Pages

10 May, 2015

[Cerita lirik] Rapuh

Belum sempat kumembagi kebahagiaanku
Belum sempat kumembuat dia tersenyum
Haruskah ku kehilangan, untuk kesekian kali
Tuhan kumohon jangan lakukan itu

Kosong. Pikirannya terasa begitu kosong. Menatap tubuh yang terbaring di hadapannya, berbalut kain putih. Rumahnya ramai, tapi ia merasa begitu sepi. Sendiri. Ia diam. Bukan diam yang tenang. Lebih kepada tak tahu harus berbuat apa. Berusaha mencerna keadaan. Lalu kesadaran datang menyergapnya. Matanya berkabut. Kerongkongannya tercekat. Susah payah ia menelan air liurnya sendiri. Satu kesimpulan ia dapatkan. Tubuh itu, tubuh yang terbaring berbalut kain putih itu... adalah tubuh seseorang yang sangat ia cintai. Satu-satunya keluarga yang ia miliki, setelah kepergian ayahnya lima belas tahun lalu. Perlahan matanya merintik. Kelebat kejadian melintas dalam pikirannya. Bagaimana ia sampai di sini, ditelepon saat sedang bekerja. Sepanjang perjalanannya tadi, ia bagai mayat berjalan. Tak sadar. Kecerdasannya hilang begitu saja saat mendengar kabar duka itu. Ibunya meninggal.

Sebab kusayang dia
Sebab kukasihi dia
Sebab kutak rela
Tak selalu bersama

Matanya hujan. Penyangkalan mulai membuatnya menggugat Tuhan. Ia merasa ini tak pantas terjadi. Tidak. Satu-satunya orang yang ia sayang, kasihi diambil kembali. Lalu... ia akan sendiri. Sendiri menghadapi dunia ini. Mengapa Tuhan begitu tega? Pikirnya.

Kurapuh tanpa dia
Seperti kehilangan arah

Dulu, saat ayahnya meninggal separuh dirinya ikut hilang. Ia yang begitu dekat dengan ayahnya, merasa kekosongan di sebagian hatinya. Lalu kini, ibunya... sempurnalah sudah. Ia merasa begitu rapuh. Bagaimana ia bisa menghadapi dunia ini sendiri? Siapa yang akan mengarahkannya? Memberinya nasehat-nasehat saat ia berlaku bodoh. Mendoakannya tanpa dipinta. Siapa?

Jikalau memang harus kualami duka
Kuatkan hati ini menerimanya

Hanya sebentar. Lalu ia teringat bahwa orang tuanya tak pernag menginginkan dia menggugat Tuhannya. Penyangkalan berangsur menjelma penerimaan. Bagaimanapun, yang pergi tetap akan pergi. Kematian itu niscaya. Dan ia bukanlah orang pertama atau satu-satunya yang pernah mengalami ini. Ditinggalkan. Meski terpaksa... satu-satunya cara adalah menerima. Berdamai dengan dirinya sendiri.

*cerita lirik rapuh - agnes monica

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget