Pages

19 October, 2013

Bincang 2 sisi: P.L.A.Y.B.O.Y



Menarik sekali membicarakan tentang manusia, khususnya hubungan pria dan wanita.  Di sela pekerjaan yang menumpuk seperti rinduku padamu, aku sempat menguak pendapat lelaki seniorku di kantor. Berbincang tentang hubungan pria dan wanita dari sudut pandangnya. Kira-kira seperti ini…

“Kak, kakak kalau dikatain playboy marah ga?”

“Playboy? Atas dasar apa dulu kamu ngatainnya? Coba kita samakan persepsi dulu, apa definisi playboy menurut kamu?”

“Playboy itu lelaki yang suka tebar pesona atau menjalin hubungan ke beberapa cewek dalam waktu bersamaan, “

“Ooh.. playboy versiku beda, Met. Kalau menurutku, playboy itu adalah lelaki yang memanfaatkan wanitanya. Kalau playboy versi kamu, selama lelaki itu tidak mengambil manfaat dan merugikan wanitanya, serta wanitanya tidak merasa dirugikan maka bukan playboy namanya.”

“Maksudnya?”

“Gini, misalnya kayak aku sekarang punya wanita masing-masing di tempat yang berbeda. Tapi kalau lagi jalan sama yang satu ya aku fokus ke yang satu. Kamu adalah milik pasanganmu yang sedang bersamamu. Lalu wanita yang satunya misalnya tajir, tapi gak lantas kamu memacarinya agar bisa dibiayai terus sama dia.”

“Hmm… tapi itu kan kesannya mempermainkan hati sang wanita, Kak. Apa kakak gak takut karma? Mungkin bukan ke kakak, tapi ke orang yang kakak sayangi nantinya, seperti anak gitu?”

“Takut sih, Met. Bahkan aku udah pernah ngerasain karma itu sendiri. Tapi yaa itu risiko. Dan kayaknya itu harus kamu tanyakan ke wanitaku deh, Met. Kamu wawancarai mereka, riset, kenapa mereka mau sama aku. Padahal udah jelas-jelas reputasiku dikenal player dan mereka tahu hubunganku dengan wanita lainnya.”

“….”

“Lagipula Met, lebih baik kamu bertemu lelaki yang seperti itu. Sudah puas menjelajahi dan merasakan cinta, jadi ketika menikah mereka pun sudah capek sendiri dan lelah untuk bermain-main. Ini bukan sekadar omonganku aja loh ya, tapi berdasarkan pengakuan lelaki lain, kakakku, teman-temanku yang sudah menikah padahal dulunya lebih player daripada aku. Karena semua lelaki itu pasti akan mengalami fase bajingan dan budiman. Lebih baik bajingan di awal lalu dia merasakan dampaknya dan jadi budiman. Daripada kamu dapat manisnya di awal lalu di akhir disiakan.”

“Iya sih ka, aku pun sempat bingung sama almarhum bapakku dulu. Ketika kakakku membawa pacarnya yang terlihat alim, beliau tidak setuju. Tapi ketika melihat pacar teman kakakku yang urakan, beliau malah bilang ‘itu lelaki bagus tuh. Bakal jadi orang dia.’ Padahal aku liatnya malah jelek. Aneh yaa pemikiran lelaki, Kak!”

“Wajar Met. Seorang bapak kan pernah jadi lelaki juga di masa mudanya. Kalau anak kalem, baik-baik tapi palsu bakal kebaca sama bapaknya. Mungkin pacar kakakmu itu keliatan fake, baiknya cuma di depan bapakmu. Gak tahu di belakangnya. Beda sama yang pacar teman kakakmu, dia urakan, ketemu sama bapak cuek aja, tetap dengan gayanya. Berarti dia sudah punya identitas jelas dan menunjukkan apa adanya dirinya. Gak ada yang ditutup-tutupi.”

“Ohh.. gitu ya kak. Maklum aku ga ngerti karena aku kehilangan sudut pandang lelaki di rumahku sejak bapak meninggal, dan kakakku lelaki satu-satunya disabilitas. Makanya aku iseng nanya gini ke kakak, karena kakak kan salah satu pelakunya, yang maaf loh ya kak, di mataku yaa kakak itu playboy.. heheh..”

“Yaa.. gak apa-apa sih kamu berpikir seperti itu. Coba pikirkan sebabnya, kenapa wanitanya juga mau tetap menerima playboy ini.. heheh”

“Hahaha… iya ya kak. Padahal wanita adalah makhluk yang tidak suka diduakan. Sedang lelaki adalah makhluk dengan kecenderungan mendua.”

“Yess..”

“Lalu kak, kenapa lelaki itu kebanyakan baru berani menikah di usia 30? Padahal rata-rata pasangannya itu sebaya, kan kasihan wanitanya… mereka kehilangan masa emas kesuburan mereka.”

“Hmm… sebenarnya tergantung orangnya juga Met. Gak semua harus menunggu usia 30. Aku sendiri target tahun depan. Dengan catatan menemukan wanita yang kucari. Bisa saja kembali ke mantan pertamaku, atau mungkin bahkan wanita baru. Tapi kalau boleh memilih sih aku lebih memilih wanita baru. Jadi aku kembali emmpelajari hal baru, melakukan hal-hal baru dengannya.”

“Egoisnya lelaki… hahaha..”

“Yaa… pada dasarnya lelaki tetap menginginkan yang terbaik. Saran untukmu, Met.. kalau ada lelaki yang suka padamu, dia pasti akan mengejarmu mati-matian. Kalau gak ada kabar seminggu atau dia sempat menghilang tandanya dia tidak serius padamu.”

“Lalu bagaimana caranya tahu kalau dia serius padaku kak? Kakak sendiri kalau serius pedekatenya kayak gimana?”

“Yang pasti hindari lelaki yang baru kenal langsung mengajak nonton dan jalan berdua lalu timbul tenggelam kabar.”

“Loh, kenapa kak? bukannya kebanyakan pasti ngajak nonton dan jalan ya?”

“Nah itu Cuma cari kesenangan. Beda kalau misalnya dia mulai dengan antar jemput kamu tapi rutin. Atau menghubungimu dan perhatian sama detail dirimu. Lambat tapi pasti dan konsisten. Itulah yang serius.”

“Kalau dia ajak aku ke acara, terus dia janji antar jemput aku itu kategori apa kak?”

“Sebaiknya dia datang jemput dan temui orangtuamu, minta ijin dan tepat waktu ketika mengantarmu pulang. Misal janji jam 10 malam sampai rumah, yaa jam segitu kamu sudah diantar pulang, walau acara belum selesai.”

“Ooh.. jadi ada niatan dia kenal sama orangtua atau keluargaku ya kak?”

“Yess…”

Lalu percakapan terhenti karena distraksi dari rekan kerja lain dan boss yang meminta ini-itu. Tapi seru juga kan… aku dapat sedikit sudut pandang lelaki. Intinya adalah tetaplah menjadi wanita yang istiqamah. Karena wanita yang menjaga diri adalah idaman semua lelaki. Persembahkan keindahanmu hanya untuk suamimu nanti. Selama akad belum terucap, kita hanya berteman dengan mematuhi garis batas yang ada. Jangan takut pula, karena jika dia serius padamu, sesulit apa pun, setinggi apa pun, sejauh apa pun kamu , dia akan mengusahakan untuk mencapaimu.

Terima kasih kakak, yang sebaiknya namanya tak kusebut hehehe…


Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget