Pages

25 June, 2013

Pelatihan Stratejik



Tidak jarang pelatihan yang diberikan  perusahaan berulang kali  kepada para karyawannya tidak memberikan manfaat yang maksimum. Pengembangan kinerja sumberdaya manusia dan perusahaan sepertinya jalan di tempat. Yang diperoleh karyawan hanyalah selembar piagam keikutsertaan dalam pelatihan. Lalu piagam tersebut dipajang di dinding rumah atau ruang kantornya. Hal ini terjadi karena perusahaan tidak memiliki strategi pelatihan yang jelas dan terarah.
Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk pada pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan dengan segera. Dalam hal ini manfaat finansial bagi perusahaan biasanya terjadi dengan cepat. Sementara itu pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih panjang.

A.   Pelatihan Sratejik
Kebanyakan, pelatihan dan kesuksesan dalam sebuah organisasi diukur oleh jumlah sesi pelatihan yang diberikan dan jumlah orang di kursi. Ini tidak cukup mewakili nilai pelatihan dalam sebuah organisasi . Kebutuhan pelatihan untuk berfokus pada peningkatan kinerja saat ini dalam sebuah organisasi, serta memastikan bahwa keahlian yang ada di antara kompetensi karyawan untuk masa depan yang dibutuhkan oleh strategi organisasi.
Setiap kegiatan pelatihan harus dapat mendukung tercapainya strategi bisnis atau organisasi. Strategi organisasi merupakan rencana yang mengintegrasikan tujuan jangka panjang, kebijakan dan program aksi organisasi.
Strategi organisasi memberikan arahan terhadap program kegiatan seperti produksi, keuangan, pemasaran dan ketenagaan untuk tujuan jangka panjang dan menengah yang spesifik (Noe, 2005).

Beberapa contoh :
F Perusahaan Qualcomm yang merupakan industry teknologi komunikasi. Perusahaan ini sadar bahwa mereka harus mampu menghasilkan produk-produk yang inovatif dan kompetitif. Untuk itu mereka harus memiliki karyawan yang cerdas dan kreatif. Mereka pun menggunakan pelatihan dan pengembangan untuk mempertahankan semangat berwiraswasta perusahaannya. Mereka sangat mendukung pelatihan tersebut dan merealisasikan potensi pegawainya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan bisnis.
Dengan jelasnya arah strategi bisnis yang mereka gunakan sebagai acuan,maka akan berdampak pada jumlah pelatihan yang perlu dilakukan , seberapa banyak sumber daya seperti financial, waktu dan tenaga yang tersedia dan pengembangan program yang harus didedikasikan untuk pelatihan. Dan juga strategi mempengaruhi jenis, tingkat dan pemaduan keterampilan yang diperlkan oleh organisasi. Pada dasarnya, strategi berpengaruh dalam hal penentuan isu berikut :
  1. Jumlah pelatihan yang ditujukan untuk keterampilan saat ini dan masa depan.
  2. Sejauhmana pelatihan sebagai kebutuhan khusus seorang pegawai atau sejauhmana pelatihan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari sebuah tim, unit atau bagian dari suatu organisasi.
  3. Apakah pelatihan direncanakan dan diselenggarakan secara sistematis dan spontan sebagai reaksi terhadap timbulnya suatu masalah.
  4. Penentuan pelatihan sebagai solusi dibandingkan solusi manajemen ketenagaan lain seperti kompensasi, staffing dan reward.
Contoh lain :

  • Perusahaan nokia yang memiliki strategi bisnis ingin melaju lebih cepat dibanding industry yang sejenis serta menjadi vendor komunikasi unggul. Mereka mengamati bahwa untuk mencapai itu semua harus dilakukan belajar berkelanjutan (belajar sepanjang hayat). Dari konsep itulah mengapa pelatihan stratejik sangat dibutuhkan bagi perusahaan ini. Karena mereka membutuhkan sebuah sarana untuk berbagi ide dan belajar berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan seluruh pegawainya dan tu terbukti efektif dibandingkan belajar di kelas formal. Karena top manajer mereka pun ikut berperan dalam memilih seorang godfather yang nantinya akan membantu mengembangkan materi dan mendesai program bersama praktisi pelatihan tersebut. Hamper semua proyek yang dibuat adalah proyek yang stratejik dan mengharuskan pegawainya untuk menyelesaikannya. Dalam proses selanjutnya, para top manajer tersebut akan meluangkan waktu untuk mereview proyek tersebut dan memiliki kewenangan mengambil tindakan berdasarkan rekomendasi tim proyek yang bersangkutan. Dalam hal fasilitas, nokia memadukan segala fasilitas melalui pusat sumber belajar serta menekankan belajar sambil bekerja (on the job). Nokia berasumsi bahwa belajar harus menghasilkan perbaikan dan bermuara pada pencapaian bisnis yang lebih baik. Setiap seorang pegawai menyelesaikan sebuah program pelatihan, selalu dievaluasi mengenai reaksi mereka.


 Evolusi peran pelatihan dalam organisasi
Siklus Evolusi peran pelatihan
Dalam meningkatkan kinerja pegawai dan membantu memenuhi kebutuhan serta tantangan organisasi yang sudah harus stratejik, Peran pelatihan harus berevolusi untuk masuk pada penekanan belajar dan berkreasi serta berbagi pengetahuan dan pengalaman.
            Belajar disini bermakna pemilikan pengetahuan oleh pegawai yang berkemauan mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada beban pekerjaan yang diberikan pada mereka.
            Sedangkan pengetahuan yang dimaksud merujuk pada apa yang diketahui pegawai tentang organisasi, proses serta program organisasi. Bentuk pengetahuan itu sendiri ada dua, yaitu tacit dan eksplisit. Melalui pelatihan, pegawai dapat mempelajari pengetahuan tacit walaupun mungkin interaksi interpersonal dan berbagai pengalaman tidak selalu ditemui dalam program pelatihan.
            Dalam pelatihan dengan pendekatan tradisional, pelatihan akan terlihat sebagai sebuah program atau event yang dihadiri oleh para pegawai.

                                                                                                                                    
Penutup
         Pelatihan merupakan salah satu sarana meningkatkan kinerja sumber daya manusia secara instruksional. Dalam mensinergikan pelatihan tersebut dengan kebutuhan yang diperlukan organisasi, maka dibutuhkan adanya sebuah pelatihan stratejik. Pelatihan stratejik ini menjawab berbagai kebutuhan yang diinginkan organisasi. Seiring berkembangnya jaman, peran pelatihan bagi organisasi pun berevolusi. Ia tidak sekedar sebagai solusi saja, melainkan lebih menekankan pada proses belajar berkesinambungan dan berbagi pengetahuan.

Daftar Pustaka
Suparto, Sridadi (2008).Pengembangan Program Diklat. Jakarta : BKKBN
http://ronawajah.wordpress.com/2008/02/12/strategi-manajemen-pelatihan/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.sergaygroup.com/How-to-Develop-an-Organizational-Training-Strategy.htm

No comments:

Post a Comment

Text Widget