SEBAB MEKARMU HANYA SEKALITelah puas kau jagaMekarnya kuntum nan dinantiWangi bertabur sari maduPesona bening takkan pernah tergantiIlalang iri belalang dan kumbang menantiHari ini, waktu telah mengantarmu pada kedewasaan yang begitu mempesona. Masa berganti rupa dan usia menapak dewasa. Tak terasa, kau telah tumbuh menjadi seorang wanita. Di depan sana, gerbang dunia luar yang terbuka lebar-lebar telah siap menyambutmu dengan segenap kegenitan serta gemerlap yang menggoda. Sungguh, melepaskanmu di tengah masyarakat yang begitu awam terhadap syariat Islam, selalu membuatku bimbang.
Menyadari bahwa taring-taring tajam kehidupan yang menganga itu selalu siap menerkammu, memaksaku untuk sekali lagi mengingatkanmu. Tapi kau pun harus tetap melangkah ke depan. Oleh sebab itu, dengarkanlah pesanku, wahai putri tercinta! Perhatikanlah segala fenomena di sekelilingmu yang bisa membuatmu kalah oleh kehidupan.
Sudahkah kau menyadarinya?"Setelah meninggal dunia, aku tidak meninggalkan fitnah (ujian) yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada masalah wanita." (HR. al-Bukhari, no. 4808 dan Muslim, no. 2740, 2741)Lihatlah...! Betapa ternyata kalian semua, para wanita sepertimu itu, adalah sebuah permasalahan yang harus disikapi secara sangat hati-hati oleh kaum pria. Dan tentu saja, kondisi ini pun menuntut konsistensi sikapmu agar benar-benar mampu menempatkan diri pada posisi yang semestinya.Dengan penampilan pesona performa fisikmu, serta kecenderungan untuk selalu memperlihatkan kecantikan pada orang lain, maka sudah selayaknya, kaum sepertimu memiliki jalan keluar yang aman, sehingga dapat terhindar dari fitnah yang telah diperingatkan itu. Wahai putriku tersayang, Sungguh! Jangan pernah sekali-kali kau terperosok pada jalan yang hanya mengeksploitasi pesona dan kecantikanmu sebagai sarana setan untuk men-jerumuskan dirimu sendiri atau bahkan orang lain ke dalam neraka Jahanam.
Na'udzubillah!
Itu adalah sebagian cuplikan dari
e-book “Sebab Mekarmu Hanya Sekali”, sebuah surat yang dituliskan seorang ayah
pada anaknya. Sungguh tepat frasanya, tanpa menggurui. Kenyataan ini pulalah
yang menyedihkan. Mungkinkah seandainya bapak masih hidup beliau akan
menasihatiku seperti ini? Aah… betapa merindunya aku akan nasihat seorang bapak.
Mamaku pernah berkata baru-baru
ini, menyikapi usiaku yang beranjak dewasa dan lelaki di sekitarku yang semua
diketahui oleh mama, “Met, kamu sedang cantik-cantiknya. Tapi selalu ingat,
kamu itu wanita, bisa jadi fitnah. Laki-laki bebas memilih wanita mana yang ia
sukai. Berkali ia bergonta-ganti, lalu dibuangnya yang sudah dihisap sarinya. maka
kamu sebagai wanita, segala penentuan ada di tanganmu. Jangan sekali-kali mudah
tergoda rayuan. Banyaklah berdoa, meminta hatimu dijaga… sebab hati sangat
mudah dibolak-balikkanNya.”
Yaa… kadang hal sederhana,
menjadi sulit dicari di jaman ini. Seperti menikah tanpa pacaran, orang dulu
banyak yang seperti itu, langgeng hingga akhir hayat, tidak memusingkan materi
dan segala persiapan mapan yang membuatmu lama-lama makan papan toh!? Tapi malah
kebanyakan memilih jalan berliku, pacaran, lalu putus, pedekate lagi, jadian,
putus lagi. Sampai akhirnya merasa tidak ada yang pas, lalu memilih menyimpang
atau sendiri selamanya. Hei… ini hati, bukan minyak angin yang bisa
dicoba-coba.
Menjadi sederhana… mengapa begitu
sulit?
Menjadi gemerlap… mengapa begitu
mudah?
Dunia sudah terbalik!
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment