih, baru saya baca bukumu. Surprise lagi, ternyata Olih nulis 2 cerpen di sini. Hahaa...

Well, secara keseluruhan ada beberapa yang lucu, tapi ga sampai membuat saya terpingkal siih.. Di antara 16 cerpen itu, yang paling lumayan saya suka berjudul "Marko Saklitunov Menuju Cina". Ide nama tokohnya buat saya geli. Tema yang diambil semua memiliki benang merah. Tentang mimpi tiap tokoh untuk keluar negeri. Tapi di beberapa cerita, saya menemukan kesamaan ending, bahwa ternyata itu semua mimpi. Lainnya kadang terlalu maksa dan menurut saya kurang logis cara yang ditempuh untuk keluar negeri. Terlalu banyak kebetulan yang akhirnya meloloskan beberapa tokoh menunaikan impiannya.

Secara tampilan, terkesan jadul sekali. Karikaturnya kurang menarik. Dan sosok karikaturnya kenapa mirip olih ya? Kurus, jangkung gitu... haha

Berikut judul keenam belas cerpen dan negeri yang dituju:
1. Kanguru
Tujuan tokoh aku yang begitu inhin ke australi demi bertemu kanguru.

2. Hollywood is my dream
Tujuan Vanilla ke hollywood untuk bertemu leonardo di caprio.

3. Benua ke benua
Tujuan filan jalan-jalan ke australi, amerika, eropa.

4. Whitening cream
Tujuan rafel ke nigeria untuk jualan whitening cream.

5. Jono amazon
Tujuannya amazon. Tulisannya olih.

6. Go to korea
Tujuan Asep dan band kampungnya yang ingin terkenal dengan syuting youtube di Korea.

7. Marko saklitunov menuju cina
Tujuan marko ke cina untuk membuktikan dan mengukur sendiri panjang tembok cina.

8. Autumn, arkansas, and my dream
Tujuan Lusy ke Arkansas semi merasakan autumn yang indah dengan daun berwarna-warni.

9. Petualangan di amerika serikat
Tujuan Nindy ke amerika.

10. Wish coming true in venice
Tujuan Icha ke venesia.

11. Made in indonesia
Tujuan tita ke singapura, menemani anak majikannya belanja.

12. Menggapai bollywood
Tujuan sri devi ke india, ingin ketemu shah rukh khan dan resepsi nikah di depan taj mahal.

13. Naik ojek keliling paris
Tujuan Dudi ke paris bersama euis pacarnya.

14. Demi gangga
Tujuan Nia ke India demi memancing di sungai gangga. Tulisan kedua olih.

15. Jepang aku datang
Tujuan Fanny ke Jepang, bersama ketiga temannya dengan mengikuti lomba cosplay.

16. Undian berhadiah
Tujuan Joni ke India demi bertemu Aishwarya Ray.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

[Cerita lirik] Rapuh

Belum sempat kumembagi kebahagiaanku
Belum sempat kumembuat dia tersenyum
Haruskah ku kehilangan, untuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu

Kosong. Pikirannya terasa begitu kosong. Menatap tubuh yang terbaring di hadapannya, berbalut kain putih. Rumahnya ramai, tapi ia merasa begitu sepi. Sendiri. Ia diam. Bukan diam yang tenang. Lebih kepada tak tahu harus berbuat apa. Berusaha mencerna keadaan. Lalu kesadaran datang menyergapnya. Matanya berkabut. Kerongkongannya tercekat. Susah payah ia menelan air liurnya sendiri. Satu kesimpulan ia dapatkan. Tubuh itu, tubuh yang terbaring berbalut kain putih itu... adalah tubuh seseorang yang sangat ia cintai. Satu-satunya keluarga yang ia miliki, setelah kepergian ayahnya lima belas tahun lalu. Perlahan matanya merintik. Kelebat kejadian melintas dalam pikirannya. Bagaimana ia sampai di sini, ditelepon saat sedang bekerja. Sepanjang perjalanannya tadi, ia bagai mayat berjalan. Tak sadar. Kecerdasannya hilang begitu saja saat mendengar kabar duka itu. Ibunya meninggal.

Sebab kusayang dia
Sebab kukasihi dia
Sebab kutak rela
Tak selalu bersama

Matanya hujan. Penyangkalan mulai membuatnya menggugat Tuhan. Ia merasa ini tak pantas terjadi. Tidak. Satu-satunya orang yang ia sayang, kasihi diambil kembali. Lalu... ia akan sendiri. Sendiri menghadapi dunia ini. Mengapa Tuhan begitu tega? Pikirnya.

Kurapuh tanpa dia
Seperti kehilangan arah

Dulu, saat ayahnya meninggal separuh dirinya ikut hilang. Ia yang begitu dekat dengan ayahnya, merasa kekosongan di sebagian hatinya. Lalu kini, ibunya... sempurnalah sudah. Ia merasa begitu rapuh. Bagaimana ia bisa menghadapi dunia ini sendiri? Siapa yang akan mengarahkannya? Memberinya nasehat-nasehat saat ia berlaku bodoh. Mendoakannya tanpa dipinta. Siapa?

Jikalau memang harus kualami duka
Kuatkan hati ini menerimanya

Hanya sebentar. Lalu ia teringat bahwa orang tuanya tak pernag menginginkan dia menggugat Tuhannya. Penyangkalan berangsur menjelma penerimaan. Bagaimanapun, yang pergi tetap akan pergi. Kematian itu niscaya. Dan ia bukanlah orang pertama atau satu-satunya yang pernah mengalami ini. Ditinggalkan. Meski terpaksa... satu-satunya cara adalah menerima. Berdamai dengan dirinya sendiri.

*cerita lirik rapuh - agnes monica

Meta morfillah

09 May, 2015

[Review buku] Perempuan, Hallerina

Judul: Perempuan, hallerina
Penulis: Vanny Chrisma W.
Penerbit: Laksana
Dimensi: 311 hlm, cetakan I April 2011
ISBN: 978 602 978 530 2

Menyewakan rahim. Itulah yang dilakukan Hallerina, perempuan berusia 19 tahun yang tertutup dan belum pernah berhubungan dengan seorang lelaki pun. Tapi ia berani menerima perjanjian aneh dengan Yonki, pria setengah baya yang telah beristri.

Ya tuhaan... dari halaman pertama saya membaca, saya kesal sendiri. Geram sama tokoh utamanya, si Hallerina. Ada yaaa... wanita yang begitu bodoh dan begitu cerewet. Lawan bicaranya cuma ngucap satu kalimat, eh dia balasnya sampe satu halaman. Beuuhh... malesin! Lalu makin dibaca, saya jadi makin malas sama ceritanya. Tahu apa yang membuat malas? Penulisnya berlaku sebagai yang paling tahu dan serasa ustadz. Di beberapa part juga menyertakan puisi-puisi yang dinukil dari tulisan orang lain, yang menurut saya bukannya mempercantik diksi, malah lebay dan gumoh bacanya.

Saya lebih memilih buku yang jelas-jelas berisi kumpulan ceramah seorang ustadz dibanding novel ini. Membosankan sekali bila novel fiksi isinya tentang ceramah. Ditambah tokohnya main di konflik batiiiin yang ituuu-ituu saja. Gak belajar dari kesalahan. Jadi cuma muter-muter tentang itu saja. Terlalu TELL, not show! Konfliknya pun ga klimaks, terlalu ketebak alurnya. Ending ga asyik. Juga gak konsisten. Kontra banget dalam salah satu kalimat, membuat saya mengernyitkan alis membacanya.

