Pages

01 September, 2015

[Review buku] Gadis Jeruk

Judul: Gadis Jeruk
Penulis: Jostein Gaarder
Penerbit: Mizan
Dimensi: 252 hlm, cetakan I Juli 2011 edisi gold
ISBN: 978 979 433 623 6

Georg Roed menerima sepucuk surat dari ayahnya. Tentu itu merupakan hal biasa, bila saja ayahnya belum meninggal 11 tahun lalu. Di usianya yang ke 15 tahun ini, hal itu membuat Georg bertanya-tanya dan mencoba mengingat kembali sosok ayahnya. Tidak banyak yang dapat ia rekam dalam pikirannya yang masih kecil--4 tahun saat ayahnya meninggal. Selain kurun waktu dan penulis surat itu yang telah tiada, isinya pun membingungkan Georg. Hingga separuh surat yang ia baca, ayahnya malah membicarakan kisah seorang gadis jeruk yang membuat ayahnya jatuh hati di usia 19 tahun. Georg bingung, apa maksud ayahnya menceritakan hal ini melalui surat? Siapa sebenarnya gadis misterius yang dinamai gadis jeruk oleh ayahnya? Dan mengapa ayahnya begitu tertarik dengan teleskop ruang angkasa hubble? Sempat kecewa dan sedikit marah dengan kelakuan ayahnya--seperti yang diceritakan dalam surat tersebut bagaimana ayahnya mengejar-ngejar sang gadis jeruk hingha ke luar negeri. Spanyol.

Perlahan, Georg menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Di akhir surat, ayahnya memberikan sebuah pertanyaan pada Georg. Pertanyaan yang tak mudah dan membutuhkan waktu bagi Georg untuk menjawabnya. Sebuah surat dari ayahnya yang telah meninggal 11 tahun lalu, membuat Georg berubah dalam waktu sehari setelah membacanya. Bahwa Ibu, Jorgen, Miriam, Nenek, Kakek, Ayah, dunia serta hidup yang dijalaninya kini tidak lagi ia lihat dalam kacamata yang sama. Seperti ia telah menjelma menjadi dewasa daripada umurnya saat ini.

Jostein Gaarder terkenal sekali akan kepiawaiannya menuliskan filsafat ke dalam novel populer. Tak heran, sebab sebelum menjadi penulis profesional, Gaarder adalah seorang guru filsafat di Swedia. Bukunya yang paling laris adalah Dunia Sophie, namun saya belum membacanya hingga tuntas. Bukunya yang saya baca tuntas sebelum buku ini adalah misteri soliter. Meski pun berbeda kisah, pertanyaan Gaarder selalu berujung tentang makna hidup dan filosofinya. Pun dalam buku gadis jeruk ini. Bukankah agak aneh untuk seorang ayah yang mengidap penyakit keras dan hanya memiliki sedikit waktu malah menuliskan kisah cintanya dengan gadis misterius untuk dibaca oleh anaknya nanti. Namun dari kisah cinta itulah, Gaarder menggiring kita ke perenungan tentang alam semesta, sampai ke sebuah pertanyaan filosofis tentang hidup yang dilontarkan oleh ayah Georg kepada Georg--bahkan kepada kita semua. Kira-kira apa jawaban yang akan kita berikan jika mendapatkan pertanyaan itu? Jawaban kita yang akan menentukan bagaimana kita menjalani hidup ini nantinya.

Dengan gaya bahasa yang ringan, Gaarder mengajak kita merenung dalam, bahkan filsafat tak lagi terasa rumit.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Dia, yang tak pernah hidup untuk saat ini, tak pernah hidup. Jadi, bagaimana dengan Anda?" (Hlm. 89)

"Dalam hidup, kita kadang-kadang perlu untuk bisa sedikit merindu." (Hlm. 144)

"Kita tidak bisa berbagi masa lalu kita, Jan Olav. Pertanyaannya adalah apakah kita punya masa depan bersama?"
"Berdua atau tidak berdua, itulah pertanyaannya." (Hlm. 157)

"Apa yang akan kamu pilih seandainya kamu punya kesempatan untuk memilih? Akankah kamu memilih hidup yang singkat di bumi kemudian dicerabut lagi dari semua itu, tak pernah kembali lagi? Atau, apakah kamu akan berkata tidak, terima kasih?
Kamu hanya punya dua pilihan. Itulah aturannya. Dengan memilih hidup, kamu juga memilih mati." (Hlm. 212)

"Hidup ini singkat bagi mereka yang benar-benar bisa memahami bahwa suatu hari, seluruh dunia ini akan tiba pada titik akhir yang penghabisan. Tidak setiap orang mampu memahami itu. Tidak setiap orang punya kemampuan untuk memahami arti pergi untuk selama-lamanya. Terlalu banyak hal yang mengalihkan perhatian, jam demi jam, menit demi menit, yang membuat pemahaman semacam itu terlewatkan." (Hlm. 241)

"Tanyai ibu atau ayahmu bagaimana mereka saling bertemu. Barangkali ada kisah menarik untuk mereka ceritakan. Lebih baik tanyai mereka berdua karena cerita mereka mungkin tidak akan persis sama.
Kubayangkan, semakin terperinci cerita tersebut, semakin seru terdengarnya karena jika satu perincian kecil saja berubah, kamu barangkali takkan pernah dilahirkan!" (Hlm. 251)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget