Heyho B!
I have some interesting story to write on you beibh!
Kemarin, Minggu, 13 Oktober 2013
aku datang ke Rumah kata Indonesia di Bogor. Tepatnya semacam markas yang
didirikan Daeng Khrisna Pabicara dan kawan-kawannya di dekat kediamannya Bantar
Jati, Bogor. Lumayan dekat dari rumah keduaku. Sebenarnya aku tak tahu ada
acara bincang buku “Kepulangan Kelima” karya Kak Irwan Bajang. Aku mendapatkan
info ini dari kawan Genks, yaitu Haqi. Karena si haqi tidak dapat pergi ke
socmedfest dan merengek-rengek ingin bertemu dengan kak IB, maka aku yang tak
tega ini mengiyakan permintaannya untuk menemani ke acara bincang buku
tersebut. Jujur saja, aku tidak terlalu excited, karena baru saja bertemu kak
IB seharian dan agak lelah menempuh perjalanan dari Jakarta ke Bogor dengan
kereta. Bahkan saking lelahnya, baru saja duduk di dalam kereta yang berhenti
di stasiun Tanah Abang, aku langsung terlelap pulas sampai stasiun Bogor
(jarang banget seperti ini!).
Well… saat tiba, aku mulai
menaksir-naksir interior rumah kata tersebut yang terkesan homey banget. Tidak ada tulisan identitas sedikit pun yang
menandakan ada acara kepenulisan di sana, yaitu bincang buku. Agak shock juga ketika mendapati bahwa aku
satu-satunya perempuan di sana, sementara lainnya (maaf) sudah bapak-bapak
(berjiwa sangat muda). Lalu merasa asing, karena gaya bapak-bapak tersebut --sangat-santai-namun-pembicaraannya-serius-membuat-otakku-turbulensi-dengan-gaya-bicara-mereka—yang
berbeda. Dalam keadaan merasa minor dan asing itu, aku gelisah. Mencoba menyelaraskan
frekuensiku dengan mereka. Ugh.. sulit, pikir
awalku. Maka cara teraman adalah diam saja dan sibuk live report ke grup
komunitas kami. Merasa berada di tempat yang kurang tepat, hanya haqi dan kak
IB yang mengingatkan akan keberadaanku di sana. Yess… lebay, Met! Hahaa…
But, itu ga berlangsung lama kok. Sekitar setengah jam kemudian
datang ibu-ibu didampingi suaminya. Aku mulai memecah senyum, setidaknya bukan
aku makhluk jelita satu-satunya di ruangan itu. Kikukku mencair dan aku mulai
relaks. Tak lama acara pun dimulai. Daeng membukanya dengan cerita perkenalan
beliau dengan kak IB. Lucu juga. Bapak-bapak itu lucu dengan semangat mereka
yang patut diacungi jempol. Lalu berlanjut ke bincang buku “Kepulangan Kelima”
kak IB, mulai dari behind the scene sampai akhirnya lahirlah karyanya yang
masuk nominasi top ten Katulistiwa Literary Awards (KLAS 2013) itu. Tak berhenti
di sana, acara berlanjut dengan tampilan musikalisasi puisi di buku tersebut
oleh band mas Ari KPIN.
WOW! Aku yang belum membaca atau
mendengarkan CD di buku kak IB tersebut mulai merinding. Sajak “merah padam
wajahmu” di halaman 52 buku itu adalah tampilan pertama yang memukau. Setelahnya
lebih memukau lagi! tapi menurutku pribadi, musikalisasi yang menggetarkan
hatiku adalah “Negeri Kastanye”, lirik dan musikku WOW WOW bangetttt!! Puncaknya
acara tersebut ditutup dengan kolaborasi mas Ari KPIN & band mengiringi Kak
IB, Daeng Pabicara dan Pak Manov (Konsultan MK) membacakan puisi “Kepulangan
Kelima”. Merinding abiss!!! Melihat tiga lelaki itu bersungguh-sungguh
mengapresiasikan sebuah puisi. Mimik muka, intonasi, volume, iissh… bikin iri
aku!
Eh..eh..ada momen lucu juga…
sebelum kolaborasi itu. Awalnya pak Manov dan kak IB sudah membacakan
gilirannya, lalu tibalah saat Daeng membaca puisinya. Ketika akan membuka mulut
untuk membaca, dan tangan sudah berpose ke atas melayang di udara, tiba-tiba
semua terhenti karena mendengar sesuatu. Saat itu bertepatan dengan azan isya. Kami
pun tak mau durhaka pada Tuhan, secara refleks kami diam. Lalu itu menjadi awkward moment bagi Daeng. Persiapannya yang matang langsung
luruh karena terhenti di tengah jalan, lalu mukanya pun menjadi lucu, mendapati
dia terkejut karena harus berhenti. Melihat ekspresi mukanya itu membuat kami
langsung gerrr… ibarat kata kalau
stand up comedy, itu adalah punch line-nya!
So… kami menunggu azan isya selama 10 menit, barulah penampilan kolaborasi
tersebut diulang lagi dari awal. Jauh lebih dahsyat! Hahaha…
You know what, B?
Aku merasa memasuki dunia baru
sekaligus lama. Baru, karena bertemu dengan orang-orang yang terlampau jauh lebih
dewasa secara usia namun bersemangat jauh lebih muda dariku. Lama, karena dulu aku pernah menjadi
bagian itu. Yaa… di teater. Aku menggilai teater, seni dan sastra. Euphoria hari
itu membawaku ke dalam pusara kenangan di TIM, Teater Kuningan, dan masa
kecilku. Aah.. B, aku bisa segila itu dahulu, bebas lepas, walau tidak bagus
mungkin. Tapi aku bahagia, pernah merasakan kehidupan seperti itu. Dalam kondisiku
saat ini, aku menjadi amat sangat bersyukur. Hidupku dengan likunya dan ragam
warna, menjadikanku manusia kaya. Mereka yang mengenalku setelah aku berhijab
mungkin tidak akan percaya bagaimana gilanya aku dahulu. Hahaa… bahkan
menuliskan ini saja membuat perutku terkocok dan visualisasi diriku seakan
berada di hadapanku sekarang. Seperti hologram.
So, dari perjalanan kemarin… aku kembali
belajar bersyukur. Aku mengenal banyak orang dan ragamnya. Life is so wonderful.
Jangan melulu putih, sesekali
kita perlu tahu apa arti hadirnya hitam atau bahkan abu-abu. Namun putihmu
tetap harus kau pegang. Itulah prinsip. (meta's quote)
Thanks B, telah mendengarkan
kisahku.
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment