1.
Pemfokusan
Evaluasi
a. Apa
Program yang Akan Dievaluasi?
Keakraban
dengan orang-orang proyek dan pengenalan yang tuntas tentang program yang akan
dievaluasi merupakan syarat yang mutlak. Evaluator harus menyediakan waktu
untuk mendengar segala sesuatu tentang program dari orang-orang proyek. Yang
penting untuk diketahui adalah:
1. Siapa
yang akan mendapat manfaat program?
2. Siapa
yang akan mengerjakan program tersebut?
3. Apa
yang akan mereka lakukan?
Jika
terjadi perbedaan pandangan antara orang-orang program dan evaluator, maka
evaluator dapat melakukan wawancara sebagai berikut:
1. Klien
a. Siapa
yang dilayani oleh program?
b. Bagaimana
mereka dapat terlibat dalam proyek?
c. Apa
bedanya dengan mereka yang tidak terlibat?
2. Tujuan
a. Apa
yang dilakukan program bagi orang yang dilayani?
b. Apakah
tujuan utama sudah dirumuskan dan apakah tujuan itu?
c. Mana
dari tujuan tersebut yang penting?
d. Bagaimana
karyawan menilai betapa baiknya mereka mencapai tujuan tersebut?
e. Bila
program berhasil, apa yang diharapkan terjadi?
3. Proses
a. Apa
pendekatan umum yang dipakai?
b. Apa
kegiatan yang dilakukan?
c. Apa
jadwal dan kegiatan yang dilakukan?
4. Organisasi
a. Dimana
pelayanan diberikan? Apakah ada perbedaan diantara mereka?
b. Siapa
yang memberi pelayanan? Berapa jumlah karyawan?
c. Siapa
yang membiayai program?
d. Bagaimana
program dilakukan? Bagaimana hierarki organisasi?[1]
b.
Mengapa Evaluasi Dilakukan?
Hal
ini memerlukan pandangan dari klien dan evaluator, biasanya evaluator yang
memegang peran karena keahliannya dalam bidang ini. Tujuan evaluasi antara lain
sebagai pekerjaan rutin atau tanggung jawab rutin, untuk membantu pekerjaan
manajer dan karyawan dengan tujuan yang lebih banyak, dan informasi yang lebih
lengkap dari yang sudah ada, atau memberikan informasi untuk tim pembina atau
penasihat, klien, dewan redaktur atau sponsor.
Alasan
utama mengapa evaluasi dilakukan biasanya karena diminta oleh pemberi dana.
Dalam hal ini manajer program mungkin tak menyadari bahwa evaluasi dapat
memberi informasi yang berguna dan dapat memberi informasi kepada audiens yang
lebih banyak.
Dalam pertemuan dengan klien, evaluator
dapat menentukan tujuan evaluasi yang potensial, minat klien, harapan klien,
dan kemungkinan untuk ditujukannya hasil evaluasi kepada klien yang lebih luas,
dengan menanyakan pertanyaan secara langsung atau tidak langsung dan sambil
memberikan saran-saran.
c. Apa
Keterbatasan-Keterbatasan Evaluasi yang Akan Dilakukan?
Ruang lingkup evaluasi dibatasi oleh
pertimbangan-pertimbangan yang praktis, biasanya karena uang. Jumlah biaya
untuk evaluasi sering berkisar antara 5% dan 10% dari dana operasi untuk program-program
tertentu.
Dipakainya
suatu informasi mungkin menyebabkan keterbatasan yang lain, misalnya: survey
kepada peserta yang terdahulu, mungkin dapat memberikan informasi yang berguna,
namun mungkin juga tidak praktis karena tergantung dari mobilitas dan
keberadaan peserta yang terdahulu. Data yang disimpan dalam komputer lebih
mudah diperoleh daripada data dalam kertas biasa. Memakai suatu informasi
mungkin juga dibatasi oleh kerahasiaan atau karena unsur tertentu. Oleh karena
itu, sebaiknya keterbatasan seperti itu diperhatikan sedini mungkin sebelum
pengumpulan informasi untuk pemfokusan evaluasi.
2.
Desain
Evaluasi Program
Desain
evaluasi program menurut Carol Tyler Fitz-Gibbon dan Lyn Lyons Morris, 1987,
ialah rencana yang menunjukkan bila evalusi akan dilakukan dan dari siapa
evaluasi atau informasi akan dkumpulkan selama proses evaluasi. Alasan utama
memakai desain yaitu untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut
aturan evaluasi yang baik. Semua orang yang terlibat dalam evalusi adalah orang
yang tepat, dilakukan dengan waktu yang tepat dan di tempat yang tepat seperti
yang telah direncanakan. Pada dasarnya suatu desain adalah bagaimana
mengumpulkan informasi yang komparatif sehingga hasil program yang dievaluasi
dapat dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah diperlukan atau
tidak. Pekerjaan evaluator berkisar antara mengambil salah satu atau keduanya,
tergantung tugas yang diberikan.
1. Desain
dalam evaluasi sumatif
Biasanya
desain dihubungkan dnegan evaluasi sumatif, evaluator sumatif diharapkan
membuat kesimpulan umum, menyingkat dan membuat laporan tentang keberhasilan
program.
Evaluasi
sumatif sebaiknya menggunakan desain eksperimen apabila meneliti program yang
akan dievalusi dengan hasil evaluasi. Evaluasi sumatif mempunyai persyaratan
yang paling lengkap, penggunaan instrumen dengan validitas dan reliabilitas
yang tinggi.
2. Desain
dalam evaluasi formatif
Menggunakan
desain evaluasi formatif dalam program berarti karyawan program bekesempatan
melihat dengan seksama keefektifan program dan komponen yang ada di dalamnya.
Hal ini memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan
orang-orang program mengamati terus-menerus dengan cermat kegiatan-kegiatan
dalam program.
Elemen-elemen dalam desain
a. Kelompok
Eksperiment
Yang
dimaksud kelompok dalam desain yaitu kelompok yang menerima perlakuan, kelompok
eksperimen, yaitu orang atau kelompok yang menjadi objek eksperimen program.
b. Kelompok
Kontrol
Kelompok
kontrol yaitu kelompok yang terdiri atas orang-orang yang sedapat mungkin sama
dengan kelompok eksperimen, yang diukur dalam waktu yang sama dengan kelompok
eksperimen, tetapi tidak mendapat perlakuan eksperimen.
c. Kelompok
kontrol ekuivalen
Kelompok
ini dibentuk dengan cara random atau acak. Desain evaluasi yang terbaik yaitu
apabila menggunakan kelompok ekuivalen.
d. Kelompok
kontrol non-ekuivalen
Kelompok
ini dipilih karena sama dengan kelompok eksperimen, tidak dibentuk secara acak.
Disebut juga kelompok pembanding.
e. Post-tes
Post-tes,
yaitu pengukuran atau tes yang dilakukan pada akhir suatu eksperimen. Hasilnya
yaitu nilai postes. Postes merupakan variabel terikat karena hasil postes
tergantung dari apa atau hal yang terjadi dalam program.
f. Pre-test
Setiap
nilai tes atau pengukuran yang dilakukan sebelum peserta menerima program atau
mulai suatu eksperimen dapat disebut pretest.
g. Mid-Tes
Mid
tes diadakan ketika program sedang berjalan. Tujuan mid tes yaitu untuk
menentukan dampak program sesudah waktu tertentu.
h. Retensi
tes
“Mereka
sudah lupa semua yang diajarkan semester lalu,” keluhan semacam ini dinamakan
masalah retensi. Bila program X tampak jauh lebih baik daripada Program C pada
akhir semester, cek lagi nilai 3 bulan berkutnya, kalau masih baik juga ini
berarti programnya memang baik, tapi jika sebaliknya tes sebaiknya diulang.
i. Time
Series tes
Sejumlah
tes yang diberikan berturut-turut sebelum dan sesudah program pada interval
yang sama.
j. Memilih
desain
3.
Melakukan
Evaluasi
1.
Teknik
Pengumpulan Data
Informasi
yang dikumpulkan hendaknya informasi yang dapat dianalisis atau dapat
dikerjakan oleh tenaga kerja yang ada. Objektivitas, informasi yang objektif
yaitu informasi yang langsung dan yang belum dinodai oleh klien atau orang lain
yang mempunyai minat. Informasi yang bias karena campur tangan orang lain, bahan
informasi yang tidak bias tapi tergantung dari hal tertentu juga tidak akan
terpakai. Oleh sebab itu, informasi harus direview, meta evaluasi diamati
sebelum dilaporkan, hal ini amat membantu pencapaian kriteria.
Kejelasan,
informasi yang jelas yaitu informasi yang mudah dan dapat dimengerti dan tidak
ambigu atau yang dapat memberi penafsiran ganda. Pembatasan uang lingkup,
informasi yang diberikan hendaknya cukup untuk menjawab pertanyaan evaluasi,
tetapi jangan terlalu luas sehingga sulit dikelola.
Keberadaan,
data yang mudah atau murah diperoleh dan sudah ada ini yang diprioritaskan.
Misalnya rekaman, laporan, fail, nilai tes, hasil survey, data demografi, dll. Manfaat,
informasi yang berguna atau bermanfaat, yaitu informasi yang tepat waktu dan
relevan terhadap pertanyaan klien. Informasi yang tidak tepat waktu dan tidak siap untuk dipakai, tak perlu
diambil.
2.
Pengembangan
Instrumen
Dalam
pembuatan instrumen hendaknya memperhatikan petunjuk umum tentang pembuatan
instrumen, yaitu:
1. Apa
konten yang diperlukan?
2. Apa
dan bagaimana bahasa yang akan dipakai?
3. Prosedur
analisis apa yang akan dipakai?
4. Apakah
ada pertimbangan khusus lainnya?
5. Tentukan
seberapa ketepatan yang diperlukan, kelengkapan, ketepatan waktu dalam desimal
atau presentasi, dan sebagainya
6. Kapasiatas
responden, kemampuannya, pendidikan, dan penataran yang telah dilakukan
sehubungan dengan hal yang akan diukur.
7. Kesesuaian
dengan rencana analisis.
Sebelum
membuat instrumen, sediakan waktu untuk mengecek apakah telah ada instrumen
serupa, walaupun nantinya akan dimodifikasi sesuai kebutuhan. Setelah instrumen
ditemukan periksalah instrume tersebut. Lihat apakah isi dari petunjuk umum
sudah lengkap. Buatlah tabel kisi-kisi. Konten sesuai dengan variabel yang
telah ditentukan ketepatannya. Keputusan apa yang akan bergantung pada hasil
pengukuran? Siapa respondennya akan menentukan bahasa yang akan dipakai.
Analisisnya bagaimana? Bagaimana daya rekam instrumen? dan lain-lain.
Uji
coba instrumen untuk memerikas validitas dan reliabilitasnya, apakah sudah
memenuhi syarat atau belum? Lakukan cek dan ricek sehingga validitas dan
reliabilitas yang diinginkan tercapai.
1.
Periksalah instrumen yang telah dibuat
a.
Validitasnya, instrumen menghasilkan
informasi yang benar, berguna, dan autentik tentang apa yang diukur dan
direkam.
b.
Reliabilitasnya, instrumen mengukur dan
merekam dengan akurat, kesalahan diuasahakan seminimium mungkin pada skor dan
informasi yang diperoleh dari instrumen.
c.
Instrumen tidak berubah atau mempengaruhi
objek yang diukur dan yang direkam. Hal ini harus dihindari dengan membuat
instrumen secermat mungkin.
d.
Kesesuaian dnegan responden, bahasa yang
sesuai dengan tingkatpendidikan dan pengetahuan responden.
e.
Sesuai dengan analisis yang dikehendaki dalam
jumlah dan kategori yang telah direncanakan.
f.
