Suatu ketika kau
mencintai seseorang, kemudian kau melihat segala kebaikan padanya. Hingga satu
saat ia melakukan sesuatu yang menurutmu itu tidak sepantasnya ia lakukan
karena ia tahu itu salah. Dan hatimu kecewa. Kau kecewa pada dirinya.
-0o0-
Suatu ketika
lain, kau memiliki sahabat yang sangat kau kasihi. Kau percayakan segalanya
pada dia. Teramat manis arti hadirnya bagi dirimu. Hingga suatu ketika, tak
sengaja kau dapati ia menceritakan keburukan dirimu pada orang lain. Keburukan
yang kau tidak ingin orang lain mengetahuinya. Dan hanya padanya kau berani
menceritakan keburukanmu itu. Dengan alasan persahabatan, keterbukaan. Dan
hatimu sangat kecewa. Kau kecewa pada dirinya.
-0o0-
Di saat lain,
kau dipaksa orangtuamu untuk memilih suatu pilihan yang bukan pilihanmu. Dan
kau menurut dengan alasan “disuruh orangtua”. Dan ketika segalanya berjalan tak
semestinya, kau menyalahkan orangtuamu. Kau kecewa pada mereka.
-0o0-
Banyak sekali,
dan sering sekali kita dikecewakan. Namun sudahkah kita bermuhasabah bahwasanya
mungkin sekali diri kita sering mengecewakan orang lain. Dan arti kata kecewa
mereka, kadang tak mampu kita tangkap. Sekelebat mata, bersemayam dalam air
mata yang tidak pernah kita ketahui. Kecewa itu sangat sakit rasanya. Terlebih
jika dikecewakan orang yang kau anggap tidak akan pernah mengecewakanmu. Namun
bukankah hidup ini kita yang menjalaninya. Seberapa berat pun rasa kecewa kita,
hidup ini tetap berada di tangan kita.
Pilihan selalu
ada untuk kita. Terus menerus dalam kekecewaan atau beralih pada hal lain yang
dapat kita lakukan demi kebermanfaatan. Walau rasa kecewa itu tetap ada, tidak
dapat dihilangkan. Namun kita kelola ia dengan baik. Jadikan pelajaran
bahwasanya tidak ada manusia yang sempurna. Dan sebaiknya segala hal kita
adukan pada Sang Maha Sempurna saja. Tuhan kita yang Esa. Yang memiliki begitu
banyak warna pada wajahnya. Tidak sekedar hitam dan putih. Melainkan
bergradasi, karena ia Maha Kaya. Jadikanlah hidup kita seperti itu. Bergradasi
tanpa melupakan ketegasan hitam dan putih. Karena menentukan yang benar dan
salah bukanlah hak kita. Kita hanyalah dituntut untuk berproses menjadi lebih
baik dan belajar menemukan apa yang salah dan benar menurutNya.
Wallahua’lam
bishshowab.
Meta
morfillah
No comments:
Post a Comment