Februari..
Bulan cinta,
merah muda. Kukenal dirimu. Dengan jargon sederhana namun ‘dalam’. Malu-malu
kita saling menyapa, tak semudah itu kita langsung akrab. Mungkin jasad kita
bertemu dan bersama, namun ruh kita belum menyapa dan mengikat janji. Hubungan
kita datar. Episode hambar.
Mei..
Bulan
pendidikan. Event pertama kita dimulai. Aku, kamu mulai
melebur dalam satu visi. Kamu perlihatkan jiwamu. Dan aku terpesona. Aku ingin
mengiringimu. Ruh kita mulai berjanji. Aku, kamu meniti bata demi bata cinta.
Tak mudah. Seringkali aku terpeleset, begitu juga dengan dirimu. Kita belajar
arti pengertian, pemakluman, kesabaran, ketabahan, pengendalian diri,
pengendalian emosi, dan kesakitan. Bulan Mei, awal pendidikan kita menjadi
keluarga yang kokoh.
Juli,,
Setengah
tahun kita bersama, aku mulai menyayangimu tanpa syarat. Namun angin
menghembuskanku agak jauh darimu. Rindu itu muncul. Tanpa malu kusampaikan
rinduku lewat puisi. Kamu bagai oase bagi diriku sang musafir. Bukan begitu? :)
Kulakukan
yang terbaik bisa kulakukan. Bukan untuk sembarang hati kukatakan ini. Sungguh
ku rela berlelah untukmu.
September,,
Kau diam. Aku
gelisah. Hatiku menangis melihat perlakuan mereka terhadapmu. Kutanyakan lagi
jargonmu, yang merupakan kata penyemangatku. Kamu membisu, aku mendiam. Namun
penaku tajam bertanya dalam sebuah note tentang TOTALITAS PENUH IKHLAS. Hari
itu Minggu, 19 September 2010 pkl 19:41. Aku yang bodoh pun lega
melampiaskannya dalam tulisan, walau ku tahu tak akan mampu kubela dirimu
dengan tulisan itu.
Oktober,,
Aku keruh dan
futur. Aku lelah dengan tuntutan dan pertanyaan mereka akan dirimu. Aku tak
tahan dengar kau dijadikan kambing hitam. Mereka hanya melihat secara zahir.
Mereka hanya lihat bersamamu aku kerugian. Berlelah, mengikis harta, raga serta
jiwa. Tanpa mereka tahu, bersamamu aku makin kaya dan bertambah. Kaya perasaan,
bertambah terlatih bersosialisasi, dan bertambah saudara yang kusayang. Kau
tidak marah, dan hanya memintaku untuk bersabar. Aku mencoba..lagi.
November,,
Kau marah
dalam diam. Sedih melihat kekalahanku. Namun tetap kau sediakan ruang bagi tuna
wisma sehari ini. Andai mereka lihat, tanpa sepeser pun aku bisa berdiri
melewati hari bersamamu. Ingin ku berteriak pada mereka, aku tidak kerugian
bersamamu.
Desember,,
Kau
menyuruhku berdamai dengan hatiku. Namun aku belum bisa. Dan kembali aku
menggugat mereka. Hatiku jerih melihat mereka tak mengindahkanmu di bulan
kesepuluh kita bersama. Dan aku yang bisu hanya bisa menggores lewat pena
saja. Impian sang Toge terpublish di FB, hari itu Kamis, 02 December 2010 pkl.
20:57. Bukan berarti aku paling benar, hanya hati ingin aku, mereka sadar.
Bahwa kau sudah terlalu sabar.
Januari,,
Aku, kamu
mengukir cerita dan lagu cinta di tiap sudut Malioboro, Gunung Kidul, Pantai
Baron, Yogyakarta. Empat hari kita bersama dalam sebuah perjalanan penutupan
kisah kita [menurut mereka]. Sejatinya, kita baru memasuki tahap baru. Mengenal
lebih dalam dirimu, kertas hati jadi saksi. Luapan perasaan sedikit terucap,
namun hati kita saling berbicara.
Februari..
Kembali bulan
penuh cinta, kata mereka. Sidang Umum nanti,, secara tertulis kita akan
berpisah dan episode kita berakhir. Namun tidak bagi hati yang berhimpun
sekokoh janji. Tersenyumlah kawan, lihat catatan episode kita untuk mengukir
sejarah baru. Ingatlah hari ini..
Sebagai
buronan detik,
Aku tak tahu
kapan akan berakhir dan bermula
Namun, tiap
detik bersamamu
Takkan
terganti
Sebagai
buronan penyesalan,
Aku yakin
kali ini aku menang
Tak pernah
kurasa sesal
Mengenalmu..
Dalam
kekesalan, kesedihan, kekecewaan..
Teriakan,
tangisan, ratapan dalam sujudku padaNya
Selalu ada
senyum mengintip di balik bibir
Selalu ada
tali cinta yang semakin kokoh terbangun
Tuhan..
Kau torehkan
warna indah dalam bingkai kehidupanku
Kusampul,
kujaga dalam sebuah catatan
Jangan kau
biarkan kisah indah ini
Ternoda oleh
noda hitam di hati…
2/2/2011 7:45
PM
With love,
Meta
morfillah
No comments:
Post a Comment