Ekonomis, instrumen tidak mahal, dalam
memeilih, mengembangkan, menguji coba, merevisi, mengumpulkan, menganalisis,
dan mengintepretasi harus mempertimbangkan kemampuan dalam segi biaya dan
waktu. Dalam hal ini juga memerlukan
kesabaran pada saat menghadapi responden.
3. Pengumpulan Informasi
Tahap
pengumpulan data sering merupakan kegiatan yang mahal. Seluruh kegiatan
pengumpulan informasi harus direncanakan dengan cermat sehingga dapat
memeperoleh informasi yang terbaik dengan biaya yang relatif murah. Usahakan
manfaatkan sumber-sumber data yang ada pada saat yang tepat semaksimal mungkin,
sehingga tidak perlu berulang meminta informasi pada responden yang sama. Dari
sudut pandangan ekonomi, informasi yang ideal diperoleh dari satu sumber,
sumber hipotesis yang kaya dan akurat dapat memberi informasi yang menjawab
semua pertanyaan dalam evaluasi. Tetapi sumber seperti itu tidak ada, sehingga
evaluator harus mendatangi beberapa sumber, dan dengan beberapa prosedur.
Caranya yaitu dengan mengambil informasi sebanyak-banyaknya dari tiap sumber.
Untuk memperoleh data yang direncanakan,
perlu selalu memperhatikan apa yang dikerjakan, harus tetap memperhatikan etik
dan moral. Pertahankan selalu mutu informasi (quality control). Prosedur pengumpulan informasi sering menuntut
waktu dan perhatian orang lain. Gagal menjaga kesopanan, kebiasaan, dan budaya
orang lain akan menyebabkan reputasi jelek yang akibatnya data yang diperoleh
tidak lengkap. Semua aspek prosedur evalusi, seperti distribusi, administrasi,
pengembalian instrumen harus dilakukan pada saat yang tepat dan teratur.
4.
Menganalisis
dan Mengintepretasi Informasi
Analisis
adalah proses mengetahui informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk
mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menentukan kesimpulan yang didukung
data tersebut, seberapa banyak ia mendukung dan tidak mendukung kesimpulan.
Kebanyakan analisis dilakukan bertahap, yaitu informasi diberi kode atau diatur
sehingga mudah dimengerti.
1.
Analisis
data
i. Metode-metode
yang dipakai untuk menganalisis data kualitatif.
Wilcoc
(1982) mengatakan, bahwa analisis data kualitatif tergantung pada hakikat data
dan kerangka konsep yang dipakai dalam analisis. Metode analisis data
kualitatif berkisar dari deskripsi naratif ke analisis kuantitatif komponen
naratif. Metode analisis untuk data kualitaitf biasanya meliabtkan beberapa bentuk analitik induksi.
Bogdan
dan Bikken (1982) mengatakan bahwa evaluator hendaknya menghabiskan waktu
setiap hari, diperkirakan satu jam analisis data untuk setiap satu jam
observasi merupakan hal yang wajar. Memeriksa kembali field notes,
merefleksikan dengan apa yang telah dipelajari, memperhitungkan apa manfaatnya
apabila diteruskan.
Ada
tiga macam analisis kualitatif, yaitu statistik deskriptif, analisis korelasi,
dan tes hipotesis (Brinkerhoff, 1983).
a.
Statistik deskriptif
Statistik
deskriptif distribusi frekuensi, ialah sejumlah skor (biasanya skor mentah)
yang telah diurut sedemikian rupa dari yang terendah ke yang tertinggi, dan banyaknya
individu atau satuan lain yang memiliki nilai itu. Distribusi frekuensi
biasanya disajikan dalam bentuk tabel dengan mendaftar banyaknya individu
dengan skor dalam setiap kategori sebagai grafik batang atau grafik garis.
b.
Analisis korelasi
Memberikan
estimasi tentang ukuran dan petunjuk hubungan linier antara dua variabel, dapat
berupa angka antara -1 dan +1. Analisis ini tidak memberikan estimasi bagaimana
suatu variabel menyebabkan perubahan pada variabel yang lain.
c.
