- Pengertian Hubungan Interpersonal
Kita dapat memahami makna atau pengertian dari hubungan
interpersonal dengan mudah jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian
dari komunikasi
intrapersonal. Seperti menganonimkan saja, Hubungan intrapersonal dapat
diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa Hubungan interpersonal adalah
hubungan yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang. Bahwa
Hubungan interpersonal adalah proses hubungan yang
berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka. Hubungan
Interpersonal menuntut berhubungan
komunikasi dengan orang lain. Komunikasi
yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan
komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di
antara komunikan menjadi rusak. Anita Taylor mengatakan Komunikasi
interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal
barangkali yang paling penting. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan
interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi.
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999).
–
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah
komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua
sahabat dekat, seorang guru dengan seorang siswanya, dan sebagainya.
Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana,
2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:
–
Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat;
–
Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komunikasi
antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai
alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan
kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita
komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan
paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi
tercanggihpun. Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi
dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal;
dan hubungan interpersonal.
Dalam
hubungan interpersonal harus memiliki beberapa konsep yaitu:
1.
Percaya (trust)
Bila seseorang punya perasaan bahwa dirinya tidak akan
dirugikan, tidak akan dikhianati, maka orang itu pasti akan lebih mudah membuka
dirinya. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila ada faktor-faktor sebagai
berikut:
–
Karakteristik dan maksud orang lain, artinya orang
tersebut memiliki kemampuan, keterampilan, pengalaman dalam bidang tertentu.
Orang itu memiliki sifat-sifat bisa diduga, diandalkan, jujur dan konsisten.
–
Hubungan kekuasaan, artinya apabila seseorang mempunyai
kekuasaan terhadap orang lain, maka orang itu patuh dan tunduk.
–
Kualitas komunikasi dan sifatnya mengambarkan adanya
keterbukaan. Bila maksud dan tujuan sudah jelas, harapan sudah dinyatakan, maka
sikap percaya akan muncul.
2.
Perilaku suportif
Perilaku suportif akan meningkatkan kualitas komunikasi.
Beberapa ciri perilaku suportif yaitu:
a.
Evaluasi dan deskripsi: maksudnya, kita tidak perlu
memberikan kecaman atas kelemahan dan kekurangannya.
b.
Orientasi masalah: mengkomunikasikan keinginan untuk
kerja sama, mencari pemecahan masalah. Mengajak orang lain bersama-sama
menetapkan tujuan dan menetukan cara mencapai tujuan.
c.
Spontanitas: sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti
motif yang pendendam.
3.
Sikap terbuka
Sikap terbuka, kemampuan menilai secara obyektif,
kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan melihat nuansa, orientasi ke isi,
pencarian informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya,
profesional dll. Komunikasi ini dapat dihalangi oleh gangguan komunikasi dan
oleh kesombongan, sifat malu dll.
4.
Persepsi interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi,
atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan
makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang
berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan
berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang
salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi.
5.
Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang
diri kita. Konsep diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan
kemampuan mengatasi masalah
b. Merasa setara
dengan orang lain
c. Menerima pujian
tanpa rasa malu
d. Menyadari,
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang
tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
e. Mampu memperbaiki
dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan
berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi antarpribadi, yaitu:
•
Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin
sesuai dengan konsep dirinya. Bila seseorang siswa menganggap dirinya sebagai
orang yang rajin, ia akan berusaha belajar secara teratur, membuat catatan yang
baik, mempelajari materi dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai akademis
yang baik.
•
Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan
meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang
lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep
diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman
kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan
baru.
•
Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi
dikenal sebagai communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam
komunikasi disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
•
Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku
komunikasi kita karena konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia
membuka diri (terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi
selektif), dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri
juga berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).
6.
Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain,
sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi
atraksi interpersonal dalam hal:
a.
Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian
kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional,
kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita
juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif.
Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif.
b.
Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan
dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan
denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak
enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi.
- Komunikasi Interpesonal dalam Kelas
Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai
komunikasi antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi interpersonal yang
baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi.
Miller (1976) dalam Explorations in Interpersonal
Communication, menyatakan bahwa ”Memahami proses komunikasi
interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan
relasional, dan pada gilirannya (secara serentak), perkembangan relasional
mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan
tersebut.”
Lebih jauh, Jalaludin Rakhmat (1994) memberi catatan
bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan
interpersonal yang baik, yaitu:
a. Percaya;
b. sikap suportif; dan
c. sikap terbuka.
Didalam kelas hubungan interpersonal guru dengan peserta
didik harus bisa berkomunikasi dengan baik. Peran guru sangat penting dalam
hubungan interpersonal dalam kelas. Guru wajib memotivasi siswa untuk dalam
proses kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar yang sesuai yang
diinginkan. Dan minat siswa dalam belajar dapat ditingkatkan. Guru dalam
memotivasi minat belajar siswa dengan mengadakan komunikasi dan interaksi yang
lebih akrab kepada siswa selaku anak didiknya baik pada saat penyampaian materi
di dalam jam pelajaran maupun diluar jam pelajaran.
Pengelolaan
kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam
kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan
berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana
hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci.
Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas
yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. pengelolaan
kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal
yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
C.
Pendekatan Iklim Sosio Emosional
Pendekatan
ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari
hubungan yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar.
