Pages

10 June, 2013

Menulis, Kartini

 “Kenapa kartini?
Padahal banyak pahlawan wanita yang lain. Dewi sartika, Cut nyak dien, Martha tiahahu, dsb.”

Seorang kawan bertanya padaku seperti itu. Sebelumnya aku tak pernah mempersoalkan masalah tersebut. Aku pikir hanya tenar saja, karena dia seorang raden ajeng. Ndak pribumi-pribumi banget lah pada jamannya. Agak ningrat dikit gitu loh. Tapi.. tiba-tiba saja aku jadi terusik. Iya ya…kenapa kartini terkenal sekali dengan pemikiran emansipasi wanitanya?

Dan sebenarnya tipis saja. Perbedaan kecil namun sangat besar dampaknya menurutku adalah TULISAN. Kartini, dengan pemikirannya tidak sekedar lintas sekejap. Namun ia ikat pemikiran ilmu itu dengan korespondensinya, catatannya dan ia bagi pada kawan-kawannya melalui korespondensinya tersebut. Sehingga tidak hanya ia saja yang memegang pemikiran tersebut (tacit knowledge). Kawan-kawannya pun turut dan menyokongnya dengan membagi pengetahuan yang mereka miliki (explicit knowledge). Hingga dibukukan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang kita kenal dalam bahasa arabnya minaddzulumaati ilannuur.

Dan sekedar kalian tahu saja, emansipasi yang ditelurkan oleh kartini bukanlah emansipasi tak berdasar yang cenderung feminisme. Ia memikirkan emansipasi bertanggungjawab. Berdasarkan perintah agamanya yaitu Islam yang menyatakan bahwa perempuan dan laki-laki sama dalam hitungan amal perbuatan mereka di hadapanNya. Maka kartini pernah menulis dalam suratnya pada seorang kawan kyai, bahwa ia miris mengapa agama hanya dihafalkan dan dilafalkan saja. Padahal seharusnya dipahami dan diamalkan, agar berasa buah manis agama tersebut. Jadi salah kaprah dan salah besar jika kalian yang mengagung-agungkan emansipasi gender hingga lupa kodrat diri sebagai wanita. Seyogyanya telaah lagi apa maksud emansipasi tersebut dan dasari pada Al-Qur’an kembali. Kita, wanita memang hebat. hampir dapat melakukan semua pekerjaan laki-laki. Namun kita adalah makhluk berketergantungan. Saling melengkapi dengan makhluk lainnya. Yaitu lawan jenis kita, pria. Ada  hal-hal yang tak bisa digantikan posisinya oleh kita, karena itu memang pertanggungjawaban laki-laki. Contohnya, adzan, imam masjid,dsb.

Jadi, benarlah menurutku. Poin penting sejak dahulu para tetua berkata ‘Ikatlah ilmu dengan pena’. Hingga masa kini, masyarakat yang cerdas dituntut masyarakat literasi. Tidak hanya membaca, tetapi menulis. bukan sekedar menuliskan deretan alphabet saja, melainkan pandai memindahkan pikiran dalam kepala menjadi karangan yang enak dibaca.

Seperti yang Taufik Ismail katakan,
“Menulis alphabet adalah ibarat anak kecil main laying-layang,tapi pandai mengarang adalah ibarat pilot pesawat terbang yang mampu melesat ke langit luas karena tangkasnya.”

Sangat ditekankan, bahwa itulah perbedaan besar dalam hidup ini. Dalam film korea yang kutonton beberapa waktu lalu, tokoh utama berkata “Sejarah ditulis oleh Pemenang”. So,,jika kita ingin menyejarah,maka menulislah! Dengan menulis untuk konsumsi dirimu saja, kau sudah jadi pemenang. Pemenang atas rasa lupamu (ingat setiap membaca tulisanmu). Pemenang atas rasa takutmu (takut tulisan ga bagus). Dan pemenang melawan rasa malasmu (untuk menulis).

meta morfillah
21 April 2011, Kartini's day



No comments:

Post a Comment

Text Widget