Pages

24 October, 2013

Jadi guru itu...

Jadi guru itu...

Banyak senangnya. Banyak libur. Sering jalan-jalan, study tour, outing, bahkan sering dapat gratisan. Mau guru les, guru sekolah negeri atau pun swasta bahkan guru homeschooling. Terus kelihatan awet muda, temenannya sama yang lebih muda terus (murid-muridnya). Waktu kerja fleksibel, ga menuntut 8 jam harus stay di kantor. Ilmu diperbaharui terus. Walau untuk ilmu yang itu-itu saja, misal matematika rumus bangun ruang, semakin ke sini, semakin banyak rumus-rumus praktis, pun ilmu-ilmu sosial. Jadi guru selalu update, jangan kudet. Ditambah semakin terdigitalisasinya jaman, semakin sering eksplorasi dengan dunia virtual untuk mencari bahan.

Tapi, kalo banyak senangnya gitu, kenapa sedikit yang mau jadi guru? Bahkan ada wacana Indonesia kekurangan guru, sampai-sampai banyak sekali komunitas bermunculan terkait hal tersebut. Yang paling terkenal dan in  saat ini adalah Indonesia Mengajar. Hayoo... kenapa??

Karena jadi guru itu...

Beban moralnya besar. Sebagai guru, kita harus selalu menjaga sikap kita terutama di depan anak didik. Harus menjadi role model, yang patut digugu dan ditiru. Kalau nilai anak jelek, siapa yang disalahkan? Nomor satu, [kebanyakan] adalah gurunya, walau pun ada banyak faktor penentu lainnya. Lalu yang paling berat [dan tidak saya sukai] adalah, guru selalu ditinggalkan. Waktu satu tahun ajaran, biasanya enam bulan pertama adalah masa membangun hubungan atau keakraban dengan muridnya. Lalu ketika sudah tercipta, enam bulan setelahnya guru dan murid terpaksa berpisah. Entah karena kenaikan kelas, kelulusan atau mungkin pindah.

Itulah alasan [saya] mengapa terlalu menimbang-nimbang menjadi seorang guru.

Guru adalah pekerjaan besar. Kita berhadapan dengan manusia, makhluk terkompleks di jagat raya. Tidak mudah membentuk seorang manusia, bahkan mungkin memerlukan waktu seumur hidup. Akui sajalah, buktinya orang tuamu tak mampu memaksamu menjadi semau kehendak mereka, toh? Nah, hal itu harus dilakukan oleh seorang guru dalam kelas dan waktu terbatas. Harus legowo, selalu memberi tanpa pamrih. Maka, saya selalu salut untuk orang yang berniat, melakoni bahkan mencintai profesi keguruan.

KALIAN LUAR BIASA!

*Edisi kangen (mantan) murid dan mengajar lagi*



Karena kalian begitu berharga, dan tak patut disiakan. Every child is so special.
Semoga kalian mendapatkan pengganti yang lebih baik dari saya.
*peluKiss*
  
Miss Meta

With Arman, Autism from class 7 until class 9
With Holivia, class 8 bilingual, Jubilee School
With David Halim, class 9 until class 10. Musician (Pianist, etc)
With Margaret (class 8), Anna & Yudi (class 9)
Salah satu anak Terminal Hujan
Anthony, murid yang masih sering mengirim kabar, sang kobo chan :)

No comments:

Post a Comment

Text Widget