Sabtu, 26 Des 2013
Yeey… ini adalah pagi pertama saya di Singapura. Saat di
bandara, kami berempat sudah merancang rundown perjalanan untuk seharian. Setelah
menaruh barang di hostel, kami memulai perjalanan. Namun karena ada titipan
dari Jakarta untuk tante Eja yang sudah mengubah kewarganegaraan menjadi WN
Singapura (dan sudah belasan tahun tidak bertemu), maka kami menemani Eja untuk
memberikan titipan itu dahulu pada tantenya. Kami membuat janji untuk bertemu
di depan masjid sultan, yang berjarak tidak begitu jauh dari hostel kami. Saat Eja
menemui tantenya, kami (Chatel, Ka oche, dan saya) asyik berpose di sudut yang
menurut kami menarik.
Kemudian Eja memanggil kami untuk bertemu dengan tantenya.
Lalu kami diajak makan siang dan ditraktir oleh tantenya Eja. Tentu kami senang
sekali, menghemat beberapa dollar untuk perjalanan yang masih panjang, hahaa. Tantenya
Eja sempat memberitahukan betapa mahalnya biaya hidup di Singapura. Gaji terendah
adalah 800 dolar (kalkulasikan dengan kurs jual beli saat itu 1 dolar= Rp 9.300.
Lumayan besar kalau bagi kita orang Indonesia), namun untuk sewa apartemen saja
bisa 300 dolar, itu pun belum termasuk listrik dan air. Yaa.. untuk menjadi
orang kaya di sana adalah suatu kehebatan bila kamu memiliki rumah dan mobil. Mengapa?
Karena rumah sangat jarang & mahal, begitu pun mobil, pajaknya begitu
besar.
Setelah makan, kami diajak ke Orchard. Kami pikir, tantenya
Eja hanya ingin pulang bareng naik MRT ke arah Jurong (rumahnya) yang searah
dengan Orchard. Namun ternyata tidak. Kami benar-benar ditemani beliau
seharian. Bahkan saat membeli es potong seharga satu dolar di depan
takashimaya, tantenya kembali mentraktir kami. Hal itu membuat kami tidak enak
dan kasihan sama tantenya Eja. Maka di depan istana (city hall), kami
memutuskan untuk berpisah. Tapi tidak lama, karena kami kembali bertemu di MRT
Raffless Place, lalu kami berjalan kaki ke Merlion. Udara begitu terik dan
panasnya luar biasa. Begitu kering!
Lalu kami kembali sibuk berfoto ria di hadapan Merlion. Setelah
itu, kami langsung bosan dan merasa lelah. Akhirnya kami berpisah lagi. Eja dan
tantenya menuju rumah tantenya di Jurong, sedangkan kami menuju hostel di
Alliwal street. Malamnya kami berencana ke Mustafa untuk membeli oleh-oleh,
maka kami habiskan waktu untuk beristirahat dan menunggu Eja kembali ke hostel.
Kami asyik tertidur hingga pukul 8 malam. Lalu tak lama Eja datang, dan kami
berangkat ke Mustafa pukul 9 malam. Kali ini kami mencoba naik bus, karena bosan
menaiki MRT. Tapi kami salah turun, kurang satu halte. Dan kami jalan mencapai
Mustafa yang berjarak lumayan. Benar-benar sehat hidup di Singapura ini! Dikit-dikit
jalan, hahaha.
Sampai di mustafa sekitar pukul 10 dan kami asyik memilih
oleh-oleh coklat. Saya hanya diam melihat kekalapan Eja dan Chatel yang membeli
coklat begitu banyak, walau pun bebrapa di antaranya adalah titipan. Benar-benar
mereka itu, pakar belanja! Hahah.. mantap bro & sis! Seusai belanja, kami
makan martabak di kawasan Little India hingga pukul 12 malam. MRT & bus yang
menuju kawasan hostel kami sudah tidak beroperasi, dan ini adalah perjalanan
pulang terdahsyat. Kami berjalan agak jauh untuk memenangkan sebuah taksi. Kau tahu?
Taksi begitu banyak, namun saingan pun lebih banyak! Kami sudah seperti joki
jalanan yang mengacung-acungkan tangan dan berebut taksi. Alhamdulillah…
akhhirnya kami berhasil naik taksi! Biayanya 7 dolar 70 sen, itu pun hanya
sampai gang depan hostel saja. Kami tetap harus berjalan (yang lumayan jaraknya
dengan membawa kantong belanjaan yang semakin berat) di malam hari yang sepi. Setibanya
di hostel, kami semua tepar!
Cerita esok harinya dilanjut esok yaa… saya mau kerja dulu. Babaaayyy…
With love,
Meta
morfillah
bwakakakakakaakk......
ReplyDeleteasli gw ngakak klo inget itu perjalanan......
semoga kita bisa ngebolang bareng lagi ya.....