Pages

10 June, 2013

Rabi'ah Al Adawiyah



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEq4rNhMeAX0h0BoQs85s24P6RE0hvaov0LFmWhQjDzjAH6v0LVhYdRvfCmkIDmcdTR6B73VIm0EbGbh4ONvnKyaUih651tttDkg02yWZq19gpfwVOtrbUyaBtvo5_PBFalzsYwt2E4MoQ/s400/rabiah.jpgRabi'ah Al-Adawiyah adalah seorang wanita sufi dan tergolong kelompok sufi periode awal. Lahir pada 713 M di Basrah (Irak). Nama aslinya adalah Rabi’ah Basri, tapi lebih dikenal dengan nama Rabi’ah Al-adawiyah. Ia lahir dalam sebuah keluarga yang miskin dari materi, tetapi kaya dengan ibadah pada Allah SWT. Ayahnya hanya bekerja sebagai penarik sampan yang menyeberangkan para penumpang di sungai Dajlah. Ayahnya adalah orang yang saleh, ia mendidik anak-anaknya untuk terbiasa membaca Al-Qur’an. Rabi’ah sendiri telah hafal Al-Qur’an sejak kecil. Ia memang rajin beribadah, berjiwa halus, punya keyakinan tinggi, dan keimanan yang dalam.

Berdoa dan berzikir adalah hiasan hidupnya. Saking sibuknya mengurus akhirat, ia lalai dengan uruan duniawi, termasuk membangun rumah tangga. Meskipun banyak lelaki yang datang meminangnya, seperti Gubernur Basra dan Imam Hasan al-Basri, ia tetap tidak tertarik untuk menikah.

Cinta Rabi’ah kepada Allah tak bisa disebut sebagai cinta yang mengharap balasan. Justru yang ia tempuh adalah perjalanan mencapai ketulusan. Lewat sebuah doa yang mirip syair, ia berdoa:

“ Ya Allah, Jika aku menyembahMu karena takut pada api neraka, maka masukkan aku ke dalamnya. Dan jika aku menyembahMu karena tamak pada surgaMu, maka haramkanlah aku daripadanya. Tetapi jika aku menyembahMu karena kecintaanku kepadaMu, berilah aku kesempatan untuk melihat wajahMu yang Maha Besar dan Maha Mulia.”

Rabi’ah memperkaya literatur Islam dengan kisah-kisah pengalaman rohaninya dalam syair-syair berkualitas tinggi. Ia dijuluki sebagai The Mother of The Grand Master dan wafat pada 135 H, ketika usianya menjelang 80 thn. 

Subhanallah.. sungguh malu rasanya, mendapati Rabi’ah Al-Adawiyah yang lebih memilih Allah sebagai kekasih sejatinya dibandingkan kekasih manusia lainnya. Di jaman kita yang sekarang ini, masihkah ada wanita seperti itu? Yang menangis di tiap malam dalam sujud panjangnya, merasa dirinya sangat hina. Berkonsentrasi ibadah hanya untuk Allah SWT. Aah… saya pun malu menanyakan pada diri sendiri. Bagaimana dengan Anda?

Mari bermuhasabah,

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget