Pages

17 September, 2015

[Review buku] The 100-year-old man who climbed out the window and disappeared

Judul: The 100-year-old man who climbed out of the window and disappeared
Penulis: Jonas Jonasson
Penerbit: Bentang
Dimensi: viii + 508 hlm, 20.5 cm, cetakan keempat november 2014
ISBN: 978 602 291 018 3

"Segala sesuatu berjalan seperti apa adanya, dan apa pun yang akan terjadi, pasti terjadi." (Hlm. 40)

Begitulah falsafah Allan Karlsson dalam menghadapi apa pun sepanjang hidupnya yang begitu panjang. Falsafah yang didapatnya dari sang ibu saat menerima kematian ayahnya. Yaa.. usianya menjelang 100 tahun, dan itu akan dilewatkan dengan perayaan meriah, sebab wali kota akan hadir, seluruh penghuni rumah lansia turut merayakan, dan pers akan meliputnya, jika saja ia tidak melompat dari jendela kamarnya. Satu-satunya orang yang tidak berniat datang ke pesta itu adalah dirinya sendiri yang berulangtahun. Tanpa pernah berpikir lama dan panjang dalam hidupnya, Allan kabur. Dimulailah sebuah perjalanan luar biasa yang penuh kegilaan.

Dari perjalanan itu, ia mendapatkan teman baru dan masa depannya dengan mengungkap masa lalunya yang ternyata memegang banyak peranan penting di abad kedua puluh. Tak ada yang pernah menyangka bahwa lelaki biasa, yang tampak sederhana, menyenangkan, tidak macam-macam dan tidak menyukai politik dan agama ini ternyata membantu menciptakan bom atom, berteman dengan beberapa orang penting seperti presiden amerika, tiran rusia, presiden korea utara, bahkan membuat pemimpin komunis di Tiongkok merasa berhutang budi padanya. Siapakah Allan Karlsson sebenarnya?

Novel ini sungguh menggelitik! Membacanya membuat saya puas tertawa. Pengemasan sejarah yang diceritakan dengan satir dan jenaka serta kadang memutarbalikkan fakta ternyata bisa begitu menghibur. Karakter Allan yang santai dan tidak pernah merasa penting padahal karena dirinyalah dunia berubah, tampak begitu ironis! Dari swedia, rusia, tiongkok, korea utara, himalaya, amerika, prancis, hingga Indonesia, para pejabatnya terkena cipratan sindiran satir sang penulis. Jujur, agak malu dan tersenyum miris mendapati seorang penulis swedia menggambarkan negeri tercinta ini.
"Seharusnya kau berkarier di Indonesia saja. Kau pasti akan berhasil di sana." (Perkataan Allan pada gambar Nixon di surat kabar, Hlm. 470)

Bahkan epilognya sungguh membuat saya ngakak!

Menjadi Allan, mungkin satu-satunya orang yang bisa mengalahkan keberuntungan si untung di serial donal bebek. Bahkan ungkapan 9 nyawa saja kurang untuk Allan. Betapa berpikir positif dan sikap pasrahnya sering menolong dirinya. Alur kisah yang maju mundur pun memberikan banyak twist tak terduga. Penulis begitu pandai menggiring pembaca perlahan-lahan pada kenyataan-kenyataan klimaks seorang Allan. Membuat saya tak habis pikir, bisa-bisanya penulis kepikiran membuat cerita seperti ini.

Lalu terbayang, bila berusia 100 tahun seperti Allan, akankah kita seberani Allan untuk 'memanjat keluar jendela' dan menghilang untuk bertualang? Atau mungkin, tak perlu menunggu 100 tahun, saat ini juga... apakah kita berani memanjat batas itu...

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

"Begitu mencapai usia tertentu, lebih mudah merasakan kapan segalanya terasa benar." (Hlm. 351)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget