Pages

25 September, 2015

[Review buku] 1984

Judul: 1984
Penulis: George Orwell
Penerbit: Bentang
Dimensi: viii + 392 hlm, 20.8 cm, cetakan II februari 2014
ISBN: 978 602 291 003 9

Winston Smith seorang karyawan Partai di Departemen Catatan tiba-tiba saja melakukan hal tak biasa. Ia mencoba menuliskan catatan harian pada sebuah buku. Tindakannya itu bisa terkena disiplin berat bila tertangkap oleh polisi pikiran, teleskrin, dan mikrofon tersembunyi. Saat memulai tulisannya pun, Winston gamang akan tahun yang sedang dijalaninya saat itu. Ia mengira-ngira bahwa itu adalah tahun 1984. Sangat sulit bagi siapa pun di masa itu untuk mengingat waktu, kronologis suatu peristiwa, atau kenangan masa silam. Sebab semua telah dikendalikan oleh partai. Tidak ada kebebasan. Semua tingkah lakumu dipantau oleh teleskrin, kata-katamu disadap oleh mikrofon tersembunyi, dan sedikit saja ada keengganan mematuhi aturan partai--yang bisa diindikasikan dari mimik wajah serta kalimat yang kauucapkan--maka polisi pikiran akan menangkapmu tengah malam, saat kau tertidur. Lalu bersiaplah untuk diuapkan. Yaa... kamu akan ditiadakan, segala jejakmu akan dihapuskan hingga tak ada yang merasa pernah mengingat eksistensimu. Semua media dikuasai dan menjadi alat propaganda. Berkali-kali masa silam diedit sesuai keinginan partai atau Bung Besar.

Sepanjang hidupnya, Winston berusaha menaati peraturan dengan baik hingga hari itu, hari di mana ia membeli buku harian dan hari di mana ia menerima pesan singkat dari seorang gadis bernama Julia yang mengaku mencintainya. Perlahan, antipati terhadap kediktatoran partai yang lama bersemayam di hati dan pikirannya menjelma menjadi tindakan pelanggaran. Ia dan Julia menabrak batas-batas namun tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Mereka menganggap itu adalah sebuah pemberontakan terhadap partai. Namun ternyata polisi pikiran berada di mana-mana, termasuk di kalangan kaum proletar yang miskin. Mereka pun tertangkap dan menjalani hukuman di kamar 101 dan berakhir dengan pertobatan pikiran.

Membaca novel ini tanpa tahu konteksnya menurut saya tetap menarik, sebab terasa seperti cerita fantasi. Terbayang adegan film divergent, escape, hingga hunger games. Lalu saat saya membaca tentang pengarangnya, bahwa ini adalah novel terakhir yang ditulisnya sebelum meninggal di tahun 1950, di mana saat itu perang tengah dahsyat. Saya teringat bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, serta rezim Nazi dan uni soviet, kekacauan di mana-mana. Maka novel ini semakin bertambah nilainya bila ditempatkan dalam konteks masa itu. Bukankah pengarang begitu berani menggambarkan keadaan sebuah negara dengan kediktatoran terhadap warganya serta tokoh-tokoh yang sangat apa adanya, juga waktu yang sebenarnya merupakan masa depan saat novel ini dicetak. Bayangan masa depan tahun 1984 di tahun 1950. Tentu saja berbeda bila kita mengira novel ini relevan sepanjang masa. Mungkin ada pula anggapan novel ini tidak lagi up to date. Kembali, kalau menempatkan konteksnya, novel ini menurut saya hebat. Penulisnya benar-benar cerdas memikirkan sejauh itu tentang konsep negara di masa depan.

"Segala sesuatu kabur menjadi kabut. Masa silam dihapus, penghapusannya dilupakan, dusta menjadi kebenaran." (Hlm. 92)

Mengerikan juga membayangkan begitu kuasanya partai mengendalikan sejarah dalam seluruh aspek media. Bahkan ditegaskan dalam novel ini, satu koran times bisa ditulis ulang sebanyak 12 kali, dengan alasan penyesuaian. Hingga bahasa pun dikerucutkan menjadi lebih sedikit, partai menginginkan keseragaman total, tak ada seni, tak ada sastra, semua dirangkum dalam bahasa kaku bernama Newspeak.

"... Akhirnya, kelak mereka akan melihat Anda seperti apa adanya Anda, lalu mereka akan mencabik-cabik Anda." (Hlm. 333)

Kalimat itu menunjukkan perlawanan seorang warga yang dalam novel ini diwakili oleh Winston terhadap rezim partainya. Menyiratkan kemuakan akan semua dusta yang dijejalkan.

"Satu-satunya kepastian ialah bahwa ajal tidak pernah datang pada saat yang terduga dan diharap." (Hlm. 345)

Ditutup dengan ending yang cukup tragis. Meski ada sedikit typo, tapi saya suka dengan gaya bahasa Orwell yang mudah dipahami, meski yang disampaikan sesungguhnya amat berat.

Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget