Ah..
Saya bingung akan kriteria ‘miskin’
di Indonesia. Kalau menurut agama sih miskin itu orang yang
penghasilannya hanya cukup untuk hari ini saja dan tidak tahu kelanjutannya besok.
Tapi kalau di Negara ini miskin itu adalah mereka yang tidak
punya pekerjaan.
Pengemis, dibilang miskin karena
tidak punya pekerjaan (lebih tepatnya profesi), namun sudah bukan rahasia umum
lagi bahwa pengemis di Jakarta memiliki rumah gedongan dan tabungan melimpah di
kampungnya. Lalu banyak orang kaya, terlihat dari propertinya yang mahal dan
lux, namun bila ditelisik lebih jauh kekayaannya itu adalah palsu. Karena
berasal dari hutang-hutang. Seperti terbalik bukan?
Jadi jikalau keadaannya seperti ini,
siapakah yang susah, merana??
Ialah orang-orang menengah.
Karena orang ‘miskin’ (berperilaku miskin) mendapat
banyak dana subsidi, berbagai beasiswa tidak mampu dengan persyaratan yang
mendukung orang miskin. Seperti tagihan rekening listrik yang
secukupnya (padahal memiliki laptop dan HP gadget terbaru), surat
keterangan miskin dari RT/RW yang dimanipulasi, dsb. Dan
sekalinya dapat beasiswa langsung gaet di beberapa tempat. Bisa dibilang dapat
hidup tenang dari hasil beasiswa tersebut. Sedangkan orang kaya, walaupun
hutang, dapat ia tutupi dengan berbagai deposito (riba) yang membuatnya semakin
kaya dan dapat membayar hutangnya tanpa perlu berkeringat deras. Nah tinggallah
orang menengah yang gigit jari.
Orang menengah,
yang pas-pasan untuk mencukupi kebutuhan. Mau mengajukan beasiswa, dilihat
orangtuanya bekerja, apalagi PNS langsung diblacklist. Padahal bila
ditelisik lagi, orangtuanya sangat idealis dan jujur, walaupun PNS katanya
dapat insentif uang ini itu banyak, tapi tidak halnya dengan orangtua menengah yang
satu ini.
Hidup jujur itu seringkali pahit, ga
bergaya, dan susah berkepanjangan. Mau gaya orang kaya, uang didepositoin juga
susah. Wong baru nabung, seminggu kemudian udah harus diambil lagi! Bayar
listrik, ini itu, brat bret brot lah. Ya ndak dapatlah bunganya. Persyaratannya
saja minimal 10 juta dan baru diambil setelah 3 bulan.
Oalah… aneh banget toh!!
Padahal setahu saya Rasulullah SAW
bersabda, “Umatku adalah yang tengah-tengah”.
Tapi.. nyatanya tengah di Indonesia
ini nasibnya yah begini! Miris, setengah nangis setengah meringis.
Alangkah lucunya negeri ini.
Meta morfillah
-Kritik dari hati diiringi rasa
syukur masih jadi kategori menengah-
No comments:
Post a Comment