Pengetesan hipotesis
Kalau
ada informasi untuk kedua kelompok orang atau lebih, informasi ini dapat
dipakai untuk memperkirakan apakah kelompok tersebut memang berbeda. Pengetesan
hipotesis adalah cara untuk menentukan apakah perbedaan yang ditemukan antara
kelompok memang betul atau hanya kebetulan.
ii. Mean,
Median dan Mode
Mean,
median dan mode atau modus merupakan 3 cara untuk menerangkan tendensi sentral
dari sekelompok skor. Mean diperoleh
dengan menjumlahkan semua skor dan membagi jumlah itu dengan banyaknya skor
total. Median adalah nilai tengah
dari sekumpulan skor. Sebagian dari nilai-nilai skor tersebut ada di atas
median dan sebagian lagi ada dibawahnya. Modus
ialah nilai yang sering muncul pada sekelompok skor.
iii. Range
dan Standar Deviasi
Range
dan deviasi merupakan dua cara untuk menerangkan penyebaran sekelompok skor. Range ialah selisih antara skor
tertinggi dan terendah. Standar deviasi
ialah akar kuadrat dari rata-rata kuadrat simpangan terhadap mean skor kelompok
itu. Juga merupakan satuan pengukuran untuk menyatakan skor standar. Skor
standar dipakai untuk menunjukkan banyaknya standar deviasi di atas atau di
bawah mean untuk skor mentah yang sesuai. Skor yang penyebarannya luas, akan
mempunyai standar deviasi yang tinggi, dan range yang lebar. Skor yang
berkelompok (kebanyakan sama) akan mempunyai standar deviasi yang rendah dan
range yang sempit.
iv. Tingkat
Presentil dan Skor Standar
Tingkat
presentil dan skor standar adalah dua cara untuk menjelaskan bagaimana skor
individu dibandingkan dengan skor lainnya dalam kelompok. Rank ialah persentasi kasus yang jatuh di bawah skor inidvidu. Skor standar dinyatakan dengan satuan
standar deviasi di atas atau di bawah mean kelompok. Skala skor tergantung pada
nilai angka yang dipakai untuk memperoleh mean dan standar deviasi. Misalnya,
bila skala ditentukan dengan kelompok mean = 50 dan standar deviasi = 10, maka
skor individu yang jatuh pada setengah standar deviasi di atas mean akan
menajdi = 55.
2.
Interpretasi
Data
Analisis
diartikan juga sebagai mengatur dan menilai fakta, menafsirkan pandangan, dan
merumuskan kesimpulan yang mendukung. Penafsiran harus dirumuskan dengan
hati-hati, fair, dan terbuka.
a.
Komponen untuk Menafsirkan Analisis Data
Pandangan
evaluator juga mempengaruhi penafsiran data. Maka, bukan hanya tafsiran tetapi
juga penyebabnya harus dibuat dengan jelas (eksplisit). Apabila evaluasi akan
digunakan untuk membantu fungsi pendidikan maka hasil evaluasi harus ditafsirkan
sehingga audiens mengetahui kebaikannya dan dapat menjadi bahan pertimbangan
(Cronbach & Cs, 1980).
b.
Petunjuk untuk Menafsirkan Analisis Data
-
Menentukan apakah tujuan sudah dicapai.
-
Menentukan apakah hukum, norma-norma,
demokrasi, aturan, dan prinsip-prinsip etik tidak dilupakan.
-
Menentukan apakah analisis kebutuhan telah
dikurangi.
-
Menentukan nilai pencapaian
-
Bertanya kepada kelompok penilai, melihat
kembali data, menilai keberhasilan dan kegagalan, menilai kelebihan dan
kelemahan tafsiran.
