1.
Analisis
kebutuhan
Saat kita membicarakan
evaluasi, maka itu adalah sebuah proses transformasi sistem. Dan sangat terkait
erat dengan sebuah proses lain, yaitu analisis. Begitu pula dalam mengevaluasi
sebuah program. Kita tak dapat terlepas dari kegiatan analisis. Analisis yang
kita lakukan disini adalah analisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan itu
sendiri menurut Anderso, dkk di dalam ensiklopedia evaluasi adalah suatu proses
yang dilakukan oleh seseorang untuk mengidentifikasi kebutuhan sekaligus
menentukan prioritas di antaranya. Dalam konteks pendidikan dan program
pembelajaran, kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi sebagai suatu
kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara keadaan yang nyata dengan kondisi yang diharapkan. Kebutuhan
tersebut terjadi pada diri individu, kelompok ataupun lembaga.[1]
Analisis kebutuhan ini
adalah sebuah alat yang kita gunakan untuk menentukan jarak kesenjangan
“bagaimana yang seharusnya (ideal)” dengan “seperti apa yang ada (realita)”.
Dalam mengevaluasi program analisis kebutuhan ini adalah upaya memahami jalan
yang akan anda pilih. Ketika anda memilih sebuah “tujuan” dan “alat”, maka anda
harus memahami “apa” yang akan dicapai sebelum “bagaimana” anda mencapainya.
Untuk mengetahui dan menganalisa kebutuhan tersebut dilakukan
dengan dua cara, Pertama, secara objektif. Dimulai dari identifikasi lingkup
tujuan penting program, menentukan indikator dan cara pengukuran tujuan,
menyusun kriteria standar untuk tiap-tiap indikator, menyusun alat ukur
tiap-tiap indikator dan terakhir membandingkan kondisi yang diperoleh dengan
kriteria. Kedua, secara subyektif. Cara ini dimulai dengan identifikasi lingkup
tujuan penting program, menyusun kriteria yang sesuai dengan setiap tujuan
masing-masing indikator, menyusun skala bertingkat digunakan untuk
mempertimbangkan tingkat penampilan indikator, yang terakhir adalah merupakan
ciri khas dari cara kedua ini yaitu mengumpulkan semua evaluator untuk kemudian
secara bersama-sama menentukan skala prioritas kebutuhan.
2.
Menyusun
proposal
Membicarakan kembali mengenai evaluasi program adalah tidak lain
membicarakan tentang penelitian, namun ia memiliki ciri khusus. Sebagaimana
penelitian, menyusun evaluasi program dimulai dengan menyusun proposal yang
mana isi dan langkah-langkahnya tidak jauh berbeda dari proposal penelitian.
Proposal ini adalah sebuah rencana kerja yang menggambarkan semua
kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan evaluasi program. Ibarat akan
melakukan suatu perjalanan, proposal ini merupakan sebuah peta yang
menggambarkan wilayah, jalan yang akan dilalui, serta langkah-langkah yang akan
diambil ketika melalui jalan tersebut.
Mengapa harus ada proposal?
Mengingat fungsi proposal seperti sudah disebutkan, terlebih bahwa program itu
sendiri merupakan suatu sistem yang kompleks dan merupakan realisasi sebuah
kebijakan maka di dalam sebuah evaluasi program keberadaan proposal memegang
peranan yang sangat penting. Tanpa ada proposal, kegiatan tidak akan lancar karena
tanpa arah yang jelas dan semuanya terjadi mendadak.
Melaksanakan evaluasi
program berarti melakukan satu kegiatan yang sifatnya kompleks. Sebelum mulai
melakukan pekerjaan, evaluator sebaiknya memiliki gambaran yang jelas tentang
latar belakang atau alasan yang mendorong untuk melakukan evaluasi, target yang
harus dicapai, apa saja yang harus dikerjakan, metode apa yang digunakan,
dengan apa keberhasilan kerja harus diukur, dan lain sebagainya. [2]
Apa sajakah yang tertera
dalam proposal? Sesuai maknanya maka isinya menyebutkan hal-hal yang dirancang
untuk dilakukan disertai dengan penjelasan tentang alasan, arah dan tujuan
evaluasi. Meskipun isinya bermacam-macam, tapi secara garis besar isi proposal
ada dua bagian yaitu pendahuluan dan metodologi.
Dikarenakan evaluasi program
langkah-langkahnya sama seperti penelitian, maka kegiatannya pun harus
sistematis dan baku serta harus mengikuti aturan penulisan ilmiah. Pada umumnya
garis besar isi pendahuluan adalah :
1. Latar
belakang masalah
Berisi Hal-hal yang
mendasari lahirnya kegiatan evaluasi tersebut. Alasan tersebut harus
betul-betul kuat, tidak mengada-ada sehingga memberikan gambaran pada pembaca
bahwa kegiatan evaluasi program yang akan dikerjakan memang betul-betul perlu
dilaksanakan.
Cara meyakinkan pembaca
bahwa kegiatan evaluasi tersebut sangat penting adalah dengan menunjukkan
adanya kesenjangan. Gambaran tentang kesenjangan adalah penjelasan tentang
seberapa jauh implementasi kebijakan yang ada dan seperti apa kondisi yang
dituju dan dijelaskan dalam kebijakan yang bersangkutan. Evaluasi program tidak
lain adalah keinginan untuk mengetahui sejauh mana suatu kebijakan sudah
terlaksana dan sejauh mana pelaksanaan program sudah mencapai tujuan. Dengan
memahami seluk beluk program yang akan dievaluasi dengan benar, tim evaluator
diharapkan mampu menentukan sasaran evaluasi dengan tepat, siapa dan apa saja
yang pantas dijadikan sebagai sumber data dan yang harus dihubungi, metode dan
instrument apa saja yang diperlukan dan kapan kegiatan evaluasi harus dilaksanakan.
2. Identifikasi
masalah dan pembatasan masalah serta pertanyaan evaluasi
Selanjutnya evaluator harus
mengoperasionalkan tujuan evaluasi tersebut dalam bentuk pertanyaan evaluasi.
Tentunya tidak melenceng dari tujuan.
3. Tujuan
umum dan tujuan khusus
Tujuan umum dari evaluasi
program ialah mengetahui keterlaksanaan kebijakan dari program tersebut.
Sedangkan tujuan khususnya dapat dikaitkan dari pertanyaan evaluasi yang
diajukan. Caranya dengan mengutip semua inti persoalan dalam pertanyaan
evaluasi dan diubah kalimat pertanyaan yang ada menjadi pernyataan, serta
dilengkapi dengan kata-kata yang menunjukkan tujuan.
4. Manfaat
hasil evaluasi
Dalam subbagian manfaat ini,
evaluator menunjukkan hasil nyata dan berharap bahwa pihak tertentu yang
disebutkan dapat menarik manfaat dari hasil evaluasi.
Lalu
bab metodologi berisi :
1. Penentuan
responden atau sumber data
Dapat berupa manusia (person), dokumen (paper), dan tempat (place).
2. Metode
pengumpulan data
Jenis metode yang dimaksud
adalah angket, wawancara (interview), pengamatan
(observasi), tes, dokumentasi, dan inventori. Untuk objek bergerak, seperti
manusia metode yang dapat digunakan adalah wawancara atau angket. Untuk dokumen
maka yang cocok adalah dokumentasi. Sedangkan untuk tempat, seperti proses
pembelajaran dan keadaan ruangan dapat dilakukan dengan observasi.
3. Penentuan
instrument
Instrument berfungsi untuk
mempermudah dan memperlancar kegiatan pengumpulan data sehingga lebih
sistematis. Untuk metode wawancara, instrumennya adalah pedoman wawancara. Untuk
observasi, instrumennya adalah pedoman observasi. Sedangkan untuk angket,
instrumennya adalah kuesioner. Untuk hal-hal yang berupa dokumen (paper), instrumennya adalah pedoman
studi dokumentasi.
4. Analisis
data
3.
Membuat
alat ukur (instrument)
Dalam usaha mengumpulkan data, intrumen berfungsi untuk
mempermudah, memperlancar dan membuat pekerjaan pengumpul data menjadi lebih
sistematis. Sehingga dalam hal ini, instrumen dalam penelitian merupakan
sesuatu yang mempunyai kedudukan yang sangat penting, karena ia akan menentukan
kualitas data yang dikumpulkan. Selanjutnya jumlah intrumen sebanding dengan
jumlah metode yang digunakan dan harus disesuaikan dengan metode yang sudah
ditentukan oleh evaluator.
Empat
persyaratan bagi instrument yang baik adalah,
a. Valid/sahib,
yaitu tepat menilai apa yang akan dinilai
b. Reliable,
dapat dipercaya. Data yang dikumpulkan benar seperti apa adanya, bukan palsu.
c. Praktikebel,
instrument mudah digunakan, praktis dan tidak rumit.
d. Ekonomis,
tidak boros dalam mewujudkannya, artinya tidak banyak membuang waktu, uang dan
tenaga.
Menyusun instrument ini
memang agak rumit dan dibutuhkan keahlian memadai seperti yang disyaratkan.
Langkah-langkah menyusun instrument adalah sebagai berikut :
- Mengidentifikasi
komponen program dan indikatornya
- Membuat
kisi-kisi
- Menyusun
butir instrument
- Menyusun
criteria penilaian
- Menyusun
pedoman pengerjaan[3]
4.
Melaksanakan
evaluasi program
5.
Memotivasi
pelaksanaan evaluasi
6.
Menganalisis
data (tabulasi data dan pengolahan data kualitatif/kuantitatif)
7.
Mengambil
kesimpulan dan merumuskan rekomendasi
Rekomendasi ini diperuntukkan bagi
penentu kebijakan dan pengambil keputusan. Namun evaluator tidak berhak untuk
mengambil keputusan tentang program. Urusan selanjutnya adalah pengambil
keputusan yang menentukan tindak lanjut dari program tersebut.
Menulis laporan
evaluasi
No comments:
Post a Comment