Oleh : Meta
Morfillah
Andai aku miskin… akan kupertaruhkan seluruh jiwa untuk membuat apa yang
kuidamkan terjadi. Sudah berapa kali aku bangun dan terjatuh, bangkit dan
kembali tersungkur namun aku harus tetap hidup. Inilah jalanku menuju syurga
dunia.
Andai aku miskin, tentunya tak ada masalah hutang yang melilit. Tapi andai aku
miskin, aku akan menjadi apa? Aku bisa berbuat apa? Aku mampu belajar dengan
biaya darimana? Aku naik haji dengan apa?
Andai aku miskin, tidak akan ada begitu banyak pengeluaran. Toh rumah
hanya pas untuk selonjoran, atau hanya sepetak kardus. Tidak perlu bayar
listrik mahal, rumah kardus kebanyakan petromaks. Tidak perlu gaji pembantu
sepuluh, wong rumah cuma sepetak, ditiup aja juga udah bersih.
Tidak bakal ada yang meminta-minta dana social, karena aku yang seharusnya
mereka beri. Karena aku miskin, dan penghasilan ya dari meminta-minta.
Andai aku miskin, dengan surat keterangan miskin, semua mudah kuraih. Subsidi,
beasiswa, beras murah, kartu berobat semua untuk orang miskin. Bermodalkan
surat miskin, aku ibarat orang penting yang harus didahulukan untuk mendapat
kucuran dana tersebut. Terlebih jika PEMILU, orang miskin langsung tenar. Masuk
TV teruuss.
Andai aku miskin, aku bebas dari berbagai tuntutan. Tuntutan pajak yang begitu
besar, padahal uangnya lari entah kemana. Tuntutan pasangan yang minta makan
enak melulu. Tuntutan anak yang ngiler gadget terbaru tiap
minggu. Tuntutan mertua dan orangtua yang maunya holiday to Europe terus.
Tuntutan teman dan kolega yang high class. Andai aku miskin, paling
hanya tuntutan perut yang harus dipenuhi. Termasuk ongkos jamban helicopter
tiap hari juga deh.
Andai aku miskin,tidak terlalu berat masalah yang kuhadapi. Hanya memikirkan
hari ini saja. Bukannya bursa saham lima tahun ke depan. Perkembangan monopoli
bisnis jangka panjang. Kepada siapa perusahaan akan kuwariskan. Siapa yang akan
memenangkan PEMILU tahun ini, karena itu akan berdampak pada kebijakan dan
ke’biak’an bisnisku nanti. Namanya juga politik, harus pandai menganalisa
kondisi. Jadi orang kaya itu harus belajar ilmu ramalan atau berguru sama
cenayang, dukun dan sejenisnya.
Andai aku miskin, aku juga tak perlu takut rumahku dirampok, mobilku dicuri,
atau terkena hipnotis saat ambil uang dari ATM. Rumah sepetak diambil orang
atau digusur satpol PP juga gampang dibuat lagi. Orang miskin itu bebas,
mukanya cerah, gak punya beban berlimpah. Kena penyakit juga penyakit murah.
Gak kaya orang kaya, sekalinya sakit, Jantung! Sekali berobat, pulang-pergi
Singapore udah bisa beli rumah BTN.
Andai aku miskin, aku mungkin tidak akan selelah ini. Lelaaaaahh,,,lelaaaahhh…aku
berperan jadi orang kaya. Dan aku lebih lelah lagi berandai-andai jadi orang
miskin.
Cukup !!! cukup
dengan apa yang kupunya, aku bahagia menjadi orang kaya..
Dengan jadi
orang kaya, aku jadi tau betapa susahnya mempertahankan ketakwaan..
Aku pun senantiasa
melatih menjaga hati dari harta....
cukup aku dengan
kekayaanku, aku tau bagaimana berjuang untuk membahagiakan orang lain..
(Don’t cry.. U’r
not alone..).
**Naskah
lomba yang terlupakan.
No comments:
Post a Comment