Pages

10 June, 2013

Refleksi

“Mau kemana sabtu gini? Bukannya libur?”
“Ikut pelatihan skripsi ka”
“Dih..emang lo sebegitu begonye? Setahu gw ga ada dah pelatihan skripsi. Kan ada dosen pembimbing buat konsultasi, apa gunanya. Kampus lo aneh!!”

            Ooo…bukan sekali dua pengaruh negative itu muncul. Dan bodohnya, saya terpengaruh oleh perkataannya. Dampak yang jelas terlihat adalah warna baju yang saya pakai langsung ‘nabrak’. Yah, itulah ciri khas saya sebagai seorang Plegmanis (Plegmatis Sanguinis). Pribadi saya yang ekstrovert namun cenderung cari aman, memilih untuk mengkatarsiskan melalui penampilan dan tulisan.

          Tapi…sesungguhnya pelajaran yang saya dapat hari ini sangat banyak. Bukan tentang skripsi saja, kembali skripsi hanyalah bagian kecil dalam hidup saya yang berwarna-warni (bukan menyepelekan, hanya tak ingin membesar-besarkan karena saya yakin semua akan ada akhirnya dan Allah tidak tidur). Dan saya paham mengapa pelatihan ini (yang menurut teori yang pernah saya pelajari dalam manajemen pelatihan, bahwa sebenarnya pelatihan ini belum cocok disebut ‘pelatihan’ dari segi waktu. Rata-rata pelatihan minimal adalah 2 hari) laku keras. Utamanya bukanlah ‘masalah’ yang belum ditemukan , teori, atau metodologi dan sistematika lainnya. Melainkan adalah krisis PD yang mulai terancam. Begitu banyak factor luar yang menyebabkannya. Di antaranya adalah keinginan keluarga yang ‘meminta’ untuk lulus tahun ini, bayaran yang terlalu mahal. Hingga skripsi bernilai jual sudahlah bukan menjadi idealisme lagi. Tren yang ada saat ini adalah percepatan dan kecepatan. Tak salah memang bila kita ingin segalanya cepat, namun yang perlu diingat CEPAT bukan berarti mengabaikan PROSES. Cepat berbeda dengan INSTAN.

          Dan kembali, hingga bosan bahkan. POSITIF. Yah..seumur hidup saya, sudah berkali diberitahukan untuk berpikir, merasa dan berlaku positif. Namun mengapa hal tersebut diulang-ulang dalam materi, dan seakan itu ‘kata baru’ bagi kita? Tak lain dan tak bukan ialah kebanyakan kita masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Terus bertahan dengan paradigma lama, yang menganggap itu hanya kata-kata pemanis tanpa MAU bersungguh-sungguh menerapkannya. Itulah mengapa pelatihan laku keras juga, karena kebanyakan ilmu yang kita dapatkan saat pelatihan, dengan mudahnya kita lupakan seiring usainya pelatihan tersebut. Jangan mengaku Tpers bila kamu masih berparadigma seperti itu. Karena Tpers sejati tidak pernah memisahkan suatu ilmu, ia memandang segalanya secara holistic, sebagai sebuah sistem. Bukankan dalam setiap agama juga seperti itu? jadi fitrah kita sudah tersetting baik, hanya tinggal menerapkan “servo mechanism” dengan SOLUSI beserta DOA, SABAR dan TAWAKKAL.

        Yang paling saya senangi dalam materi ini adalah mengenai FAKTOR DI LUAR KENDALI. Mengajarkan saya untuk logis dan realistis. Serta kata yang hingga saat ini masih saya pelajari dengan keras yaitu ISTIQOMAH dan IKHLAS. Kita lebih akrab mengenalnya dengan konsisten/komitmen dan legowo. Kelebihan plus pelatihan Ka Rina ini adalah adanya club DeLaPaN C (Derap Langkah Pantang Nyerah,,Chayoo!!). Mengapa? Ingatlah utamanya tugas kita sebagai sesama hamba. Ada dua kawan, Saling NASIHAT-MENASIHATI dalam KEBAIKAN dan KESABARAN. Ingat pula, bahwa kita menjadi positif dapat dilihat dari jenis bacaan dan lingkungan (kawan) yang kita pergauli. Harapan besar saya, Club 8C ini akan membangun atmosfer positif dan mendukung untuk kelancaran skripsi. Bukan saling menjatuhkan.

            Terima kasih banyak untuk Ka Rina yang ‘peka’ melihat masalah ini dan mengemas ‘peluang’ untuk memfasilitasi kami dengan apik. Semoga Allah membalas berkali lipat. Aamiin. Terima kasih juga untuk Ka Zae, yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penyelenggaraan ‘konsultasi’ kami yang sedang krisis. Semoga Allah membalas berkali lipat juga. Aamiin

meta morfillah

19 Maret 2011




No comments:

Post a Comment

Text Widget