Pages

25 June, 2013

Guru,Bapak dan Mama



Aku jadi begini hari ini
Karena dibentuk oleh manusia baik hati
Yang disebut orang
Guru.

Kutuliskan ini, sajak sederhana
Sebagai rasa terima kasihku untuk mereka.

Guru yang harus disebut pertama kali
Adalah Ibuku sendiri
Guru yang dalam satu nafas harus pula disebut pertama kali
Adalah Ayahku sendiri

Merekalah yang menyambut kedatanganku paling pertama
Sebagai bayi aku menangis keras-keras, ngeri pada ruwetnya dunia
Mereka menghiburku, menuntun dan mengajariku
Membaca dan menuliskan kehidupan
Seraya mengamanatkan daku pada guru-guru di sekolahan
Bertahun-tahun di masa pertumbuhan
Mengamanatkan daku pada guru-guru di Perguruan Tinggi
Bertahun-tahun di masa pendewasaan.

(Taufiq Ismail –“Guru”)

Bapak dan mama..
Sungguh betapa aku berterima kasih akan cara kalian mendidikku. Walau kalian berdua bekerja, tak pernah kalian mengabaikanku. Betapa aku miris menyaksikan anak-anak yang kuajari saat ini. Boleh jadi dunia mereka bagaikan istana. Segala gadget terbaru mereka miliki, fasilitas terbaik mereka rasai. Namun suara mereka sama berkata padaku, “Aku kesepian Miss…”. Betapa perhatian adalah kebutuhan utama mereka. Namun di mana peran guru utama hidup ini? Daddy and mommy are so busy miss.. they seldom in home.

Bapak dan mama,,
Bagaimanalah dunia ini? Sedari dulu dunia ruwet. Lantas mengapa hilang peran orangtua? Keruwetan bukan masalah bukan? Karena memang kita berbeda dalam segala hal.. kecuali dalam cinta. Selama kita masih memiliki cinta, tak usahlah takut akan ruwetnya dunia. Guru bodoh yang masih sangat jauh dan tertinggal ini sedih melihat realita itu. Mereka layak dapatkan yang lebih baik, bukan guru seperti aku. Namun sekali lagi bapak dan mama… mereka tak dapat melawan kehendak orangtua.

Bapak…
Terutama denganmu. Aku belajar bagaimana kau berbuat hingga dicintai dan dikenang oleh muridmu setulus hati. Adakah aku dapat menjelma sifat baikmu?

Mama…
Terutama denganmu. Aku belajar ketangguhan dalam kelembutan. Kekokohan dalam kerapuhan. Taklukkan semua tantangan dan mengadulah hanya padaNYA. Menangis sejadi-jadinya, mengungkap kelemahan fana di hadapanNYA. Dan tegak berdiri tegar, kembali seperti karang di hadapan makhluk fana lainnya. Hanya aku dan DIA yang tahu, berapa liter air mata yang dikucurkan. Betapa perih luka goresan tiap kali melewati dan menapaki tantangan kehidupan.

Bapak dan mama…
Selalu…aku sayang kalian. Walau terkadang sayangku seringkali hanya sepenggalah. Tak seperti sayang kalian padaku yang tiada habis masa. Walau ruang dan waktu sudah berbeda, kadang bayang kalian selalu menyata di hadapanku ketika aku ingin berbuat bodoh.

Sungguh… aku cinta kalian.
Dengan kekuatan dalam kelemahan. Dan kelemahan dalam kekuatan. 


renungan..
meta morfillah


No comments:

Post a Comment

Text Widget