Pages

03 September, 2015

[Cerpen] Dua orang

Apa yang lebih menyakitkan selain dua orang yang saling mengenal begitu dalam, tahu kesukaan dan ketidaksukaan masing-masing, namun harus mengenyahkan perasaannya, dan berpura seakan tak saling mengenal saat bersua?

Apa yang lebih menyakitkan selain dua orang yang saling mencinta, bahkan setelah dipisahkan oleh jarak dan waktu, cintanya tidaklah memudar tetapi semakin membesar dan terjaga, namun tak boleh bersatu?

Masing-masing menjaga hatinya. Menelan pahit rindu yang gigantis namun tak berujung temu. Mereka tahu, bahwa tidak semua akan bahagia bila mereka bersatu. Mereka masih terikat akan nilai-nilai fana hidup ini, seperti kasta dan harta. Mereka tahu, bila memaksa yang ada hanya luka. Luka bagi yang mereka cintai. Cinta mereka yang besar dan suci itu tak tega. Maka, saat mereka merapuh... mereka hanya bisa mengandalkan kenangan saat berdua. Menghadirkan bayangan masing-masing seakan mereka tak pernah berpisah.

Adakah yang lebih menyakitkan dari hal ini?

***
Seyo:

Ada buku yang bisa aku selesaikan kurang dari satu jam, begitu cepat. Tapi aku sengaja berlama-lama membacanya. Sebab aku ingin meresapi makna kalimat-kalimat bijak dan indah yang tertuang di dalamnya.

Mungkin, kamu adalah salah satu buku dari Tuhan yang termasuk jenis itu.

Sebenarnya bisa dengan cepat aku dapatkan, namun Tuhan sengaja melambat dan berlama-lama dengan kita. Semata agar kita meresapi indahnya proses aku-kamu mengejawantah kita.

Mungkin.

***
Hena:

Segalanya baik-baik saja. Berjalan sebagaimana mestinya. Meski ada satu hal yang tak ada. Dirimu.

Aku pun berusaha untuk baik-baik saja. Ya... aku baik-baik saja.

Tetapi sebenarnya tidak. Kau tahu, aku sangat merindukanmu. Hingga sering kubayangkan kau di sisiku seperti dahulu. Kau memang tidak ada. Tapi bayanganmu nyata di mana-mana.

Di mana-mana.
Memenuhi ruang pandangku.

*sedikit terinspirasi di part ending film korea "My fair lady".

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget