Pages

19 September, 2015

[Review buku] Prajurit Schweik

Judul: Prajurit Schweik
Penulis: Jaroslav hasek
Penerbit: Dunia pustaka jaya
Dimensi: 279 hlm, cetakan ketiga 2008
ISBN: 978 979 419 106 4

Schweik adalah prajurit resimen 91 yang dinyatakan lemah otak yang sebab itu ia dikeluarkan dari militer. Ia hidup bersama pesuruh wanita tuanya yang setia--Nyonya Muller--dan mencari nafkah dengan menjual anjing. Pada suatu pagi, di hari Ferdinand putra mahkota terbunuh, Schweik pun ditangkap di kedai minum langganannya karena tuduhan pengkhianatan dan penghinaan atas keluarga kerajaan. Dari peristiwa itu, dimulailah perjalanan Schweik kembali dalam dunia militer. Beragam kesalahpahaman dan keberuntungan tetap setia menemaninya. Mulai dari perannya di garis belakang yang pada awalnya menjadi tahanan, pasien rumah sakit jiwa, tahanan militer, lalu pesuruh pendeta hingga berakhir menjadi pelayan Letnan Lukash. Bersama Letnan Lukash, ia dipindahkan ke garis depan untuk ikut berperang. Sayangnya, kelemahan akalnya membuat ia malah tersesat, menjelajah dan dicurigai menjadi mata-mata Rusia. Hingga ia berakhir dengan begitu bodohnya kembali menjadi tahanan tentara Austria saat ia memakai baju tentara Rusia--yang ia temukan di tepi kolam dan demi menuruti rasa penasaran bagaimana penampakan dirinya dalam seragam musuh--lalu dijatuhi hukuman kerja paksa. Begitulah kisah prajurit Schweik yang bodoh, namun sebenarnya begitu jujur, tulus, sederhana dan patuh pada atasan.

Sepertinya baru kali ini saya membaca karya penulis Cekoslovakia yang juga merupakan angkatan perang Austria. Buku ini memuat humor satire, persis seperti tokoh Allan di karya Jonas Jonasson yang saya baca sebelumnya. Hanya saja, tidak ada pemutarbalikan fakta sejarah seperti dalam karya Jonas. Buku ini hanya memotret keadaan dan budaya saat perang di Austria. Betapa lucunya mengetahui bahwa banyak yang berpura-pura gila hingga berani membayar demi membuat dirinya sakit agar tak dikirim ke medan perang. Juga gaya hidup dan kebodohan para petinggi militer yang cukup arogan. Sangat terasa sindiran dalam humor penulis, yang sebenarnya menyasar pada semangat patriotisme bangsanya sendiri melalui tokoh Schweik. Tentunya, tokoh seperti Schweik akan cepat mati, bila saja bukan fiksi. Keberuntungan yang dialaminya cukup banyak. Untuk penderita encok, daya tahan tubuh Schweik pun luar biasa dalam menanggung siksaan. Wajahnya yang lugu, terutama matanya yang polos seringkali mengundang iba dan meredam kemarahan orang lain terhadapnya. Bahkan terlalu polos saat ia tak menyadari akibat sikapnya yang tenang, ia telah melakukan banyak kesalahan fatal yang mengacaukan sekelilingnya, dan tetap saja merasa tidak berdosa.

Alur ceritanya konsisten progresif, maju teruuuss. Sayangnya, di bagian ketiga menjelang akhir buku saya lama-lama merasa bosan. Rasanya cerita berulang seperti itu-itu saja, sehingga saya pun scanning. Ditambah pengemasannya yang kurang bagus, karena font yang digunakan berkait, ukuran kecil, dan jaraknya terlalu rapat sehingga cepat membuat ngantuk. Juga banyak sekali typo yang saya jumpai.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"Makin banyak urusan seseorang, makin banyak pula orang itu akan berbuat kesalahan." (Hlm. 24)

"Perbuatan paling buruk bagi seseorang adalah berdusta. Begitu ia terdesak nanti, sehingga kata-katanya sendiri bertentangan, ia tak tertolong lagi. Paling benar adalah berbuat jujur, serta mengakui kesalahan. Sebab akhirnya kejujuran itu sangat menguntungkan. Orang jujur selalu dihormati di mana saja, ia puas dengan dirinya sendiri, dan ia bisa merasa bagai bayi yang baru lahir saat pergi tidur dan dapat berkata: 'Aku telah berbuat jujur lagi hari ini'." (Hlm. 97)

"Setiap sangkalan membuat pengakuan sulit." (Hlm. 138)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget