Pages

04 October, 2013

[FF] Dua orang asing di stasiun


Mereka berkenalan di stasiun. Setelah sang lelaki tertangkap basah memandangi wanita itu. Kereta tujuan mereka sama, menyebabkan waktu berbincang mereka semakin panjang. Sang lelaki turun di sua stasiun sebelum stasiun terakhir, di mana stasiun terakhir adalah stasiun tujuan sang wanita. Namun sejak pertemuan kedua di stasiun, sang lelaki merelakan mengantar sang wanita hingga ke rumahnya. Lalu pulang menaiki bus menuju rumahnya setelah memastikan sang wanita baik-baik saja.

Usia mereka mendekati paruh baya. Sama-sama pernah mencintai dan dicintai. Sakit hati dan menyakiti. Terlebih untuk sang wanita, telah lama ia tak mempercayai lelaki untuk hadir di hidupnya. Telah lama ia tak meyakini akan cinta untuk hadir di hidupnya. Firasatnya mengatakan demikian. Itulah sebab wanita itu bergabung dengan sebuah perkumpulan bernama “Firasat”, di mana anggotanya adalah orang-orang yang merasakan sebuah keistimewaan karena firasat mereka akan suatu hal yang belum terjadi selalu tepat. Kegiatan perkumpulan yang menyebabkan ia harus menaiki kereta api dan bertemu dengan sang lelaki.

**

“Aku memiliki sebuah firasat, bahwa dia tidak akan bertahan lama dan pada akhirnya akan meninggalkanku juga.” Kata sang wanita berkata pada salah satu teman dekatnya di perkumpulan Firasat.

“Lalu? Mengapa tak kau tinggalkan ia segera? Bukankah firasatmu jauh lebih tepat dibandingkan firasat kami di sini?”

“Aku merasa nyaman dengan kehadirannya. Untuk kali pertama ini, aku ingin mencoba menentang firasatku. Aku ingin mengubah takdir.”

“Wow… kau hebat. Semoga kau beruntung!”

“Tapi…. Hatiku tidak tenang. Aku merasakan sesak dalam dadaku. Masih ada kenangan dan jejaknya yang membuatku tak pernah percaya bahwa nyaman ini memang untukku.”

“Kalau begitu, menulislah di dinding firasat. Semoga itu dapat mengusir resahmu.”

“Baiklah… akan kucoba. Terima kasih, Elora.”

Selesai pertemuan, wanita itu menuliskan segala keresahan hatinya di dalam surat yang terpajang kemudian di dinding firasat. Setelah menulis, sang wanita merasa tenang dan siap membuka hatinya pada sang lelaki, karena segala keraguan akan lelaki itu ia tinggalkan bersama surat tersebut.
**

Sudah seminggu sang lelaki tak menghubunginya. Hal itu sangat aneh, mengingat mereka berdua sangat intens berkomunikasi sebelumnya. Hal itu terjadi semenjak sang wanita memajang surat keresahannya di dinding Firasat. Sang wanita bingung, tapi ia tak mau terlihat menaruh harapan pada sang lelaki. Maka ia mencoba melupakan segala kenangan dengan lelaki itu. Mengubur kembali perasaannya, dan berjanji untuk lebih mendengarkan firasatnya saja. Ia terjebak.
**

Seminggu yang lalu, sang lelaki mengantarkan salah satu temannya ke sebuah pertemuan. Di pertemuan itu, ia tertarik dengan tulisan-tulisan yang terpajang di salah satu dinding dengan ornamen indah bertuliskan “Dinding Firasat”. Saat ia asyik mengamati ornament dinding itu, tak sengaja ia menemukan sebuah tulisan dengan nama seorang wanita yang menggelitik hatinya. La vie. Nama wanita yang sedang ia dekati. Rasa ingin tahunya membuncah, dan ia merasa yakin bahwa itu adalah La vie-nya. Lalu ia teringat, memang La vie sering ke daerah ini untuk sebuah pertemuan bernama Firasat. Ia bertanya pada temannya, apakah temannya mengenal La vie-nya. Sayang sekali, La vie telah pulang setelah menulis di dinding firasat. Ternyata mereka tidak berjodoh untuk bertemu.

Lalu lelaki itu kembali menuju dinding firasat dan membaca tulisan La vie. Ia tersentak. Ia merasa kecewa. Dalam pandangannya setelah membaca surat itu, La vie tidak pernah menganggap dirinya serius, dan seperti menilai dirinya. Ia tidak suka itu ia tidak suka perasaan La vie yang terlalu cepat menilainya. Maka, ia memutuskan untuk memindahkan hatinya ke wanita lain dan berhenti menghubungi La vie.
**

Dua minggu kemudian di stasiun, mereka kembali bertemu. Namun kali ini tiada sapa. Mereka asyik tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Sama-sama kecewa. Dan kembali menjadi dua orang asing di sebuah stasiun. Seperti sebuah rel kereta, mereka memiliki banyak keselarasan, namun tak ditakdirkan untuk bersatu.
**

By: meta morfillah
Inspire from: cerpen yeti aka “di kantor pos”, dan cerpen dee “firasat”

No comments:

Post a Comment

Text Widget