Bintang..
Bilakah ia sama terlihat hanya
kerlap-kerlipnya saja, bahkan sering kita abai?
Hingga penelitian luar angkasa, membuktikan
bintang jauh lebih besar rupanya dibandingkan bumi kita tercinta.
Matahari..
Bilakah ia sama tampaknya hanya sepijar bulat
kuning menggantung di langit sana?
Hingga terbukti, ialah pusat tata surya kita.
Tak sombong, tak mengaku, bahwa ia lebih hebat daripada kita, dan bumi kita tercinta.
Bulan..
Bilakah ia sama rupanya lingkaran putih yang
kadang berubah sabit, perbani, dan pucat?
Hingga kita tahu ukuran sebenarnya dan
kesetiaannya mengiringi bumi.
Demikianlah keterbatasan indera kita..
Tak selamanya yang terlihat hanya ‘sebatas’
potensi terlihat saja.
Kadang, ia menjelma raksasa tersembunyi dalam
raga sekecil yang tampak.
Bila momentum itu tiba, barulah ia perlihatkan
keajaiban itu.
Namun bukan hasil menanti. Menanti momentum.
Melainkan keajaiban lahir dengan memupuk kekonsistenan diri. Matahari, bintang
dan bulan acuh dianggap ‘biasa’ dan tetap melakukan pekerjaan ‘besarnya’ yang
tampak ‘kecil’ bagi kita. Hanya sekedar menghias langit. Namun bila mereka
tiada, jangan harap kita pun ada.
No comments:
Post a Comment