Tidak jarang
pelatihan yang diberikan perusahaan berulang kali kepada para
karyawannya tidak memberikan manfaat yang maksimum. Pengembangan kinerja
sumberdaya manusia dan perusahaan sepertinya jalan di tempat. Yang diperoleh
karyawan hanyalah selembar piagam keikutsertaan dalam pelatihan. Lalu piagam
tersebut dipajang di dinding rumah atau ruang kantornya. Hal ini terjadi karena
perusahaan tidak memiliki strategi pelatihan yang jelas dan terarah.
Pelatihan bagi
karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu
serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung
jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Biasanya pelatihan merujuk
pada pengembangan ketrampilan bekerja (vocational) yang dapat digunakan
dengan segera. Dalam hal ini manfaat finansial bagi perusahaan biasanya terjadi
dengan cepat. Sementara itu pendidikan memberikan pengetahuan tentang subyek
tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan lebih terstruktur untuk jangka waktu
yang jauh lebih panjang.
A.
Pelatihan Sratejik
Kebanyakan, pelatihan dan kesuksesan dalam
sebuah organisasi diukur oleh jumlah sesi pelatihan yang diberikan dan jumlah
orang di kursi. Ini tidak cukup mewakili nilai pelatihan dalam sebuah
organisasi . Kebutuhan pelatihan untuk berfokus pada peningkatan kinerja saat
ini dalam sebuah organisasi, serta memastikan bahwa keahlian yang ada di antara
kompetensi karyawan untuk masa depan yang dibutuhkan oleh strategi organisasi.
Setiap kegiatan pelatihan harus dapat mendukung tercapainya strategi bisnis atau organisasi. Strategi organisasi merupakan rencana yang mengintegrasikan tujuan jangka panjang, kebijakan dan program aksi organisasi.
Setiap kegiatan pelatihan harus dapat mendukung tercapainya strategi bisnis atau organisasi. Strategi organisasi merupakan rencana yang mengintegrasikan tujuan jangka panjang, kebijakan dan program aksi organisasi.
Strategi organisasi
memberikan arahan terhadap program kegiatan seperti produksi, keuangan,
pemasaran dan ketenagaan untuk tujuan jangka panjang dan menengah yang spesifik
(Noe, 2005).
Beberapa contoh :
F
Perusahaan
Qualcomm yang merupakan industry teknologi komunikasi. Perusahaan ini sadar
bahwa mereka harus mampu menghasilkan produk-produk yang inovatif dan
kompetitif. Untuk itu mereka harus memiliki karyawan yang cerdas dan kreatif.
Mereka pun menggunakan pelatihan dan pengembangan untuk mempertahankan semangat
berwiraswasta perusahaannya. Mereka sangat mendukung pelatihan tersebut dan
merealisasikan potensi pegawainya semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan
bisnis.
Dengan jelasnya arah
strategi bisnis yang mereka gunakan sebagai acuan,maka akan berdampak pada
jumlah pelatihan yang perlu dilakukan , seberapa banyak sumber daya seperti
financial, waktu dan tenaga yang tersedia dan pengembangan program yang harus
didedikasikan untuk pelatihan. Dan juga strategi mempengaruhi jenis, tingkat
dan pemaduan keterampilan yang diperlkan oleh organisasi. Pada dasarnya,
strategi berpengaruh dalam hal penentuan isu berikut :
- Jumlah pelatihan yang ditujukan untuk keterampilan saat ini dan masa depan.
- Sejauhmana pelatihan sebagai kebutuhan khusus seorang pegawai atau sejauhmana pelatihan dikembangkan berdasarkan kebutuhan dari sebuah tim, unit atau bagian dari suatu organisasi.
- Apakah pelatihan direncanakan dan diselenggarakan secara sistematis dan spontan sebagai reaksi terhadap timbulnya suatu masalah.
- Penentuan pelatihan sebagai solusi dibandingkan solusi manajemen ketenagaan lain seperti kompensasi, staffing dan reward.
Contoh lain :
- Perusahaan nokia yang memiliki strategi bisnis ingin melaju lebih cepat dibanding industry yang sejenis serta menjadi vendor komunikasi unggul. Mereka mengamati bahwa untuk mencapai itu semua harus dilakukan belajar berkelanjutan (belajar sepanjang hayat). Dari konsep itulah mengapa pelatihan stratejik sangat dibutuhkan bagi perusahaan ini. Karena mereka membutuhkan sebuah sarana untuk berbagi ide dan belajar berkelanjutan yang sesuai dengan kebutuhan seluruh pegawainya dan tu terbukti efektif dibandingkan belajar di kelas formal. Karena top manajer mereka pun ikut berperan dalam memilih seorang godfather yang nantinya akan membantu mengembangkan materi dan mendesai program bersama praktisi pelatihan tersebut. Hamper semua proyek yang dibuat adalah proyek yang stratejik dan mengharuskan pegawainya untuk menyelesaikannya. Dalam proses selanjutnya, para top manajer tersebut akan meluangkan waktu untuk mereview proyek tersebut dan memiliki kewenangan mengambil tindakan berdasarkan rekomendasi tim proyek yang bersangkutan. Dalam hal fasilitas, nokia memadukan segala fasilitas melalui pusat sumber belajar serta menekankan belajar sambil bekerja (on the job). Nokia berasumsi bahwa belajar harus menghasilkan perbaikan dan bermuara pada pencapaian bisnis yang lebih baik. Setiap seorang pegawai menyelesaikan sebuah program pelatihan, selalu dievaluasi mengenai reaksi mereka.
Evolusi peran pelatihan dalam organisasi
Siklus
Evolusi peran pelatihan
Dalam meningkatkan kinerja
pegawai dan membantu memenuhi kebutuhan serta tantangan organisasi yang sudah
harus stratejik, Peran pelatihan harus berevolusi untuk masuk pada penekanan
belajar dan berkreasi serta berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Belajar disini bermakna pemilikan pengetahuan oleh
pegawai yang berkemauan mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada beban
pekerjaan yang diberikan pada mereka.
Sedangkan pengetahuan yang dimaksud merujuk pada apa yang
diketahui pegawai tentang organisasi, proses serta program organisasi. Bentuk
pengetahuan itu sendiri ada dua, yaitu tacit dan eksplisit. Melalui pelatihan,
pegawai dapat mempelajari pengetahuan tacit walaupun mungkin interaksi interpersonal
dan berbagai pengalaman tidak selalu ditemui dalam program pelatihan.
Dalam pelatihan dengan pendekatan tradisional, pelatihan
akan terlihat sebagai sebuah program atau event yang dihadiri oleh para
pegawai.
Penutup
Pelatihan merupakan salah satu sarana meningkatkan kinerja
sumber daya manusia secara instruksional. Dalam mensinergikan pelatihan
tersebut dengan kebutuhan yang diperlukan organisasi, maka dibutuhkan adanya
sebuah pelatihan stratejik. Pelatihan stratejik ini menjawab berbagai kebutuhan
yang diinginkan organisasi. Seiring berkembangnya jaman, peran pelatihan bagi
organisasi pun berevolusi. Ia tidak sekedar sebagai solusi saja, melainkan
lebih menekankan pada proses belajar berkesinambungan dan berbagi pengetahuan.
Daftar Pustaka
Suparto, Sridadi (2008).Pengembangan Program Diklat. Jakarta :
BKKBN
http://ronawajah.wordpress.com/2008/02/12/strategi-manajemen-pelatihan/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.sergaygroup.com/How-to-Develop-an-Organizational-Training-Strategy.htm
No comments:
Post a Comment