Saturday, June 15, 2013
HAPPY WEEKEND, ALL!!
Hello…helloo B!
So happy…happy… don’t know why. I just feel happy. Perhaps, I feel like
“back to my hommy!”. Meet my mom again, still healthy. So does my brother.
Charge up my energy. Heheh…
Yaa… walau bangun kesiangan
(pukul 9 WIB baru bangun! Sejarah bagi yang biasanya bangun pukul 5. Perawan
macam apa aku ini! Huuff..), karena baru sampai rumah tengah malam, dan baru
bisa tidur pukul 01.00 dini hari. Tapi semua itu terbayar dengan kesegaran
tubuh yang luar biasa. I feel my spirit,
right now! And I wanna tell you more, write more, hehehe.
Okay, I feel so crazy now! Many ideas in my head, and I wanna write it
down now. But I feel so confuse, where do I begin.. to tell the story… (eh,
malah nyanyi.. hahah). Begini deh, dimulai dari rasanya pagi ini. Mengapa yah,
bangun tidur di rumah yang benar-benar ‘rumah’ rasanya berbeda dengan bangun
tidur di rumah yang hanya sekedar tempat numpang tidur atau berlindung dari
panas dan hujan? Maksudnya, pernah ga sih kalian merasa, rumah yang kalian
tempati selama ini kadang tak terasa seperti ‘rumah’? hanya seonggok tempat
tinggal tempat kamu tidur, berlindung, buang hajat (e’e, pipis), tanpa ada rasa
memiliki dan kedamaian yang didapat dari rumah tersebut?
Yaa… saya sedang merasakan hal
itu sekarang. Berbagi dua tempat tinggal dalam seminggu. Lima hari
(Senin-Jumat) di Jakarta bersama keluarga kakak, menempati rumah lama, dan dua
hari (Sabtu-Minggu) di Bogor bersama Mama dan Uda. Terpaksa meninggalkan Mama
& Uda di Bogor, karena fisik yang kurang kuat ketika dipaksakan
Pergi-Pulang (PP), Bogor-Blok M untuk bekerja. Tidak enak juga sama perusahaan,
kalau saya telat terus karena macet di jalan angkot Jakartanya, bukan keretanya
loh yaa. Berangkat subuh, pulang tengah malam, oh no! I can’t live the life like that!
Nah, selama lima hari di Jakarta
itu, rasanya tidur 8 jam yang cukup namun tak optimal. Bangun tidur tak segar,
subuh sering kesiangan (pukul 6 baru bangun). Lalu rasanya ada yang mengganjal
tak enak, belum istirahat. Tapi ketika saya menjalani rutinitas PP Bogor-Blok
M, dengan kuantitas tidur hanya 5 jam, kualitasnya terasa sangat berbeda. Saya
sangat segar, lelap. Lalu itu membuat saya berpikir… apakah karena perasaan
saya yang menganggap rumah adalah tempat tinggal di mana hatimu berada?
Saya telaah lagi.. dan akhirnya
saya memang merasakan bahwa itu bukanlah karena kelelahan yang amat sangat
(walau kadang itu mempengaruhi kualitas tidur), melainkan karena hati, perasaan
kita. Selama hidup saya, saya merasa sangat nyaman di rumah dahulu, sebelum
pindah dan di kost-an saya. Ternyata formulanya ada di jiwa saya. Ketika saya
nyaman di rumah dahulu, dan sekarang tidak, padahal masih rumah yang sama,
adalah karena hati saya lebih dekat ke mama, dibandingkan ke kakak. Jadi, ketika
tidak ada lagi mama saya di rumah itu, rasanya itu bukanlah lagi rumah saya.
Lalu rasa nyaman yang saya dapatkan dari tempat kost-an saya, ketika hati saya
berkata, “Ini adalah rumahmu sementara, yang kau bayar sendiri dengan
keringatmu, hargailah sebagaimana mestinya.” Kemudian saya merasa nyaman.
See… mengertikah kalian hal yang
ingin saya sampaikan secara tersirat di atas? Segalanya ternyata bersumber dari
hati. Sesuatu yang terbiasa kau cintai, namun ketika hatimu berpaling, maka
cinta itu pun berpaling. Maka… pandai-pandailah mengontrol hati, menjaga hati,
membersihkan hati. Selalu meminta pada Sang Maha Pembolak-balik hati, agar
tetap diluruskan pada jalanNya, sang hati ini.
Itu saja.
With love,
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment