Mengapa harus
ayam, kan bau dan kotor lagi?
Kenapa gak
kucing, kelinci atau hamster yang lucu?
Kerap pertanyaan
seperti itu yang kudapatkan kala ku bilang hewan peliharaanku adalah Ayam.
Biar gratisan
telur ya?
Biar bisa
dipotong buat makan ya?
Bukan. Sekali
lagi kutegaskan, ayamku adalah sahabatku. Tak akan pernah aku tega memakannya.
Bahkan telurnya pun belum pernah kurasakan (yang memanfaatkan keuntungan
tersebut adalah kakakku).
Boleh aku jawab
dengan sebaris lirik lagu,
Mengapa cinta
dipertanyakan?
Bila ku
terlanjur..ku terlanjur sayang.
Pertanyaannya
sekarang adalah, Sejak kapan aku ‘jatuh cinta’ pada ayam?
Aku..tahu bentuk
ayam saat aku membaca sebuah buku cerita anak jaman dahulu. Judulnya sangat
kuingat jelas. “KINANTAN” judul sekaligus tokoh utama buku itu. kalau tidak
salah sekitar 60 halaman. Kubaca saat aku berumur 5 tahun. Kinantan itu adalah
seekor ayam. Aku lupa apakah ia betina ataukah jantan. Yang kuingat jelas,
sifat-sifat terpuji dari kinantan. Kinantan yang pemberani, kinantan yang
cerdas menyikapi situasi sebahaya apapun. Kinantan yang penyayang dan lainnya.
Entah kemana buku itu, hilang ditelan banjir yang menyambangi rumahku. Namun,
sejak membaca buku itu dalam pikiran polosku sebagai seorang anak kecil adalah
ayam dapat bertingkah laku seperti kinantan. Ayam memiliki perasaan, dan ia
sama seperti manusia hanya tak sekolah. Pertama kali kupelihara ayam adalah
kelas 4 SD, namanya ester. Induk betina yang cantik dan pengertian. Warnanya
coklat gelap. Ia menemaniku setiap hari, bahkan aku pernah mencium paruhnya dan
tidur bersamanya di ayunan. Kalau diingat aneh juga ya? Untung orangtuaku
percaya bahwa aku normal, hehehe. Ester mati setelah 1 setengah atau dua tahun
kemudian karena sakit dan dia tahu mau dipotong oleh mamaku untuk dijadikan
lauk(begitu pengertiannya dia padaku, sehingga ia memilih mati sendiri
dibandingkan terhidang di meja makan. Karena airmataku akan habis jika itu
terjadi).
Saat ini adalah
kali kedua kupelihara ayam. Protes lebih banyak dan kuat. Tidak ada yang
membantu sedikitpun, kecuali mama yang memberi ijin untuk memelihara kembali.
Tapi itu pun lebih dari cukup. Aku dihadiahi sepasang ayam yang kuberi nama JAN
dan BETI, singkatan dari Jantan dan Betina. Walau waktuku di rumah lebih
sedikit, namun sejak kehadiran mereka aku merasa lebih bermakna. Ada alasan
kuat untukku pulang ke rumah lebih cepat. Memastikan jan dan beti sudah masuk
kandang sebelum mereka rabun senja, dan memastikan makanan dan minumannya
tersedia.
Tapi … bukan ini
tujuanku menuliskan episode cintaku dengan ayam. Melainkan ada 3 hal yang ingin
kuingatkan lagi bagi diri yang sering lupa, melalui tulisan ini.
Pertama adalah..
jangan mendiskriminasikan berdasarkan generalisasi. Maksudnya untuk
pertanyaan “Mengapa harus ayam? Kan bau. Kenapa gak kucing, marmut aja?”.
Generalisasi kita untuk peliharaan adalah kucing, hamster, kelinci. Di luar
itu, adalah aneh untuk dipelihara. Tidak boleh seperti itu, ada kekhasan
khusus. Sama seperti jangan menilai bahwa orang padang pasti punya toko di
tanah abang. No..no..nehi..nehi.. heheeh
Kedua adalah..
jangan terbiasa mengharapkan imbalan sebelum menjalani prosesnya. Itu hanya
akan mengurangi semangat saja. Imbalan memelihara ayam adalah telor dan daging
ayam gatis. Tidak. Jalani saja dahulu memelihara ayamnya. Telor itu hanyalah
bonus. Sama seperti anda bekerja, jika berpikir terlalu untung rugi pada aspek
keuangan saja. Jangan harap anda melihat pekerjaan itu bisa mensejahterakan
hidup anda. Jalani saja sebaik yang anda bisa, jika memang pekerjaan itu mulia.
Selama itu lihat dan perhatikanlah keajaiban dan penambahan apa yang anda
dapatkan.
Terakhir adalah..
dari sebuah buku yang dibaca saat kecil, dapat memberikan pemahaman mendalam
serta jangka panjang bagi seorang anak. Jadi..kembali, biasakanlah anak-anak
untuk membaca yang baik, benar dan bermoral. Agar akhlaknya menjadi terpuji.
Jangan malah dikasi baca, tapi gak dikontrol. Siapa tahu nanti bacanya sinchan
atau hentai. Wah..kalau sudah begitu bisa rusak bangsa ini.
Luangkanlah waktu untuk mendongeng bagi mereka.
Ok…itu saja yang
ingin saya tuliskan hari ini. Untuk mengingatkan diri yang lupa, mencerahkan
pikiran yang butek, meluruskan kebiasaan yang salah.
Meta
morfillah
12 April 2011
No comments:
Post a Comment