Hubungan diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang
dipengaruhi oleh:
a. Sikap
keterbukaan dan tidak berpura-pura.
b. Penerimaan dan
kepercayaan pengajar kepada pembelajar dan sebaliknya.
c. Rasa simpati
pengajar terhadap pembelajarnya.
Pengajar
yang akan menerapkan pendekatan hubungan interpersonal (antar pribadi) perlu
menyadari kenyataan bahwa “Cinta” dan “rasa harga diri” merupakan dua kebutuhan
dasar yang ingin dimiliki oleh pembelajar. Tugas belajar adalah membuka kemungkinan
sebesar-besarnya bagi pembelajar bertindak dan menghayati sendiri. Bagi
pembelajar merupakan kesempatan untuk memandang dirinya sebagai individu yang
berharga. Oleh karena itu setiap pembelajar perlu dilayani dengan penuh
penghargaan sehingga pengajar mengupayakan sejauh mungkin kemungkinan yang
menimbulkan kegagalan yang efeknya bisa membunuh motivasi, kecemasan, tanpa
harapan, dan menyingkirkan perangsang timbulnya tingkah laku menyimpang.
Kelas
yang diliputi oleh hubungan interpersonal yang baik merupakan kondisi yang
beriklim sosio emosional yang baik. Kelas yang berkondisi dan bersituasi
demikian menjadikan pembelajar merasa mau dan tentram tanpa suatu ancaman atau
dikejar-kejar oleh kekuasaan, penekatan tertentu. Penekanan sistem sosio emosional
berakar dari pandangan yang menutamakan hubungan saling menerima, sikap empati
sebagai sesama manusia. Melalui pendekatan ini pembelajar benar-benar percaya
bahwa pengajar penuh dedikasi dalam membina belajarnya. Apabila pembelajar
perilaku menyimpang maka pengajar dapat memisahkan kesalahan dari orang yang
berbuat salah, dan menolak perbuatan yang menyimpang.
Fungsi
pengajar ialah mengembangkan hubungan baik dengan setiap pembelajar. Bila
pengajar ingin secara maksimal membantu pembelajar belajar perlu melaksanakan
sikap kesadaran diri sendiri, keterbukaan, sikap menerima, menghargai mau
mengerti dan menaruh rasa empati. Ide-ide pokok pendekatan iklim sosio
emosional ini dikemukakan oleh Carl Rogers.
Sebagai
rangkuman Rogers mengemukakan kondisi-kondisi yang mempengaruhi keberhasilan
belajar yakn, Sikap pengajar terhadap pembelajar dalam bentuk penampilan diri
secara wajar, penerimaan diri, dan rasa empati. Ide ini diperkuat oleh pendapat
Girrot bahwa komunikasi yang interaktif perlu diselenggarakan oleh pengajar
yang berorientasi pada pembelajar.
Menurut
Glosser, penciptaan iklim sosio emosional terjadi bila terdapat keterlibatan
pengajar dalam suasana belajar itu untuk mengembangkan tanggung jawab sosial
dan merasa dirinya “berarti” bagi orang lain. Bagi mereka yang melakukan
perilaku meyimpang hendaknya dibantu untuk memperbaiki diri. Salah satu saran
dan Glosser untuk mengatasi masalah kelas/kelompok hendaknya melalui pertemuan
kelas untuk memecahkan masalah sosial.
Pandangan
Dreikurs terhadap iklim sosio emosional adalah, pentingnya suasana kelas yang
demokratis pengajar, pengajar dan pembelajar bersama sama mewujudkan tanggung
jawab terhadap kelas demi kelancaran belajar mengajar.- pemikiran dan
kewaspadaan terhadap pengaruh akibat-akibat tertenru baik akibat alamiah dan
akibat logis. Contoh akibat alamiah dari kekurang hati-hatian bekerja di
laboratorium tangan terbakar, kompor meiedak, sedang akibat logisnya ialah
pembelajar yang bersangkutan mengganti alat yang dirusakkan, menanggung de.i’a
pada tangan yang terluka. Dengan pendekatan iklim sosio emosional ini
pembelajar dipandang sebagai “keseluruhan pribadi yang sedang berkembang”,
bukan semata-mata sebagai seorang yang mempelajari pelajaran tertentu saja.
KESIMPULAN
-
Seorang guru hendaknya dapat memanajemen perilaku
siswanya serta membangun lingkungan kelas dan hubungan interpersonal yang baik.
-
Perilaku buruk murid dapat disebabkan oleh dua situasi.
Situasi kelas seperti pelajaran, kepemimpinan guru dan peraturan sekolah. Lalu situasi luar
kelas di antaranya adalah nilai-nilai di rumah, orang tua dan masyarakat.
-
Dalam mencegah perilaku buruk dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu perbaikan belajar mengajar, pengajar dan teknik mengajar, penyesuaian
kurikulum dan mendengarkan suara siswa.
-
Menangani perilaku buruk siswa dapat dilakukan dengan
model LEAST.
- Hubungan
interpersonal memiliki beberapa konsep yaitu percaya, keterbukaan, sikap
sportif, persepsi interpersonal, konsep
diri dan atraksi interpersonal.
-
Guru bertanggung jawab untuk memotivasi dan menciptakan
iklim sosio-emosional yang positif.
No comments:
Post a Comment