Ketika jenuh mulai merajaimu, maka travelinglah! –Meta-
Sebelum membaca ini, ketahuilah
tulisan ini bersifat sangat subjektif. Jadi jangan menyesal ketika membacanya,
heheh.
Ini kepepet, dipaksa, lalu
didukung oleh semesta, maka terjadilah sebuah perjalanan hebat bagi seorang
Meta yang biasanya hanya jadi anak manis di rumah (Kata siapa lo manis, Met !?L). Bersama Ka Oche
(pakar travelling), Chatel & Eja (Pengompor kelas berat), saya digoda untuk
bersilahturrahim ke Merlion. Perjalanan ini sungguh dadakan. Tidak sampai
sebulan persiapannya. Bahka hal terlucu adalah, saking inginnya jalan-jalan
bersama ke Singapura, ka oche sudah membooking terlebih dahulu tiket pulang. Lah,
berangkat aja belom tahu kapan, udah beli tiket pulang! *tepok jidat nyamuk*
Tapi saya berterima kasih sekali
pada tiga orang tersebut. Tanpa kenekatan mereka, mungkin saya baru akan
merasakan naik pesawat di bulan Mei 2014 (Insyaa allah, kita menjelajah
Malaysia *okesip*). Bermodalkan uang 500 ribu rupiah yang ditukarkan ke dalam
dolar singapura hanya dapat 54 dolar (kurs beli 9.150), itu pun masih ngutang
biaya penginapan dan tiket pesawat PP! berangkatlah kami seusai kerja di hari
Jumat, lalu menaiki bus Damri dari blok M ke Bandara Soetta. Pesawat yang kami
naiki berangkat pukul 21. 35 WIB dan terjadwal tiba di bandara Changi, Terminal
satu pukul 00.30. WOW!! Itu kesan pertama saya naik pesawat pertama kali. Seruu…
tapi 20 menit setelahnya saya lebih asyik tertidur (maklum, jam tidur saya
biasanya pukul 21..00 WIB).
Sesampainya di Terminal satu
Changi, kami tidak langsung menuju hostel. Kami menginap di bandara karena kami
baru dapat jatah check in ke hostel pukul 3 sore waktu setempat (perbedaan
waktu Singapura lebih cepat 1 jam dari Jakarta). Bandara Changi begitu nyaman,
berbeda sekali dengan bandara Soetta. Di sana bersih, nyaman, petunjuk-petunjuk
begitu jelas dan sangat memanjakan siapa pun yang berada di sana. Ketika kami
sedang asyik-asyik terlelap di kursi yang panjang dan nyaman, sekitar pukul 3
pagi, kami dibangunkan oleh petugas imigrasi Singapura. Ternyata tidak boleh
tidur di tempat itu, ada tempat khusus di ruang tunggu setelah kami lapor
imigrasi. Maka kami pun lapor kedatangan, lalu bergegas menuju tempat yang
dimaksud. Tapi ternyata tempat itu kursinya tidak nyaman untuk kami tiduri. Seperti
kursi bus, bukan sofa yang tadi begitu empuk… jadi kami menunggu pagi dengan
tidur-tidur ayam.
Pukul 6 pagi di sana, masih sangat
gelap. Dan untuk salat, ternyata agak sulit menemukan musholla atau pun masjid,
karena di sana mayoritas non muslim. Oh ya, untuk kamar mandi pun kebanyakan
pakai tisu, tidak ada air. Hal ini membuat saya agak sedikit risih, maklum
orang Indonesia (terlebih di Bogor) biasa beristinja dengan air yang berlimpah
bukan? Heheh…
Menanggapi hal tersebut, maka
kami berinisiatif langsung menuju hostel. Walau pun belum dapat check in,
setidaknya dapat menumpang salat dan menaruh barang sebelum mengeksplor negeri
Singa itu. Lalu kami pun berangkat menuju terminal 3 dengan menaiki sky train. Waahh…
seruuu… di sana begitu otomatisasi dan terdigitalisasi dengan baik. Moda
transportasinya begitu tepat waktu. Membuat saya iri dan membayangkan kapan
Indonesia dapat tertib dan disiplin seperti di sana. Bahkan ketika menaiki MRT
menuju hostel, saya mengamati baik di jalur bawah tanah atau pun atas tanah,
jalanannya begitu bersih. Saya curiga, jangan-jangan itu jalan disapu dan dipel
tiap hari! (Huuuu…. Meta lebay!) Hahahah..
Hmm… sebenarnya masih banyak yang
mau dituangkan. Tapi segini dulu deh, masih jetlag dan jam menunjukkan pukul
setengah dua pagi. Saya ngantuk sekali, besok kerja pagi. Soo… see you, B!
Meta morfillah
Metaaaaaaa, ini backpacking atau ada urusan disana? aku nemuin blog ini dari goodreads, dan tiba2 aku suka mbacanya. ahiya, mari berteman :)
ReplyDeleteRegards
Aya
Hai Aya,
ReplyDeleteIni murni backpackeran kok. Saking jenuhnya di kantor, kita nekad jalan-jalan ke Singapura karena tiket pesawatnya lumayan murah dibanding dalam Indonesia (T____T).
Senang mendengar komentarmu, selamat berteman :)