Pages

01 October, 2013

Menghargai yang tampak apa adanya



Bintang..
Bilakah ia sama terlihat hanya kerlap-kerlipnya saja, bahkan sering kita abai?
Hingga penelitian luar angkasa, membuktikan bintang jauh lebih besar rupanya dibandingkan bumi kita tercinta.

Matahari..
Bilakah ia sama tampaknya hanya sepijar bulat kuning menggantung di langit sana?
Hingga terbukti, ialah pusat tata surya kita. Tak sombong, tak mengaku, bahwa ia lebih hebat daripada kita, dan bumi kita tercinta.

Bulan..
Bilakah ia sama rupanya lingkaran putih yang kadang berubah sabit, perbani, dan pucat?
Hingga kita tahu ukuran sebenarnya dan kesetiaannya mengiringi bumi.

Demikianlah keterbatasan indera kita..
Tak selamanya yang terlihat hanya ‘sebatas’ potensi terlihat saja.
Kadang, ia menjelma raksasa tersembunyi dalam raga sekecil yang tampak.
Bila momentum itu tiba, barulah ia perlihatkan keajaiban itu.
Namun bukan hasil menanti. Menanti momentum. Melainkan keajaiban lahir dengan memupuk kekonsistenan diri. Matahari, bintang dan bulan acuh dianggap ‘biasa’ dan tetap melakukan pekerjaan ‘besarnya’ yang tampak ‘kecil’ bagi kita. Hanya sekedar menghias langit. Namun bila mereka tiada, jangan harap kita pun ada.

No comments:

Post a Comment

Text Widget