Bila diijinkan
untuk membenci satu hari, maka ijinkan saya membenci hari lahir saya sendiri.
Mengapa?
Karena di tiap
tahun, di satu hari yang pasti, orang-orang mengucapkan selamat disertai doa
mereka untuk kita. Menyenangkan memang, satu hari penuh kita dibanjiri doa.
Sujud syukur, ketika mereka semua menyisihkan detik mereka untuk mengetik sms,
email, wall di facebook, mengucapkan langsung atau bahkan mendoakan dalam pikiran.
Namun di hari ini pula saya disadarkan, bahwa waktu telah berlalu sedemikian
cepat. Tak terbendung begitu hebat. Saya selalu bayangkan masa dimana saya
tiada, lalu menjadi ada. Betapa saya dapat merasakan berbagai permohonan (doa)
orang tua saya agar saya menjadi anak yang berguna bagi agama, bangsa, negara
dan membahagiakan mereka.
Saya dapat
bayangkan, mereka kerahkan semua yang mereka bisa untuk yang terbaik bagi saya.
Menyenangkan hati saya, menganggap saya adalah amanah yang harus dijaga, harta
terindah, bagai mutiara yang tak boleh tergores sedikit pun. Dan mereka adalah
tiram yang bersedia memberikan
tubuhnya untuk
menjaga mutiara tersebut. Terhempas gelombang, terbentur karang, tergores pun
tak mengapa asalkan mutiara itu tetap indah, putih dan berkualitas.
Namun hingga
usia ke 22 tahun ini, apa yang dapat saya lakukan untuk semua harapan (doa)
tersebut? Saya bahkan belum mandiri, belum dapat berdiri di atas kaki sendiri.
Selalu kembali kepada pelukan mama saya jika ada masalah. Selalu menyalahkan
keadaan jika ada yang tak sesuai keinginan. Apa yang patut dibanggakan pada
saya? Di kerut letih wajah mama saya, di pusara bapak saya, mereka belum dapat
memetik buah yang mereka tanam selama 22 tahun.
Ya
Allah...durhakanya saya. Di tiap tahun tak ada progress yang pasti. Malu saya
padamu. Malu menjadi hambamu. Malu menjadi anak dari orangtua terhebat di dunia
ini. Malu menjadi saudara, sahabat, teman yang belum mampu menentramkan.
Ijinkan aku bermuhasabah dan berdoa padaMu...
Wahai Tuhanku,
Paduka adalah Dzat Yang Maha Kekal, dahulu dan Awal. Hanya dengan anugrah dan
kemurahan-Mu yang agung, telah datang tahun bertambahnya usiaku. Di tahun ini
aku memohon pemeliharaan-Mu dari Syetan, kekasihnya dan balatentaranya, dan aku
memohon pertolongan-Mu atas hawa nafsu yang mengajak kepada kejelekan, dan aku
memohon kesibukan dengan perbuatan yang dapat mendekatkan diriku kepada-Mu
wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan.
Amiin ya
robbal ‘alamiin.
Sesungguhnya
hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh
bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh
bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia siakannya,
sebodoh
bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia siakannya.
Na'udzubillahi
min zalik.
meta morfillah
-22 Oktober
2011-
No comments:
Post a Comment