"Pa! Jangan kau siksa dirimu sendiri. Semua ini sudah digariskan. Mungkin ini salahku sendiri yang tak pernah memperhatikan Yon. Tetapi kau tahu aku bertugas di luar kota. Jadi sebenarnya ini tanggung jawabmu, Pa. Di mana dirimu saat Yon ada di rumah? Aku tak tahu lagi harus bagaimana...?" (Andina, hlm 164)

Lucu, kan? Dalam satu kalimat, Andina awalnya menyuruh suaminya tidak menyalahkan dirinya, lalu dia mengakhiri kalimatnya dengan menyalahkan suaminya. Dan hampir semua tokohnya dibuat seperti malaikat. Kalimat-kalimat positif, ceramah, tapi ga sesuai perilakunya, haha... terasa banget ketidakkonsistenan tiap karakter dalam novel ini.

Secara isi, saya merasa sangat kecewa dengan buku ini. Saya kasih 2 dari 5 bintang. Setidaknya saya hargai upaya menulis novel tebal ini, dibanding saya yang belum mampu membuat satu novel.

Meta morfillah

08 May, 2015

[Review buku] Heart shaped box

Judul: Heart Shaped Box
Penulis: Joe Hill
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 440 hlm, 20 cm, cetakan I Agustus 2011
ISBN: 978 979 22 7406 6

Fyuuhh!!
Baca novel ini sampai bikin saya minta ditemani mama ke kamar mandi malam-malam. Ada juga beberapa part yang sengaja dilewati. Bukaaan.... bukan karena membosankan. Tapi karena takut! Hahaa... Terus dibaca ulang lagi pas sudah agak beranian, karena tak mau ketinggalan info atau fakta.

Well, novel ini horornya dapat banget. Berkisah tentang keisengan Jude--vokalis band beraliran death metal rock--membeli setelan berhantu milik orang mati dari sebuah situs lelang di internet. Sejak setelan itu datang dalam kotak berbentuk hati, banyak hal-hal aneh terjadi. Rumah Jude jadi jauh lebih dingin dan ia sering melihat hantu pemilik setelan tersebut--seorang lelaki tua yang membawa pendulum berbandul silet. Hantu itu memengaruhinya untuk berbuat hal buruk, seperti membuatnya nyaris bunuh diri dan menembak kekasihnya. Beruntunglah, Jude terjaga kewarasannya berkat kedua anjingnya. Memasuki lebih dalam, ternyata ada twist yang cukup menegangkan dan tak terpikir di awalnya. Bahkan melibatkan kriminalitas yang menurut saya agak psikopat dan membuat jijik. Uughh... penulisnya pintar juga.

Secara isi, bagi yang menyukai genre crime, horor, suspense, novel ini sangat cocok. Tidak membosankan alurnya, juga bahasa yang digunakan cukup sederhana.

Secara tampilan, cover, font size dan typenya agak jadul serta membuat ngantuk karena kertas yang digunakan pun agak kuning.

Saya mengapresiasi 4,5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

07 May, 2015

[Review buku] Penjaja cerita cinta

Judul: Penjaja cerita cinta
Penulis: @edi_akhiles
Penerbit: Diva Press
Dimensi: 192 hlm, cetakan I Desember 2013
ISBN: 978 602 255 397 7

Lima belas cerita pendek dengan ragam tema dan teknik bercerita disajikan dalam buku ini. Secara keseluruhan, tidak ada keterkaitan antara satu cerita dengan cerita lainnya. Tidak ada benang merahnya. Judul Penjaja cerita cinta merupakan judul cerpen pertama di buku ini.

Berikut 15 cerita pendek yang tersaji dalam buku ini:
1. Penjaja cerita cinta
Cerita tentang lelaki yang berprofesi sebagai pencerita cinta.

2. Love is ketek
Putus dengan cewek karena kejujuran tentang sebuah rambut yang tumbuh di ketek.

3. Cinta yang tak berkata-kata
Jemunya seorang wanita terhadap pacarnya yang lebih sering berkata-kata puitis dibandingkan aksi nyata.

4. Dijual murah surga seisinya
Seorang bapak tua yang menjamin masuk surga hanya dengan 50 ribu.

5. Menggambar tubuh mama
Cerita seorang anak yang merindukan kehangatan tubuh mamanya, lalu menggambar tubuhnya dengan puncak kepala ibunya yang ditebas pembunuh.

6. Secangkir kopi untuk tuhan
Persembahan secangkir kopi untuk mengenang meninggalnya Marco Simoncelli.

7. Tak tunggu balimu
Kaitan lagu koplo dengan filsafat bahasa.

8. Cinta cantik
Kaitan cinta dan cantik.

9. Tamparan tuhan
Penjelasan hidup adalah cermin.

10. Abah, i love you...
Sosok abah yang keras terhadap anak lelakinya.

11. Cerita sebuah kemaluan
Berkisar tentang pertanyaan mengapa kita hanya dianugerahi satu kemaluan.

12. Munyuk!
Cerita seorang istri yang setia pada suami yang telah berubah.

13. Lengking hati seorang ibu yang ditinggal mati anaknya
Perasaan seorang ibu yang ditinggal mati oleh anaknya dan tak mampunya si anak membalas jasa ibunya.

14. Aku bukan batu!
Pemikiran tentang kekekalan dan ketiadaan.

15. Si x, si x, and god
Tentang mindset, abstrak dan konkret.

Dari semua cerita, saya cukup suka dengan cerita menggambar wajah ibu.

Secara keseluruhan, saya tidak terlalu menikmati cerita-cerita di buku ini. Seusai membaca tiap cerpennya, tidak ada yang membekas sehingga saya bisa mengingatnya dengan detail.

Secara tampilan, saya cukup terganggu dengan halaman yang diberikan background/watermark di semua halaman. Warnanya masih terlalu pekat hitam, sehingga agak mengaburkan teks.

Kelebihannya ada pada halaman terakhir, yakni bonus bagi yang ingin menjadi penulis: hindari dosa-dosa preett ini dalam menulis. Yaitu; over pede menganggap diri serba tahu, abai pada detail, dan emosi sesaat.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

[Review buku] Boxer in love

Judul: Boxer in love
Penulis: @Ebiee3
Penerbit: de TEENS
Dimensia: 282 hlm, cetakan I Maret 2014
ISBN: 978 602 255 488 2

"Tak ada cinta yang setulus cinta monyet. Mungkin, itulah alasannya kenapa cinta di zaman SMP-SMA sering dianggap dengan cinta monyet. Karena, cinta pada usia ini benar-benar tulus datangnya dari hati yang paling dalam. Ketika lo udah menjadi mahasiswa, cinta monyet itu akan berganti dengan cinta buaya. Seperti yang tadi gue bilang, semuanya diukur dengan harta dan kekayaan. Urusan tulus dan sayang tidak lagi dipersoalkan." (Ebie, hlm 150)

Jatuh cinta karena boxer? Benarkah selentingan yang bilang bahwa Arok memakai boxernya sebagai jimat untuk menaklukkan hati wanita di SMA Perjaka? Dari sudut pandang Ebi si pencerita, novel ini membahas tentang persahabatan dan kekonyolannya bersama Baron dan Kinoi di SMA Perjaka. Bagaimana masa-masa jomblo mereka di sekolah hingga ketiganya berhasil mendapat pacar. Diawali dengan Ebie yang berpacaran dengan Clara, gadis cantik urutan ketujuh di SMA Perjaka yang hobi ngoleksi upil.

Secara keseluruhan isi, novel ini cukup menghibur. Niatnya sih melucu, tapi menurut saya over dosis maksa lucu. Jadi saya tidak sampai terbahak dan tidak paham alurnya. Lebay. Dan yang mengherankan, ketidakkonsistenan penulis dalam tokoh Baron dan Arok yang sering tertukar di halaman 199, 206 dan beberapa halaman lainnya. Juga banyak kata-kata yang tidak sesuai EyD, seperti 'make, udah, tau, musti, aja, keinget, kesel, dlsb..." Apakah memang hal itu lumrah untuk novel jenis teenlit yang agak humor ini. Tapi saya merasa terganggu dan kurang menikmati.

Secara tampilan, kemasannya cukup cantik. Ada halaman-halaman yang menggunakan kertas berbeda warna, oranye. Juga font size dan type nya cukup menyegarkan mata.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

Meta morfillah

Text Widget