Pages

29 October, 2013

From Monas to Merlion (part 2)

Sabtu, 26 Des 2013

Yeey… ini adalah pagi pertama saya di Singapura. Saat di bandara, kami berempat sudah merancang rundown perjalanan untuk seharian. Setelah menaruh barang di hostel, kami memulai perjalanan. Namun karena ada titipan dari Jakarta untuk tante Eja yang sudah mengubah kewarganegaraan menjadi WN Singapura (dan sudah belasan tahun tidak bertemu), maka kami menemani Eja untuk memberikan titipan itu dahulu pada tantenya. Kami membuat janji untuk bertemu di depan masjid sultan, yang berjarak tidak begitu jauh dari hostel kami. Saat Eja menemui tantenya, kami (Chatel, Ka oche, dan saya) asyik berpose di sudut yang menurut kami menarik.

Kemudian Eja memanggil kami untuk bertemu dengan tantenya. Lalu kami diajak makan siang dan ditraktir oleh tantenya Eja. Tentu kami senang sekali, menghemat beberapa dollar untuk perjalanan yang masih panjang, hahaa. Tantenya Eja sempat memberitahukan betapa mahalnya biaya hidup di Singapura. Gaji terendah adalah 800 dolar (kalkulasikan dengan kurs jual beli saat itu 1 dolar= Rp 9.300. Lumayan besar kalau bagi kita orang Indonesia), namun untuk sewa apartemen saja bisa 300 dolar, itu pun belum termasuk listrik dan air. Yaa.. untuk menjadi orang kaya di sana adalah suatu kehebatan bila kamu memiliki rumah dan mobil. Mengapa? Karena rumah sangat jarang & mahal, begitu pun mobil, pajaknya begitu besar.

Setelah makan, kami diajak ke Orchard. Kami pikir, tantenya Eja hanya ingin pulang bareng naik MRT ke arah Jurong (rumahnya) yang searah dengan Orchard. Namun ternyata tidak. Kami benar-benar ditemani beliau seharian. Bahkan saat membeli es potong seharga satu dolar di depan takashimaya, tantenya kembali mentraktir kami. Hal itu membuat kami tidak enak dan kasihan sama tantenya Eja. Maka di depan istana (city hall), kami memutuskan untuk berpisah. Tapi tidak lama, karena kami kembali bertemu di MRT Raffless Place, lalu kami berjalan kaki ke Merlion. Udara begitu terik dan panasnya luar biasa. Begitu kering!



Lalu kami kembali sibuk berfoto ria di hadapan Merlion. Setelah itu, kami langsung bosan dan merasa lelah. Akhirnya kami berpisah lagi. Eja dan tantenya menuju rumah tantenya di Jurong, sedangkan kami menuju hostel di Alliwal street. Malamnya kami berencana ke Mustafa untuk membeli oleh-oleh, maka kami habiskan waktu untuk beristirahat dan menunggu Eja kembali ke hostel. Kami asyik tertidur hingga pukul 8 malam. Lalu tak lama Eja datang, dan kami berangkat ke Mustafa pukul 9 malam. Kali ini kami mencoba naik bus, karena bosan menaiki MRT. Tapi kami salah turun, kurang satu halte. Dan kami jalan mencapai Mustafa yang berjarak lumayan. Benar-benar sehat hidup di Singapura ini! Dikit-dikit jalan, hahaha.

Sampai di mustafa sekitar pukul 10 dan kami asyik memilih oleh-oleh coklat. Saya hanya diam melihat kekalapan Eja dan Chatel yang membeli coklat begitu banyak, walau pun bebrapa di antaranya adalah titipan. Benar-benar mereka itu, pakar belanja! Hahah.. mantap bro & sis! Seusai belanja, kami makan martabak di kawasan Little India hingga pukul 12 malam. MRT & bus yang menuju kawasan hostel kami sudah tidak beroperasi, dan ini adalah perjalanan pulang terdahsyat. Kami berjalan agak jauh untuk memenangkan sebuah taksi. Kau tahu? Taksi begitu banyak, namun saingan pun lebih banyak! Kami sudah seperti joki jalanan yang mengacung-acungkan tangan dan berebut taksi. Alhamdulillah… akhhirnya kami berhasil naik taksi! Biayanya 7 dolar 70 sen, itu pun hanya sampai gang depan hostel saja. Kami tetap harus berjalan (yang lumayan jaraknya dengan membawa kantong belanjaan yang semakin berat) di malam hari yang sepi. Setibanya di hostel, kami semua tepar!

Cerita esok harinya dilanjut esok yaa… saya mau kerja dulu. Babaaayyy…

With love,
Meta morfillah

1 comment:

  1. bwakakakakakaakk......
    asli gw ngakak klo inget itu perjalanan......
    semoga kita bisa ngebolang bareng lagi ya.....

    ReplyDelete

Text Widget