“JANGAN HINA BAPAKKU!!”
Kalimat dalam bab awal di buku
Eliana. Satu itu saja, sudah menguras airmataku. Urung kepalang, di bis tanpa
malu mataku basah. Ya… tokoh eliana sang anak pemberani dan bapak sang bijak
arif menyikapi kehidupan. Sungguh, keluarga mereka biasa. Tidak jauh berbeda
dengan hidup milyaran orang di atas bumi ini. Hanya saja sejarah mereka
tertulis walau fiksi. Sementara keluargaku tidak.
Peran Eliana, Pukat, Burlian, Amelia,
Delisa, Laisa dan sederet tokoh-tokoh fiksi lainnya adalah peran yang pernah
berkelebat dalam hariku. Setiap hari kita selalu menjadi artis dan sutradara
bagi film stripping kita sendiri. Namun, aku yakin kalimat yang
kugumamkan ini, ‘ada peran di antara peran-peran dalam hidup kita, yang
merupakan peran kita sebenarnya. Dan ada hari di antara hari-hari dalam hari
kita yang sesungguhnya adalah milik kita.
Jadi apalagi yang dapat dipelajari
hari ini. Dari buku ini, aku kembali disadarkan akan kekuatan BELIEVE (KEYAKINAN).
Keyakinan akan janji pengharapan kehidupan lebih baik melalui pundak kita.
Keyakinan cinta kasih orangtua, terutama mama. Keyakinan pendengaranNya atas
doa kita. Keyakinan alam yang enggan namun tidak menolak uluran persahabatan
dari kita. Keyakinan akan kebaikan kecil yang meliputi kehidupan kita akan
menjadi raksasa teduh kehidupan nanti. Keyakinan akan adanya kuasa lain di luar
kehendak kita.
Tidak ada yang baru di bawah
matahari. Sejak dahulu hidup kita seputaran siklus saja. Nasihat dan berbagai
kalimat canggih itu sesungguhnya hanyalah kalimat yang diulang-ulang dari zaman
dahulu hingga detik ini. Bukti bahwa manusia teramat ‘sakit’ LUPA. Dan
mengatasi lupa ini hanyalah satu. Dengan menulis. Kita tuliskan segala kejadian
yang kita alami. Jadikan tulisan itu sebagai bahan muhasabah dan pengingat kita
di saat kita dan orang lain lupa untuk mengingatnya.
Seperti lari marathon, kita tahan
desakan ingin melaju kencang tanpa ada perencanaan matang. Akhirnya hanya malu
yang didapat karena loyo di tengah perlombaan. Alangkah baiknya menahan diri
sembari memperhitungkan langkah (berlari tenang dan KONSISTEN) untuk menyusun strategi
agar memenangkan lomba tersebut. Begitulah hidup ini… paragraf terakhir ini
sekedar stimulus untuk otakku yang agak kalut menyikapi perlombaan ‘kecepatan’
skripsi saat ini.
Adakah yang kalian dapatkan dari
tulisan ini?
Jika tidak, Maaf sajalah. Aku
menuliskannya memang bukan untuk kalian. Sekali lagi untuk diriku, agar aku
tidak lupa. Heheh :D
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment