Pages

06 October, 2013

Dear D, Penyala semangat menulisku


Dear D,
Penyala semangat menulisku..
 
Surat ini kutujukan untukmu, bukan karena aku kehabisan ide untuk siapa lagi surat rindu ini akan kutujukan (walau itu adalah salah satu alasan). Tapi sungguh, surat ini mampu membangkitkan rasa rinduku padamu. Rindu masa-masa kita berbagi dunia, dari sebuah buku lalu berkembang ke tulisan di masa menuntut ilmu dahulu. Ternyata itulah cikal bakal kecerewetan jemariku di dunia cyber ini (blogging). Yaa… sekarang ini, jemariku yang ada sepuluh, jauh jauh jaauuuhhh lebih cerewet dibandingkan mulutku yang hanya ada satu.

Kau yang menaikkan derajat bacaanku dari teenlit & metropop menjadi filsafat, edukasi humaniora, dan sastra. Goenawan Muhammad dengan catatan pinggirnya, Mohammad Natsir dengan kapita selekta, Eiji yoshikawa dengan taiko dan musashinya, dunia sophie, chairil anwar, dan lainnya. Dulu aku sempat marah dan kesal ketika kau menjejaliku dengan buku-buku berat dan bahasa yang tak kumengerti itu. Terlebih kau ingat tidak? Ketika kau memaksaku membaca buku TAIKO dan MUSASHI yang setebal alaihim itu dan bahasanya ada sastra klasik jepang (semacam puisi) dalam waktu sehari! Ditambah itu sedang musim UTS atau UAS gitulah. Hebatnya, kau berhasil membuatku penasaran dan begadang membaca buku itu tepat waktu! Wow… tanpa mengganggu nilai UTS/UASku. TERIMA KASIH banget looh D, (saat menuliskan ini, rasanya pengen banget toyor-toyor palamu! Hehe).

Lalu perlahan, kau mengajakku menulis puisi, berlanjut ke notes-notes Facebook. Setiap hari kita menulis, saling mengomentari. Puisiku receh, biasa, alay ala gadis-gadis kuliahan. Puisimu tajam, visioner, setingkat presiden memikirkan rakyatnya bahkan meluas hingga ke palestina. Aku merangkak mengikuti cara berpikirmu. Kau sungguh objek dan subjek yang menarik. Luasnya wawasanmu kau bagikan melalui tulisan, padahal dalam keseharian kau diam. Kini, aku pun menjelma seperti itu. Aku akhirnya tahu, mengapa kau seperti itu dan terkadang terlihat ingin diam saja tanpa mau memperlihatkan wawasanmu yang luas itu. Ternyata ada masanya, ada kapasitasnya, ada tujuannya, aku banyak belajar darimu.

Namun sejak aku meninggalkan dunia ilmu dan kita jarang bertemu, aku tak tahu lagi kabarmu. Bolehkah aku bertanya, “Apa kabarmu, D?”.

Salam rindu,
Meta morfillah

2 comments:

Text Widget