Pages

18 September, 2015

[Review buku] Omerta

Judul: Omerta
Penulis: Mario Puzo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Dimensi: 432 hlm, 18 cm, cetakan kedua 2001
ISBN: 979 655 795 9

Keputusan Don Zeno memilih Raymonde Aprille sebagai ayah pengganti bagi Astorre--anaknya yang berusia 2 tahun--merupakan keputusan yang tepat. Don Aprille membesarkannya dengan baik, tanpa melupakan darah mafianya. Bahkan, Astorre menjadi pelindung bagi ketiga anak Don Aprille; Valerius, Marcantonio, dan Nicole serta menjaga banknya. Terlebih saat Don Aprille pensiun, lalu tak lama kemudian dibunuh. Pembunuhan yang terlalu sepi untuk seorang pemimpin mafia. Bahkan polisi, FBI, dan jaringan mafia sekitarnya terlihat tak peduli dan bungkam. Selama enam bulan, Astorre paham bahwa kebungkaman itu adalah bentuk Omerta--Hukum tutup mulut Sisilia yang telah berabad-abad menjadi dasar ukuran kehormatan kalangan mafia. Tapi, Astorre pun paham bahwa dunia kini tak lagi sama seperti dahulu, tanpa integritas dan penuh keserakahan. Dengan uang, Astorre berhasil mengumpulkan informasi dan membuat lawannya melanggar omerta. Ia memegang kendali yang cerdas, licin, dan tepat hingga ia pun menemukan siapa pemilik motif yang menyewa pembunuh bayaran profesional untuk membunuh sang Don Aprille. Beragam intrik dan negosiasi ditempuhnya, berurusan dengan para pimpinan mafia; Timmona Portella, Inzio Tulippa, Michael Graziella, diplomat peru Marriano Rubio, hingga pihak kepolisian dan FBI yang korup. Untungnya dia pun memiliki orang kepercayaan yang juga dapat diandalkan dan dimintai nasihat seperti Octavius Bianco, Benito Craxxi, dan Mr. Pryor. Tentu saja, dunia mafia tak lepas dari kesenangan akan harta, tahta, dan wanita. Bumbu romansa pun hadir sepanjang jalinan cerita.

Meski pengemasan buku ini sebenarnya cukup membuat ngantuk--sebab kertasnya yang sudah menguning, berpotongan pendek dan kecil sehingga begitu tebal, serta margin yang rapat--bagi saya yang menyukai genre crime dan detective, tentulah buku ini tetap menarik. Alur ceritanya maju mundur, banyak kepentingan dan tokoh yang hadir, membuat konflik semakin meluas. Pemaparan beragam hukum mafia di Sisilia dan Amerika, serta akibat yang harus ditanggung bila melanggar seperti Fissolini--bahwa keluarga harus selalu berada di atas segalanya--pun menarik. Mungkin bila dijadikan film, akan menjadi film action yang keren.

Sebenarnya, untuk mengungkap siapa pembunuh Don Aprille dapat dengan mudah diketahui di perempat halaman pertama buku ini. Penulis tidak menyajikan twist yang membuat saya terkejut, tapi penulis pandai membuat saya betah dan tak bosan untuk terus menekuri halaman demi halaman cerita ini dengan gaya bahasanya. Endingnya pun tidak terlalu luar biasa dan menurut saya cukup happy ending untuk kisah bergenre ini.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

"Aneh bahwa seseorang tidak menyadari kefanaannya setiap detik dalam hidupnya." (Don Aprile, Hlm. 78)

"Dengan semua pengetahuan bukuku, aku tidak pernah bisa membaca kepribadian seseorang yang sebenarnya." (Rosie, hlm. 192)

"Jangan mengandalkan rasa terima kasih untuk kebaikan yang kaulakukan pada orang di masa lalu. Kau harus membuat mereka merasa berterima kasih untuk apa yang akan kaulakukan bagi mereka di masa depan." (Don Aprile, hlm. 279)

Meta morfillah

No comments:

Post a Comment

Text Widget