Seperti, Tuhanlah yang menciptakan kita berbangsa-bangsa agar
saling mengenal (begitu tertulis dalam firmanNya). Namun bila pada
akhirnya kita tak saling mengenal dengan baik, bagaimana? Apakah itu murni
kesalahan kita yang tidak mau mengenal atau terlalu sibuk untuk saling
mengenal? Dan bukan hal yang mengherankan, bila dalam pencarian makna hidup ini
saya terkadang merasakan keraguan pada Tuhan.
Pernah saya merasakan kecewa.
Mungkin pada dasarnya kekecewaan terhadap diri sendiri. Terkadang, bila ada
sesuatu yang sudah saya upayakan maksimal, yang bila menurut teori seharusnya
berhasil, namun tidak dalam realitanya. Pengalihan (atau mungkin alibi?) saya
adalah mungkin ada alasan di baliknya. Mungkin Tuhan belum mengijinkannya.
Sedang batin saya mencari-cari (dengan kurang ikhlas) apa kesalahan yang saya
buat.
Saat seperti ini, sering saya teringat pada Ibrahim yang mempertanyakan
Tuhannya. Saya apresiasi sekali padanya. Hebatnya ia. Berhasil menemukan
jawaban atas pertanyaan yang mendasar dalam fitrah manusia. Saya ingin dalam
beragama, bertuhan, itu atas dasar kesadaran bukan keturunan ataupun
ikut-ikutan. Bukan karena takut berbeda.
Entahlah, pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab itu (atau
mungkin memang tidak diperlukan sebuah jawaban!) membatin dalam otak saya.
Hakikat manusia mencari kesejatian, karena sejatinya manusia makhluk yang mudah
bosan dalam kesemuan. Dan semoga Tuhan mengampuni saya.
Karena bertanya tidak membuatmu berdosa, bukan begitu tuhan?
-sekedar tulisan, tanpa premis ataupun konklusi-
Meta morfillah
No comments:
Post a Comment