“Mau kemana
sabtu gini? Bukannya libur?”
“Ikut
pelatihan skripsi ka”
“Dih..emang
lo sebegitu begonye? Setahu gw ga ada dah pelatihan skripsi. Kan ada dosen
pembimbing buat konsultasi, apa gunanya. Kampus lo aneh!!”
Ooo…bukan sekali dua pengaruh negative itu
muncul. Dan bodohnya, saya terpengaruh oleh perkataannya. Dampak yang jelas
terlihat adalah warna baju yang saya pakai langsung ‘nabrak’. Yah, itulah ciri
khas saya sebagai seorang Plegmanis (Plegmatis Sanguinis). Pribadi saya yang
ekstrovert namun cenderung cari aman, memilih untuk mengkatarsiskan melalui
penampilan dan tulisan.
Tapi…sesungguhnya pelajaran yang saya dapat
hari ini sangat banyak. Bukan tentang skripsi saja, kembali skripsi hanyalah
bagian kecil dalam hidup saya yang berwarna-warni (bukan menyepelekan, hanya
tak ingin membesar-besarkan karena saya yakin semua akan ada akhirnya dan Allah
tidak tidur). Dan saya paham mengapa pelatihan ini (yang menurut teori yang
pernah saya pelajari dalam manajemen pelatihan, bahwa sebenarnya pelatihan ini
belum cocok disebut ‘pelatihan’ dari segi waktu. Rata-rata pelatihan minimal adalah
2 hari) laku keras. Utamanya bukanlah ‘masalah’ yang belum ditemukan , teori,
atau metodologi dan sistematika lainnya. Melainkan adalah krisis PD yang mulai
terancam. Begitu banyak factor luar yang menyebabkannya. Di antaranya adalah
keinginan keluarga yang ‘meminta’ untuk lulus tahun ini, bayaran yang terlalu
mahal. Hingga skripsi bernilai jual sudahlah bukan menjadi idealisme lagi. Tren
yang ada saat ini adalah percepatan dan kecepatan. Tak salah memang bila kita
ingin segalanya cepat, namun yang perlu diingat CEPAT bukan berarti mengabaikan
PROSES. Cepat berbeda dengan INSTAN.
Dan kembali, hingga bosan bahkan. POSITIF.
Yah..seumur hidup saya, sudah berkali diberitahukan untuk berpikir, merasa dan
berlaku positif. Namun mengapa hal tersebut diulang-ulang dalam materi, dan
seakan itu ‘kata baru’ bagi kita? Tak lain dan tak bukan ialah kebanyakan
kita masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Terus bertahan dengan
paradigma lama, yang menganggap itu hanya kata-kata pemanis tanpa MAU
bersungguh-sungguh menerapkannya. Itulah mengapa pelatihan laku keras juga,
karena kebanyakan ilmu yang kita dapatkan saat pelatihan, dengan mudahnya kita
lupakan seiring usainya pelatihan tersebut. Jangan mengaku Tpers bila kamu
masih berparadigma seperti itu. Karena Tpers sejati tidak pernah memisahkan
suatu ilmu, ia memandang segalanya secara holistic, sebagai sebuah sistem.
Bukankan dalam setiap agama juga seperti itu? jadi fitrah kita sudah tersetting
baik, hanya tinggal menerapkan “servo mechanism” dengan SOLUSI beserta DOA,
SABAR dan TAWAKKAL.
Yang paling saya senangi dalam materi ini adalah
mengenai FAKTOR DI LUAR KENDALI. Mengajarkan saya untuk logis dan realistis.
Serta kata yang hingga saat ini masih saya pelajari dengan keras yaitu
ISTIQOMAH dan IKHLAS. Kita lebih akrab mengenalnya dengan konsisten/komitmen
dan legowo. Kelebihan plus pelatihan Ka Rina ini adalah adanya club DeLaPaN C
(Derap Langkah Pantang Nyerah,,Chayoo!!). Mengapa? Ingatlah utamanya tugas kita
sebagai sesama hamba. Ada dua kawan, Saling NASIHAT-MENASIHATI dalam KEBAIKAN
dan KESABARAN. Ingat pula, bahwa kita menjadi positif dapat dilihat dari jenis
bacaan dan lingkungan (kawan) yang kita pergauli. Harapan besar saya, Club 8C
ini akan membangun atmosfer positif dan mendukung untuk kelancaran skripsi.
Bukan saling menjatuhkan.
Terima kasih banyak untuk Ka Rina yang ‘peka’
melihat masalah ini dan mengemas ‘peluang’ untuk memfasilitasi kami dengan
apik. Semoga Allah membalas berkali lipat. Aamiin. Terima kasih juga untuk Ka
Zae, yang bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penyelenggaraan
‘konsultasi’ kami yang sedang krisis. Semoga Allah membalas berkali lipat juga.
Aamiin
meta
morfillah
19 Maret 2011
No comments:
Post a Comment