Aku jadi begini hari ini
Karena dibentuk oleh manusia baik
hati
Yang disebut orang
Guru.
Sebagai rasa terima kasihku untuk
mereka.
Guru yang harus disebut pertama
kali
Adalah Ibuku sendiri
Guru yang dalam satu nafas harus
pula disebut pertama kali
Adalah Ayahku sendiri
Merekalah yang menyambut
kedatanganku paling pertama
Sebagai bayi aku menangis
keras-keras, ngeri pada ruwetnya dunia
Mereka menghiburku, menuntun dan
mengajariku
Membaca dan menuliskan kehidupan
Seraya mengamanatkan daku pada
guru-guru di sekolahan
Bertahun-tahun di masa pertumbuhan
Mengamanatkan daku pada guru-guru
di Perguruan Tinggi
Bertahun-tahun di masa pendewasaan.
Bapak dan mama..
Sungguh betapa aku berterima kasih
akan cara kalian mendidikku. Walau kalian berdua bekerja, tak pernah kalian
mengabaikanku. Betapa aku miris menyaksikan anak-anak yang kuajari saat ini.
Boleh jadi dunia mereka bagaikan istana. Segala gadget terbaru
mereka miliki, fasilitas terbaik mereka rasai. Namun suara mereka sama berkata
padaku, “Aku kesepian Miss…”. Betapa perhatian adalah kebutuhan utama mereka.
Namun di mana peran guru utama hidup ini? Daddy and mommy are so busy
miss.. they seldom in home.
Bapak dan mama,,
Bagaimanalah dunia ini? Sedari dulu
dunia ruwet. Lantas mengapa hilang peran orangtua? Keruwetan bukan masalah
bukan? Karena memang kita berbeda dalam segala hal.. kecuali dalam cinta.
Selama kita masih memiliki cinta, tak usahlah takut akan ruwetnya dunia. Guru
bodoh yang masih sangat jauh dan tertinggal ini sedih melihat realita itu.
Mereka layak dapatkan yang lebih baik, bukan guru seperti aku. Namun sekali
lagi bapak dan mama… mereka tak dapat melawan kehendak orangtua.
Bapak…
Terutama denganmu. Aku belajar
bagaimana kau berbuat hingga dicintai dan dikenang oleh muridmu setulus hati.
Adakah aku dapat menjelma sifat baikmu?
Terutama denganmu. Aku belajar
ketangguhan dalam kelembutan. Kekokohan dalam kerapuhan. Taklukkan semua
tantangan dan mengadulah hanya padaNYA. Menangis sejadi-jadinya, mengungkap
kelemahan fana di hadapanNYA. Dan tegak berdiri tegar, kembali seperti karang
di hadapan makhluk fana lainnya. Hanya aku dan DIA yang tahu, berapa liter air
mata yang dikucurkan. Betapa perih luka goresan tiap kali melewati dan menapaki
tantangan kehidupan.
Bapak dan mama…
Selalu…aku sayang kalian. Walau
terkadang sayangku seringkali hanya sepenggalah. Tak seperti sayang kalian
padaku yang tiada habis masa. Walau ruang dan waktu sudah berbeda, kadang
bayang kalian selalu menyata di hadapanku ketika aku ingin berbuat bodoh.
Sungguh… aku cinta kalian.
Dengan kekuatan dalam kelemahan. Dan
kelemahan dalam kekuatan.
renungan..
meta morfillah
No comments:
Post a Comment