Pages

21 July, 2018

[Mentoring] FIQH DAKWAH - KAIDAH 9: MEDAN DAKWAH ITU LUAS

KAIDAH 9: MEDAN DAKWAH ITU LUAS

Sabtu, 21 Juli 2018
Fika

Mulailah berdakwah pada:
1. Lingkungan terdekat
Bisa keluarga, teman kost-an, dll.

2. Anak-anak
Kejernihan dan kepolosan mereka menyebabkan lebih mudah menerima dakwah yang kita sampaikan.

3. Orang yang rendah hati
Seperti fakir dan miskin. Sebab orang kaya biasanya sombong dan sulit dinasihati.

4. Orang-orang terpelajar
Mereka bisa diajak berdiskusi dan mudah menerima ilmu.

5. Rekan seprofesi
Sebab kita banyak menghabiskan waktu bersama mereka.

6. Orang yang belum memiliki aliran apa pun/terwarnai fikrah tertentu
Akan lebih sulit jika memaksa mengubah fikrah seseorang.

Perhatikan pula fase-fase kehidupan objek dakwah kita. Seperti Rasulullah SAW, kita harus tahu kapan perlunya dakwah terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Berdakwahlah dengan segala potensi yang kita miliki. Sebab dakwah bukan hanya tugas ustad, tapi tugas kita semua. Amar ma'ruf nahi mungkar.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] Prinsip/kaidah komunikasi dakwah

PRINSIP/KAIDAH KOMUNIKASI DAKWAH

Sabtu, 21 Juli 2018
Bu Efi

Menyikapi isu yang marak tentang seorang da'i dengan gaya komunikasinya yang gaul, untuk sasaran dakwah anak muda yang gaul pula. Marilah kita belajar bagaimana kaidah komunikasi dakwah yang benar dan baik. Tidak perlu menghujat, sebab tiap da'i juga manusia dan bisa khilaf. Kita pun adalah da'i sebelum segala sesuatu.

Berikut kaidah komunikasi dakwah:
1. Qaulan sadida (perkataan yang benar, jujur, berdasar fakta, tidak mengada-ada)

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan *perkataan yang benar.*" (Q. S. An nisa [4]: 9)

2. Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada hati/jiwa)

"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka *perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.*"(Q. S. An nisa [4]: 63)

Menyampaikan sesuatu dengan ruh/bermakna. Berdakwahlah dengan hati, sebab hati hanya bisa disentuh dengan hati. Berkata efektif, tepat sasaran, tidak bertele-tele, dan mementingkan substansi bukan estetika. Maka jagalah hati agar senantiasa dekat dengan Allah. Tentunya dengan menjaga amalan-amalan yaumiah.

3. Qaulan ma'rufah (perkataan yang baik)

Perhatikan apakah ada manfaat dari apa yang disampaikan.

"*Perkataan yang baik* dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun."(Q. S. Al baqarah [2]: 263)

Hati-hati saat memberi contoh, jangan sampai malah ghibah.

4. Qaulan karima (perkataan yang mulia)

Ini lebih ditujukan jika objek dakwah kita adalah orang yang lebih tua. Sehingga kita harus mengedepankan sopan santun dan tidak kasar.

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka *perkataan yang mulia.*"(Q. S. Al Isra' [17]: 23)

5. Qaulan layyina (perkataan yang lembut)

"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan *kata-kata yang lemah lembut,* mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Q. S. Thaha [20]: 44)

Lemah lembut tidak berarti harus intonasi pelan, apalagi di hadapan lelaki. Dalam tafsir Ibnu Katsir, perkataan lembut ini bisa dimaknai "kata sindiran".

6. Qaulan Maisyura (perkataan yang ringan)

"Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka *ucapan yang pantas.*"(Q. S. Al Isra' [17]: 28)

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

08 July, 2018

[Mentoring] FIQH DAKWAH - KAIDAH 10: WAKTU ADALAH UNSUR PENTING DALAM DAKWAH

FIQH DAKWAH - KAIDAH 10: WAKTU ADALAH UNSUR PENTING DALAM DAKWAH

Seorang da'i saat berdakwah bisa mengalami keputusasaan. Salah satu penyebannya adalah karena waktu.

Hal penting yang harus diperhatikan tentang waktu:

1. Seorang da'i tidak boleh berharap dakwahnya berhasil dalam waktu cepat, sebab zaman now banyak sekali paham yang berbeda dari islam (kapitalis, liberalis, materialis).

2. Bisa jadi dakwah tidak berhasil karena saat itu mad'u (yang didakwahi) sedang fokus ke hal lain.

Seperti dikisahkan oleh Ibnu Mas'ud: Rasul selalu memperhatikan waktu ketika hendak memberikan mau'izah (pembelajaran), agar kami tidak bosan.

Contohnya liqo, kenapa tiap pekan, gak tiap hari? Biar gak bosan. Kenapa gak sebulan sekali? Biar gak kelamaan.

3. Da'i tidak perlu berlama-lama berdakwah, agar mad'u tidak bosan.

4. Sikap da'i yang terlalu terburu-buru dan mendesak mad'u membuat keputusan. Bisa jadi mad'u menolak/menerima, karena belum paham. Maka da'i harus memahamkan dulu, jelaskan dampak positif dan negatifnya di masa depan. Ibarat dokter, menjelaskan dengan detai tentang waktu minum obat.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] FIQH DAKWAH - KAIDAH 4: DA'I WAJIB MENCAPAI LEVEL MUBALLIGH

FIQH DAKWAH - KAIDAH 4: DA'I WAJIB MENCAPAI LEVEL MUBALLIGH

Berdakwah tidak jauh berbeda dengan mempromosikan barang. Ada banyak sarana mencapainya (ada reward, dll)

'Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.' (Q.S. An Nahl [16]: 35)

"(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan." (Q.S. Al Ahzab [33]: 39)

'Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: "Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan".(Q.S. Al A'raf [7] : 39)

Selain memiliki ide, da'i juga harus memiliki gaya komunikasi yang efektif, sehingga didengar dan pesannya sampai (sampaikan walau hanya 1 ayat, selama dari quran dan sunnah).

"Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir." (Q.S. Al Maidah [5]: 67)

Da'i harus menyampaikan risalah dengan baik. Wajahnya cerah dan berseri di dunia dan akhirat.

Tidak boleh angkuh dan merasa benar dengan kaumnya saja, lalu menghakimi atau menyalahkan serta mengkultuskan kelompok lain.

Unsur balaghah (penyampaian kata yang berbekas) harus diperhatikan. Pilih lafaz yang baik dan mudah dimengerti. Pahami bahasa arab (ilmu, bacaan, sastra, penulisan, dll) dan kaji terus.

Harus fasih dan lancar dalam menyampaikan.

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (Thaha: 27-28)

1. fasih agar tidak salah pengertian
2. tidak kaku agar jamaah tidak lari
3. fasih dalam berhadapan dengan firaun

Pentingnya teman dalam kesuksesan dakwah. Da'i perlu didampingi atau ditemani bila menghadapi jamaah besar, tapi kalau sedikit sebaiknya da'i sendiri saja untuk menjaga wibawanya.

Harus cari banyak cara efektif. Kadang satu cara tidak efektif di malam hari, tapi efektif di siang hari. Tidak efektif di majelis terbuka, tapi efektif secara rahasia. Tidak efektif pada hati yang sibuk, tapi efektif pada hati yang leha.

Nuh berkata: “Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran), dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat, kemudian Sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-,” (Q.S. Nuh: 5-10)

Perdebatan bukanlah termasuk dakwah, ia hanya cara untuk menolong dakwah dengan menekan dan berargumentasi. Perintah dakwah dan debat sangat berbeda. Menjadi da'i zaman now, tingkatkanlah keilmuan kita.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] FIQH DAKWAH - KAIDAH 3: PAHALA DIDAPAT KARENA BERDAKWAH, BUKAN KARENA HASILNYA

FIQH DAKWAH - KAIDAH 3: PAHALA DIDAPAT KARENA BERDAKWAH, BUKAN KARENA HASILNYA

Bagaimana kalau dakwah kita gagal? Coba lihat kisah Nabi Nuh, gagalkah ia?

'Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman". Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.' (Q. S. Hud [11]: 40)

Jumlah pengikut yang sedikit juga didapat oleh para nabi lainnya. Ketika pada hari kiamat nanti, para Nabi dan Rasul dikumpulkan dan mereka datang dengan umatnya masing-masing, dari mereka ada yang membawa satu, dua, tiga, bahkan ada yang sama sekali tidak membawa pengikut seorang pun.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عُرِضَتْ عليَّ الأمَمُ، فَرَأَيْت النَّبِيَّ وَمَعَه الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُل وَالرَّجُلانِ، وَالنَّبِيَّ ولَيْسَ مَعهُ أحَدٌ

“Beberapa umat diperlihatkan kepadaku. Aku melihat seorang nabi bersama satu golongan kecil, seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan seorang nabi yang tidak mempunyai pengikut.” (Muttafaq ‘Alaih)

Oleh karena itulah Allah Ta’ala kemudian mengarahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar setelah berdakwah secara optimal, janganlah sekali-kali menakar kesuksesannya melalui jumlah yang didapat. Allah Ta’ala sendiri telah berfirman,

فَإِنْ أَعْرَضُوا فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا ۖ إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا الْبَلَاغُ

“Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).”  (QS. As-Syura’ :48)

Dan dalam ayat lainnya,

فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An nahl :35)

Dan dalam ayat,

وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

“Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An nur: 54)

Adapun terkait dengan hal hidayah, sesungguhnya itu semua adalah urusan Allah untuk memberikannya.

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS. Al Qashash: 56)

Oleh karenanya, barang siapa yang memahami kaidah ini secara baik, maka ia akan berdakwah tanpa beban, tidak merasa kecewa ataupun stress hanya dikarenakan dakwah yang siang malam ia lakukan berakhir dengan penolakan dan jumlah pengikut yang sedikit.

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. Al Baqarah: 272)

Allah menghibur Rasul yang sedih karena disikapi sinis melalui ayat berikut;

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ

“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.”(QS. An Nahl : 127)

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَىٰ آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَٰذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا

“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran).” (QS. Al Kahfi: 6)

Kaidah ini juga menjadi obat bagi mereka yang tergesa-gesa memetik hasil dari dakwah yang selama ini mereka kerjakan. Yaitu mereka yang menunggu hasil yang nampak secara kasat mata duniawi, dan kemudian menjadikannya syarat dan takaran pilihan, antara melanjutkan perjuangan di jalan dakwah ini atau tidak. Cara pandang seperti ini sebenarnya cara pandang yang salah, sehingga bertolak belakang dengan kaidah dakwah yang diajarkan dalam Al Quran dan As Sunnah.

Al Quran telah menekankan, bahwa tidak ada kemestian seiringnya antara dakwah yang dijalankan dengan respon yang di dapat (Istijabah). Seorang dai, bisa saja telah berjuang mati-matian hingga titik darah penghabisan dalam berdakwah, namun sang mad’u tetap pula dengan sikap kerasnya, menolak segala bentuk ajakan kebaikan kepada dirinya. Namun demikian, pada fase seperti inilah sebenarnya akhir dari segalanya itu ditentukan.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] FIQH DAKWAH - KAIDAH 2: HIDAYAH ALLAH MELALUI TANGANMU LEBIH BAIK DARI SEEKOR UNTA MERAH

FIQH DAKWAH - KAIDAH 2: HIDAYAH ALLAH MELALUI TANGANMU LEBIH BAIK DARI SEEKOR UNTA MERAH

Kalimat itu disabdakan Rasul saat perang Khaibar. Begini runutan haditsnya:

