Pages

14 October, 2013

Refleksi Bincang Buku



Heyho B!

I have some interesting story to write on you beibh!

Kemarin, Minggu, 13 Oktober 2013 aku datang ke Rumah kata Indonesia di Bogor. Tepatnya semacam markas yang didirikan Daeng Khrisna Pabicara dan kawan-kawannya di dekat kediamannya Bantar Jati, Bogor. Lumayan dekat dari rumah keduaku. Sebenarnya aku tak tahu ada acara bincang buku “Kepulangan Kelima” karya Kak Irwan Bajang. Aku mendapatkan info ini dari kawan Genks, yaitu Haqi. Karena si haqi tidak dapat pergi ke socmedfest dan merengek-rengek ingin bertemu dengan kak IB, maka aku yang tak tega ini mengiyakan permintaannya untuk menemani ke acara bincang buku tersebut. Jujur saja, aku tidak terlalu excited, karena baru saja bertemu kak IB seharian dan agak lelah menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bogor dengan kereta. Bahkan saking lelahnya, baru saja duduk di dalam kereta yang berhenti di stasiun Tanah Abang, aku langsung terlelap pulas sampai stasiun Bogor (jarang banget seperti ini!).

Well… saat tiba, aku mulai menaksir-naksir interior rumah kata tersebut yang terkesan homey banget. Tidak ada tulisan identitas sedikit pun yang menandakan ada acara kepenulisan di sana, yaitu bincang buku. Agak shock juga ketika mendapati bahwa aku satu-satunya perempuan di sana, sementara lainnya (maaf) sudah bapak-bapak (berjiwa sangat muda). Lalu merasa asing, karena gaya bapak-bapak tersebut --sangat-santai-namun-pembicaraannya-serius-membuat-otakku-turbulensi-dengan-gaya-bicara-mereka—yang berbeda. Dalam keadaan merasa minor dan asing itu, aku gelisah. Mencoba menyelaraskan frekuensiku dengan mereka. Ugh.. sulit, pikir awalku. Maka cara teraman adalah diam saja dan sibuk live report ke grup komunitas kami. Merasa berada di tempat yang kurang tepat, hanya haqi dan kak IB yang mengingatkan akan keberadaanku di sana. Yess… lebay, Met! Hahaa…

But, itu ga berlangsung lama kok. Sekitar setengah jam kemudian datang ibu-ibu didampingi suaminya. Aku mulai memecah senyum, setidaknya bukan aku makhluk jelita satu-satunya di ruangan itu. Kikukku mencair dan aku mulai relaks. Tak lama acara pun dimulai. Daeng membukanya dengan cerita perkenalan beliau dengan kak IB. Lucu juga. Bapak-bapak itu lucu dengan semangat mereka yang patut diacungi jempol. Lalu berlanjut ke bincang buku “Kepulangan Kelima” kak IB, mulai dari behind the scene sampai akhirnya lahirlah karyanya yang masuk nominasi top ten Katulistiwa Literary Awards (KLAS 2013) itu. Tak berhenti di sana, acara berlanjut dengan tampilan musikalisasi puisi di buku tersebut oleh band mas Ari KPIN.

WOW! Aku yang belum membaca atau mendengarkan CD di buku kak IB tersebut mulai merinding. Sajak “merah padam wajahmu” di halaman 52 buku itu adalah tampilan pertama yang memukau. Setelahnya lebih memukau lagi! tapi menurutku pribadi, musikalisasi yang menggetarkan hatiku adalah “Negeri Kastanye”, lirik dan musikku WOW WOW bangetttt!! Puncaknya acara tersebut ditutup dengan kolaborasi mas Ari KPIN & band mengiringi Kak IB, Daeng Pabicara dan Pak Manov (Konsultan MK) membacakan puisi “Kepulangan Kelima”. Merinding abiss!!! Melihat tiga lelaki itu bersungguh-sungguh mengapresiasikan sebuah puisi. Mimik muka, intonasi, volume, iissh… bikin iri aku!

Eh..eh..ada momen lucu juga… sebelum kolaborasi itu. Awalnya pak Manov dan kak IB sudah membacakan gilirannya, lalu tibalah saat Daeng membaca puisinya. Ketika akan membuka mulut untuk membaca, dan tangan sudah berpose ke atas melayang di udara, tiba-tiba semua terhenti karena mendengar sesuatu. Saat itu bertepatan dengan azan isya. Kami pun tak mau durhaka pada Tuhan, secara refleks kami diam. Lalu itu menjadi awkward moment  bagi Daeng. Persiapannya yang matang langsung luruh karena terhenti di tengah jalan, lalu mukanya pun menjadi lucu, mendapati dia terkejut karena harus berhenti. Melihat ekspresi mukanya itu membuat kami langsung gerrr… ibarat kata kalau stand up comedy, itu adalah punch line-nya! So… kami menunggu azan isya selama 10 menit, barulah penampilan kolaborasi tersebut diulang lagi dari awal. Jauh lebih dahsyat! Hahaha…

You know what, B?

Aku merasa memasuki dunia baru sekaligus lama. Baru, karena bertemu dengan orang-orang yang terlampau jauh lebih dewasa secara usia namun bersemangat jauh lebih muda dariku. Lama, karena dulu aku pernah menjadi bagian itu. Yaa… di teater. Aku menggilai teater, seni dan sastra. Euphoria hari itu membawaku ke dalam pusara kenangan di TIM, Teater Kuningan, dan masa kecilku. Aah.. B, aku bisa segila itu dahulu, bebas lepas, walau tidak bagus mungkin. Tapi aku bahagia, pernah merasakan kehidupan seperti itu. Dalam kondisiku saat ini, aku menjadi amat sangat bersyukur. Hidupku dengan likunya dan ragam warna, menjadikanku manusia kaya. Mereka yang mengenalku setelah aku berhijab mungkin tidak akan percaya bagaimana gilanya aku dahulu. Hahaa… bahkan menuliskan ini saja membuat perutku terkocok dan visualisasi diriku seakan berada di hadapanku sekarang. Seperti hologram.

So, dari perjalanan kemarin… aku kembali belajar bersyukur. Aku mengenal banyak orang dan ragamnya. Life is so wonderful.

Jangan melulu putih, sesekali kita perlu tahu apa arti hadirnya hitam atau bahkan abu-abu. Namun putihmu tetap harus kau pegang. Itulah prinsip. (meta's quote)

Thanks B, telah mendengarkan kisahku.
Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget