Pages

10 June, 2013

Ayam & ibrah

Mengapa harus ayam, kan bau dan kotor lagi?
Kenapa gak kucing, kelinci atau hamster yang lucu?
Kerap pertanyaan seperti itu yang kudapatkan kala ku bilang hewan peliharaanku adalah Ayam.
Biar gratisan telur ya?
Biar bisa dipotong buat makan ya?

Bukan. Sekali lagi kutegaskan, ayamku adalah sahabatku. Tak akan pernah aku tega memakannya. Bahkan telurnya pun belum pernah kurasakan (yang memanfaatkan keuntungan tersebut adalah kakakku).

Boleh aku jawab dengan sebaris lirik lagu,

Mengapa cinta dipertanyakan?
Bila ku terlanjur..ku terlanjur sayang.

Pertanyaannya sekarang adalah, Sejak kapan aku ‘jatuh cinta’ pada ayam?
Aku..tahu bentuk ayam saat aku membaca sebuah buku cerita anak jaman dahulu. Judulnya sangat kuingat jelas. “KINANTAN” judul sekaligus tokoh utama buku itu. kalau tidak salah sekitar 60 halaman. Kubaca saat aku berumur 5 tahun. Kinantan itu adalah seekor ayam. Aku lupa apakah ia betina ataukah jantan. Yang kuingat jelas, sifat-sifat terpuji dari kinantan. Kinantan yang pemberani, kinantan yang cerdas menyikapi situasi sebahaya apapun. Kinantan yang penyayang dan lainnya. Entah kemana buku itu, hilang ditelan banjir yang menyambangi rumahku. Namun, sejak membaca buku itu dalam pikiran polosku sebagai seorang anak kecil adalah ayam dapat bertingkah laku seperti kinantan. Ayam memiliki perasaan, dan ia sama seperti manusia hanya tak sekolah. Pertama kali kupelihara ayam adalah kelas 4 SD, namanya ester. Induk betina yang cantik dan pengertian. Warnanya coklat gelap. Ia menemaniku setiap hari, bahkan aku pernah mencium paruhnya dan tidur bersamanya di ayunan. Kalau diingat aneh juga ya? Untung orangtuaku percaya bahwa aku normal, hehehe. Ester mati setelah 1 setengah atau dua tahun kemudian karena sakit dan dia tahu mau dipotong oleh mamaku untuk dijadikan lauk(begitu pengertiannya dia padaku, sehingga ia memilih mati sendiri dibandingkan terhidang di meja makan. Karena airmataku akan habis jika itu terjadi).  

Saat ini adalah kali kedua kupelihara ayam. Protes lebih banyak dan kuat. Tidak ada yang membantu sedikitpun, kecuali mama yang memberi ijin untuk memelihara kembali. Tapi itu pun lebih dari cukup. Aku dihadiahi sepasang ayam yang kuberi nama JAN dan BETI, singkatan dari Jantan dan Betina. Walau waktuku di rumah lebih sedikit, namun sejak kehadiran mereka aku merasa lebih bermakna. Ada alasan kuat untukku pulang ke rumah lebih cepat. Memastikan jan dan beti sudah masuk kandang sebelum mereka rabun senja, dan memastikan makanan dan minumannya tersedia.

Tapi … bukan ini tujuanku menuliskan episode cintaku dengan ayam. Melainkan ada 3 hal yang ingin kuingatkan lagi bagi diri yang sering lupa, melalui tulisan ini.

Pertama adalah..  jangan mendiskriminasikan berdasarkan generalisasi. Maksudnya untuk pertanyaan “Mengapa harus ayam? Kan bau. Kenapa gak kucing, marmut aja?”. Generalisasi kita untuk peliharaan adalah kucing, hamster, kelinci. Di luar itu, adalah aneh untuk dipelihara. Tidak boleh seperti itu, ada kekhasan khusus. Sama seperti jangan menilai bahwa orang padang pasti punya toko di tanah abang. No..no..nehi..nehi.. heheeh

Kedua adalah.. jangan terbiasa mengharapkan imbalan sebelum menjalani prosesnya. Itu hanya akan mengurangi semangat saja. Imbalan memelihara ayam adalah telor dan daging ayam gatis. Tidak. Jalani saja dahulu memelihara ayamnya. Telor itu hanyalah bonus. Sama seperti anda bekerja, jika berpikir terlalu untung rugi pada aspek keuangan saja. Jangan harap anda melihat pekerjaan itu bisa mensejahterakan hidup anda. Jalani saja sebaik yang anda bisa, jika memang pekerjaan itu mulia. Selama itu lihat dan perhatikanlah keajaiban dan penambahan apa yang anda dapatkan.

Terakhir adalah.. dari sebuah buku yang dibaca saat kecil, dapat memberikan pemahaman mendalam serta jangka panjang bagi seorang anak. Jadi..kembali, biasakanlah anak-anak untuk membaca yang baik, benar dan bermoral. Agar akhlaknya menjadi terpuji. Jangan malah dikasi baca, tapi gak dikontrol. Siapa tahu nanti bacanya sinchan atau hentai. Wah..kalau sudah begitu bisa rusak bangsa ini. Luangkanlah waktu untuk mendongeng bagi mereka.

Ok…itu saja yang ingin saya tuliskan hari ini. Untuk mengingatkan diri yang lupa, mencerahkan pikiran yang butek, meluruskan kebiasaan yang salah.

Meta morfillah

12 April 2011



No comments:

Post a Comment

Text Widget