Dari Abul `Abbas Sahl bin Sa’d As Sa’idy radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ketika perang Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Besok pagi aku akan memberikan panji kepada seseorang yang Allah akan memberikan kemenangan melalui kepemimpinannya. la mencintai Allah dan rasul-Nya serta Allah dan rasul-Nya pun mencintainya”. Semalaman orang-orang ramai membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi panji itu. Pagi harinya mereka datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan semuanya mengharapkan agar dirinya yang diserahi panji itu.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di manakah Ali bin Abu Thalib?” Ada yang menjawab: “Wahai Rasulullah, ia sedang sakit mata”. Beliau bersabda : “Panggillah ia kemari”. Ketika Ali datang maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua matanya dan mendoakannya. Lantas sembuhlah penyakit itu seakan-akan ia tidak kelihatan kalau baru saja sakit, kemudian ia diberi panji oleh beliau. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Apakah saya harus memerangi mereka sehingga mereka seperti kami ini?”

Beliau menjawab,

“Laksanakanlah dengan tenang sehingga kamu sampai di daerah mereka, kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukan kepada mereka tentang hak Allah Ta’ala yang harus mereka kerjakan. Demi Allah, seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran ajakanmu maka itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”. (Muttafaqun ‘alaih).

Unta merah di zaman Rasul adalah lambang kekayaan, mahal (mungkin kalau dikonversikan ke zaman now, seharga mobil alphard). Bayangkan mendakwahi satu orang di jalan allah lebih baik dari memiliki satu unta merah/alphard. Masih ragu untuk berdakwah?

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] KEBAIKAN AL QURAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT

KEBAIKAN AL QURAN DI DUNIA MAUPUN DI AKHIRAT

Ahlul quran = keluarga Allah

Berikut kebaikan Al Quran bagi kita:

1. Al Quran adalah sumber pahala bagi orang beriman.

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللّٰهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا
“Barangsiapa membaca satu huruf dari al Qur’an maka bagiannya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat.” (HR Bukhori dan Tirmidzi)

Kita tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan: seseorang yang diberi Al Quran oleh Allah lalu dibaca siang dan malam; mereka yang diberikan harta oleh Allah lalu dibelanjakan di jalan Allah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an, dia berada bersama para malaikat yang terhormat dan orang yang terbata-bata di dalam membaca Al-Qur’an serta mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala,” [Potongan Hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘anha no. 244-(898), kitab Al-Musafirin wa Qashruha, bab. 38]

2. Berhak jadi imam (Rasul mengunggulkan peran untuk tarbiyah, bahwa ke masjid itu tidak mudah)

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْٲنَ وَ عَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an.” (HR Bukhori)

3. Al Quran menjadi syafaat

اقْرَأُوْا الْقُرْٲنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ
“bacalah oleh kalian Al Qur’an! Karena Al Qur’an akan datang memberikan syafa’at bagi tuannya (pembacanya) pada hari kiamat.” (HR Muslim)

4. Al Quran menentukan derajat/tinggi tempat tinggal kita di surga

5. Al Quran menjaga kehormatan orangtua di akhirat (jubah)

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] TADABBUR SURAT 'ABASA AYAT 1-6

TADABBUR SURAT 'ABASA AYAT 1-6

"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
karena telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,
maka kamu melayaninya." (Q. S. 'Abasa [80]: 1-6)

Ayat tersebut berkisah tentang rasul saat sedang sibuk fokus pada target dakwah tokoh besar kaum kafir quraisy. Lalu datang seorang buta (Abdullah bin Ummi Maktum) yang dicueki. Oleh Allah, rasul langsung ditegur melalui surat ini.

Padahal setiap orang punya kesempatan yang sama untuk kita dakwahi, mau tokoh atau bukan, cantik atau tidak, baik atau jahat. Peluang hidayahnya kecil atau besar, padahal hidayah adalah hak allah. Meskipun ada skala prioritas, tapi tidak boleh meninggalkan atau tidak senang/bermuka masam.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] AKHLAK DALAM BERAMAL JAMA'I

AKHLAK DALAM BERAMAL JAMA'I

Dakwah berharap banyak pada kita, tapi jangan GR bahwa dakwah membutuhkan kita.

Partai harus punya akhlak/moralitas khusus, karena kita berjama'ah. Dan akhlak itu dibentuk dari halaqah-halaqah kecil tiap pekannya. Partai adalah sarana ibadah dalam memperjuangkan Islam, maka akhlak dibutuhkan bagi kadernya.

Akhlak utama dalam kehidupan berjamaah:

1. Niat yang ikhlas
Allah selalu tujuan. Bukan jabatan yang dikejar, misal jadi anggota DPR. Tapi niat menyuarakan dan menjalankan syariat Allah dengan posisi yang kita miliki.

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q. S. Muhammad [47]: 7)

2. Tidak meminta jabatan

3. Taat
Tidak ada islam tanpa jamaah. Tidak ada jamaah tanpa kepemimpinan. Tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan.
Berjamaah, mendengar, taat, hijrah, jihad adalah 5 kata dari Rasul.

4. Sabar

5. Melaksanakan kewajiban tanpa menuntut hak

"Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui." (Q. S. At taubah [9]: 11)

Allah telah membeli harta dan jiwa kita dengan surga. Jika ingin menuntut hak, tuntutlah pada allah, jangan manusia.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

[Mentoring] Tadabbur Q.S. Al Anfal [8]: 1-4

Tadabbur Q.S. Al Anfal [8]: 1-4

Q. S. Al anfal ayat 1:

"Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman."

Ayat ini menjelaskan peristiwa pasca perang badar: terjadi perebutan ganimah (harta rampasan perang), sahabat bertanya milik muhajirin atau anshar-kah? Allah segera menjawab kegalauan dan memperingatkan kaum muslimin agar jangan sampai harta merusak hubungan dengan sesama.

Q. S. Al anfal ayat 2-4

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia."

Ayat ini menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beriman. Bagaimana cinta pada Al Quran. Saat kita enggan pada Al Quran, maka Al Quran pun enggan dihafalkan oleh kita.

Begitu pun shalat. Jangan sampai shalat kita hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Padahal shalatlah benteng diri kita yang mencegah kekufuran.

#catatansepemahamanpenulis

Meta morfillah

06 July, 2018

[Review buku] Sebelum sendiri

Judul: Sebelum sendiri
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: JBS
Dimensi: 12 x 18 cm, 70 hlm, cetakan pertama Maret 2017
ISBN: 978 602 61256 06

Terbagi menjadi 5 babak, di mana tiap babak beragam jumlah puisinya. Sejujurnya, saya tak paham tentang kaidah puisi kaliber sastra. Tapi saya selalu suka puisi Aan. Diksinya indah, cerdas, dan menyentuh hati. Meski kadang saya bingung bagaimana interpretasi sebenarnya.

Juga terkait penulisan dalam puisi. Di buku ini, tidak ada huruf kapital di awal kalimat. Penempatan titik yang kadang terasa gantung, sebab ada spasi dan garis baru. Membuat saya bingung bagaimana memenggal kata dan maknanya.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"tapi menulis puisi ialah melupakan dan meluapkan ingatan." (H.24)

"kelak kau menginginkan sepi melebihi apa pun, ketika tidak kautemukan dirimu di mana-mana." (H.29)

"kau tahu kau mencari seseorang tapi kau tidak tahu siapa. kau berharap: ia mencari dan kelak menemukan aku.
kau ingin sendiri. tapi kau tidak sanggup. kita lahir bersama kesedihan orang-orang yang berbahagia sebelum kita." (H.34)

"jika kau merasa kehabisan kata-kata, mungkin itu cuma mungkin. sebab dunia adalah kau, puisi yang selalu lepas dari tangkup kata." (H.50)

"jika kau anggap masa lalu sebagai bencana, apakah kau sanggup hidup di masa depan sebagai pengungsi?" (H.66)

Meta morfillah

Text Widget