-
Membandingkan variabel-variabel penting
dengan hasil yang diharapkan
-
Membandingkan analisis yang dilaporkan oleh
program lain yang usahanya sama
-
Menafsirkan hasil analisis dengan prosedur
yang menghasilkannya
Menafsirkan
analisis data bukan hanya pekerjaan evaluator. Kebanyakan evaluator telah
mengetahui bahwa menafsirkan dan meringkas hasil secara terpisah merupakan hal
yang tidak praktis. Satu metode atau cara untuk membawa pandangan yang multiple
terhadap penafsiran ialah memakai rapat dengan orang-orang yang terlibat dalam
evaluasi. Di samping memberi tafsirannya sendiri, evaluator juga mencatat semua
tafsiran yang ada dalam rapat sehingga tafsiran-tafsiran dan alasan-alasan
dapat direkam dan dimasukkan dalam laporan evaluasi. Hal ini tidak saja merekam
pandangan yang bermacam-macam dan pemikiran-pemikiran yang asli, tetapi juga
sering membuka tabir yang sebelumnya tak diketahui adanya. Kesemua ini akan
menambah kegunaan evaluasi dan dapat mengetahui siapa-siapa yang perlu
dilibatkan.
Metode
penafsiran lain yang dikemukakan oleh Joint
Commette on Standar for Educational Evaluation (1981), adalah sebagai
berikut.
1.
Ada tim sendiri yang mencatat laporan-laporan
mendukung yang datang dari berbagai pandangan.
2.
Melakukan dengar pendapat yang konvergen
tentang tafsiran hasil analisis antara lain:
a.
Mencari pendukung dari sumber-sumber lain
b.
Melihat bukti-bukti yang belawanan dan
kontradiksi, tidak memaksakan konsensus apabila tidak ada.
c.
Membedakan signifikansi statistik dan
signifikansi praktis.
d.
Menimbang dan merumuskan keterbatasan
analisis.
5.
Melaporkan
Hasil Evaluasi
Tujuan
laporan evaluasi berhubungan langsung dengan tujuan pemakaiannya. Pada evaluasi
formatif tujuan utamanya yaitu untuk memperbaiki dan mengembangkan program, dan
laporannya harus diserahkan secepatnya kepada orang program, diinformasikan
pula tentang bagaimana program berfungsi
dan perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan untuk tujuan tersebut.
Bila
evaluasi yang dilakukan akan evaluasi sumatif, laporan harus berisi informasi
dan penilaian tentang kegunaan program, dilaporkan kepada:
1)
Orang-orang yang ingin memakainya
2)
Orang yang akan menentukan alokasi sumber-sumber untuk melanjutkan
program.
3)
Orang-orang yang berhak mengetahui tentang
program untuk tujuan-tujuan yang lain.
Laporan
evaluasi dapat memberikan banyak manfaat namun yang paling penting yaitu
menyampaikan pesan, memberi informasi yang tepat kepada audiens tentang
penemuannya dan kesimpulan hasil pengumpulan informasi, analisis, dan tafsiran
informasi evaluasi.
Membuat
atau mengembangkan rencana laporan yang jelas merupakan tugas yang rumit.
Banyak faktor harus diingat selama membuat dan mengembangkannya. Buatlah tabel
data atau peta yang up to date yang menggambarkan pemakai yang dimaksud, minat
mereka, dan mekanisme laporan.
1.
Buatlah daftar pemakai primer, dan bila ada
juga pemakai sekunder yang akan dipengaruhi. Buatlah jadwal pertemuan yang
diinginkan bagi setiap orang.
2.
Tambahkan dalam daftar keterangan singkat
tentang apa yang diketahui tentang pemakai, hubungan mereka dengan program,
ciri-ciri yang khusus, minat khusus
mereka terhadap evaluasi, dan seleranya dalam berkomunikasi.
3.
Buatlah garis besar tentang semua kegiatan
evaluasi, dan tandai semua jatuh tempo untuk laporan-laporan yang formal.
4.
Catatlah hal-hal lain dalam proses evaluasi
dan dalam rencana pemakaian bila dapat memberi informasi yang relevan.
5.
Gunakan informasi dari chart tersebut, atur
waktu atau jadwalkan sehingga tanggal-tanggal laporan tertentu dapat dialacak.
Bentuk-bentuk
laporan evaluasi antara lain adalah laporan implementasi, laporan evaluasi
formatif yang berkala, dan laporan kemajuan.
Keren..tugas kuliah nih
ReplyDeleteSaling Ngunjungin blog saya juga ya
irsyad-22.blogspot.com