Pages

19 June, 2013

Prosedur evaluasi program menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin

1.    Analisis kebutuhan
Saat kita membicarakan evaluasi, maka itu adalah sebuah proses transformasi sistem. Dan sangat terkait erat dengan sebuah proses lain, yaitu analisis. Begitu pula dalam mengevaluasi sebuah program. Kita tak dapat terlepas dari kegiatan analisis. Analisis yang kita lakukan disini adalah analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan itu sendiri menurut Anderso, dkk di dalam ensiklopedia evaluasi adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus menentukan prioritas di antaranya. Dalam konteks pendidikan dan program pembelajaran, kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan yang nyata  dengan kondisi yang diharapkan. Kebutuhan tersebut terjadi pada diri individu, kelompok ataupun lembaga.[1] 
Analisis kebutuhan ini adalah sebuah alat yang kita gunakan untuk menentukan jarak kesenjangan “bagaimana yang seharusnya (ideal)” dengan “seperti apa yang ada (realita)”. Dalam mengevaluasi program analisis kebutuhan ini adalah upaya memahami jalan yang akan anda pilih. Ketika anda memilih sebuah “tujuan” dan “alat”, maka anda harus memahami “apa” yang akan dicapai sebelum “bagaimana” anda mencapainya.
Untuk mengetahui dan menganalisa kebutuhan tersebut dilakukan dengan dua cara, Pertama, secara objektif. Dimulai dari identifikasi lingkup tujuan penting program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan, menyusun kriteria standar untuk tiap-tiap indikator, menyusun alat ukur tiap-tiap indikator dan terakhir membandingkan kondisi yang diperoleh dengan kriteria. Kedua, secara subyektif. Cara ini dimulai dengan identifikasi lingkup tujuan penting program, menyusun kriteria yang sesuai dengan setiap tujuan masing-masing indikator, menyusun skala bertingkat digunakan untuk mempertimbangkan tingkat penampilan indikator, yang terakhir adalah merupakan ciri khas dari cara kedua ini yaitu mengumpulkan semua evaluator untuk kemudian secara bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.

2.    Menyusun proposal
Membicarakan kembali mengenai evaluasi program adalah tidak lain membicarakan tentang penelitian, namun ia memiliki ciri khusus. Sebagaimana penelitian, menyusun evaluasi program dimulai dengan menyusun proposal yang mana isi dan langkah-langkahnya tidak jauh berbeda dari proposal penelitian.
Proposal ini adalah  sebuah rencana kerja yang menggambarkan semua kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi program. Ibarat akan melakukan suatu perjalanan, proposal ini merupakan sebuah peta yang menggambarkan wilayah, jalan yang akan dilalui, serta langkah-langkah yang akan diambil ketika melalui jalan tersebut.
Mengapa harus ada proposal? Mengingat fungsi proposal seperti sudah disebutkan, terlebih bahwa program itu sendiri merupakan suatu sistem yang kompleks dan merupakan realisasi sebuah kebijakan maka di dalam sebuah evaluasi program keberadaan proposal memegang peranan yang sangat penting. Tanpa ada proposal, kegiatan tidak akan lancar karena tanpa arah yang jelas dan semuanya terjadi mendadak.
Melaksanakan evaluasi program berarti melakukan satu kegiatan yang sifatnya kompleks. Sebelum mulai melakukan pekerjaan, evaluator sebaiknya memiliki gambaran yang jelas tentang latar belakang atau alasan yang mendorong untuk melakukan evaluasi, target yang harus dicapai, apa saja yang harus dikerjakan, metode apa yang digunakan, dengan apa keberhasilan kerja harus diukur, dan lain sebagainya. [2]
Apa sajakah yang tertera dalam proposal? Sesuai maknanya maka isinya menyebutkan hal-hal yang dirancang untuk dilakukan disertai dengan penjelasan tentang alasan, arah dan tujuan evaluasi. Meskipun isinya bermacam-macam, tapi secara garis besar isi proposal ada dua bagian yaitu pendahuluan dan metodologi.
Dikarenakan evaluasi program langkah-langkahnya sama seperti penelitian, maka kegiatannya pun harus sistematis dan baku serta harus mengikuti aturan penulisan ilmiah. Pada umumnya garis besar isi pendahuluan adalah :
1.    Latar belakang masalah
Berisi Hal-hal yang mendasari lahirnya kegiatan evaluasi tersebut. Alasan tersebut harus betul-betul kuat, tidak mengada-ada sehingga memberikan gambaran pada pembaca bahwa kegiatan evaluasi program yang akan dikerjakan memang betul-betul perlu dilaksanakan.
Cara meyakinkan pembaca bahwa kegiatan evaluasi tersebut sangat penting adalah dengan menunjukkan adanya kesenjangan. Gambaran tentang kesenjangan adalah penjelasan tentang seberapa jauh implementasi kebijakan yang ada dan seperti apa kondisi yang dituju dan dijelaskan dalam kebijakan yang bersangkutan. Evaluasi program tidak lain adalah keinginan untuk mengetahui sejauh mana suatu kebijakan sudah terlaksana dan sejauh mana pelaksanaan program sudah mencapai tujuan. Dengan memahami seluk beluk program yang akan dievaluasi dengan benar, tim evaluator diharapkan mampu menentukan sasaran evaluasi dengan tepat, siapa dan apa saja yang pantas dijadikan sebagai sumber data dan yang harus dihubungi, metode dan instrument apa saja yang diperlukan dan kapan kegiatan evaluasi harus dilaksanakan.
2.    Identifikasi masalah dan pembatasan masalah serta pertanyaan evaluasi
Selanjutnya evaluator harus mengoperasionalkan tujuan evaluasi tersebut dalam bentuk pertanyaan evaluasi. Tentunya tidak melenceng dari tujuan.
3.    Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan umum dari evaluasi program ialah mengetahui keterlaksanaan kebijakan dari program tersebut. Sedangkan tujuan khususnya dapat dikaitkan dari pertanyaan evaluasi yang diajukan. Caranya dengan mengutip semua inti persoalan dalam pertanyaan evaluasi dan diubah kalimat pertanyaan yang ada menjadi pernyataan, serta dilengkapi dengan kata-kata yang menunjukkan tujuan.
4.    Manfaat hasil evaluasi
Dalam subbagian manfaat ini, evaluator menunjukkan hasil nyata dan berharap bahwa pihak tertentu yang disebutkan dapat menarik manfaat dari hasil evaluasi.
                        Lalu bab metodologi berisi :
1.    Penentuan responden atau sumber data
Dapat berupa manusia (person), dokumen (paper), dan tempat (place).
2.    Metode pengumpulan data
Jenis metode yang dimaksud adalah angket, wawancara (interview), pengamatan (observasi), tes, dokumentasi, dan inventori. Untuk objek bergerak, seperti manusia metode yang dapat digunakan adalah wawancara atau angket. Untuk dokumen maka yang cocok adalah dokumentasi. Sedangkan untuk tempat, seperti proses pembelajaran dan keadaan ruangan dapat dilakukan dengan observasi.
3.    Penentuan instrument
Instrument berfungsi untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan pengumpulan data sehingga lebih sistematis. Untuk metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara. Untuk observasi, instrumennya adalah pedoman observasi. Sedangkan untuk angket, instrumennya adalah kuesioner. Untuk hal-hal yang berupa dokumen (paper), instrumennya adalah pedoman studi dokumentasi.
4.    Analisis data
 
3.    Membuat alat ukur (instrument)
Dalam usaha mengumpulkan data, intrumen berfungsi untuk mempermudah, memperlancar dan membuat pekerjaan pengumpul data menjadi lebih sistematis. Sehingga dalam hal ini, instrumen dalam penelitian merupakan sesuatu yang mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena ia akan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Selanjutnya jumlah intrumen sebanding dengan jumlah metode yang digunakan dan harus disesuaikan dengan metode yang sudah ditentukan oleh evaluator.

Empat persyaratan bagi instrument yang baik adalah,
a.    Valid/sahib, yaitu tepat menilai apa yang akan dinilai
b.    Reliable, dapat dipercaya. Data yang dikumpulkan benar seperti apa adanya, bukan palsu.
c.    Praktikebel, instrument mudah digunakan, praktis dan tidak rumit.
d.    Ekonomis, tidak boros dalam mewujudkannya, artinya tidak banyak membuang waktu, uang dan tenaga.

Menyusun instrument ini memang agak rumit dan dibutuhkan keahlian memadai seperti yang disyaratkan. Langkah-langkah menyusun instrument adalah sebagai berikut :
-       Mengidentifikasi komponen program dan indikatornya
-       Membuat kisi-kisi
-       Menyusun butir instrument
-       Menyusun criteria penilaian
-       Menyusun pedoman pengerjaan[3]

4.    Melaksanakan evaluasi program
5.    Memotivasi pelaksanaan evaluasi
6.    Menganalisis data (tabulasi data dan pengolahan data kualitatif/kuantitatif)
7.    Mengambil kesimpulan dan merumuskan rekomendasi
Rekomendasi ini diperuntukkan bagi penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Namun evaluator tidak berhak untuk mengambil keputusan tentang program. Urusan selanjutnya adalah pengambil keputusan yang menentukan tindak lanjut dari program tersebut.
Menulis laporan evaluasi


[1] Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 72

[2] Ibid. h. 79
[3] Ibid. h. 92

No comments:

Post a Comment

Text Widget